Aksi Bunuh Diri Protes PPKM, Bukti Pandemi Pengaruhi Kesehatan Mental

Aksi Bunuh Diri  Protes PPKM, Bukti Pandemi Pengaruhi Kesehatan Mental
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Pria yang berprofesi sebagai pengusaha, Gan Bonddilie nekat melakukan percobaan bunuh diri tepat di depan Kantor Balai Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (4/8) kemarin. Ia kecewa karena Pemerintah memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Bondbond begitu ia disapa juga merupakan Ketua Harian Asosiasi Kafe dan Restoran (AKAR). Ladang usahanya tak luput dari hantaman Pandemi Covid-19, begitu juga pengusaha yang menjadi anggota organisasinya.

Menanggapi peristiwa itu, Psikolog Klinis Maria Fina mengakui PPKM yang diterapkan untuk menekan penyebaran virus corona perlahan mengancam kesehatan mental seseorang. Tak heran, jika muncul peristiwa di luar nalar.

Maria menjabarkan, di awal kedatangannya, Covid-19 dianggap sebagai virus biasa dan diharapkan cepat berakhir. Namun, kenyataannya tingkat penyebaran virus yang semakin tinggi dan tak terhindarkan.

"Hal ini memicu kecemasan. Sakit kesehatan mental akan mempengaruhi sakit-sakit yang akan muncul di tubuh kita. Kondisi pandemi yang kelamaan serta PPKM yang tak berkesudahan ini. Sudah banyak para ahli dan penelitian termasuk yang di luar negeri mengatakan orang tidak akan siap dan akan merusak kesehatan mental sebagian orang," ujarnya melalui keterangannya, dikutip Jumat (6/8/2021).

Dampak pandemi Covid-19 dapat membuat masyarakat menjadi lelah, bingung, mengalami kesulitan ekonomi, tidak dapat pekerjaan, pendapatan berkurang, hingga tingkatan stress meningkat. Kecemasan-kecemasan tersebut dapat membuat masyarakat berpikir di luar nalar manusia pada umumnya.

Ia mengatakan masyarakat yang memiliki cemas berlebih untuk konsultasi serta sharing kepada orang yang kompeten sehingga dapat mampu memahami kondisi mereka sendiri.

"80 persen hidup manusia dipengaruhi oleh otak, 20 persen dari aktivitas manusia. Jika 80 persen itu dipengaruhi unsur negatif maka akan merupakan pikiran kita," ujarnya.

Menurutnya, siklus dari dampak pandemi dapat mempengaruhi perilaku setiap orang. Walaupun perkembangan dunia dan teknologi berkembang. Masyarakat harus lebih aware terhadap dirinya sendiri.

Senada dengan Maria, Sonny Tirta Luzanil, Psikolog Universitas Multimedia Nusantara (UMN) mengatakan terkait pembatasan kegiatan untuk mengajak agar orang-orang mengenali dampak pandemi ini bagi diri mereka masing-masing.

"Mengenali batasan yang dihadapi dan batas kemampuan untuk produktif dalam sehari-hari. Masa pandemi ini bisa mempengaruhi kondisi kesehatan mental kita terutama karena adanya rutinitas yang monoton dan menjadi kurang produktif dalam bekerja," ujar Sony melalui keterangannya, dikutip Jumat (6/8/2021).

Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono mengatakan Pandemi Covid-19 ini yang membawa konsekuensi sosial-ekonomi dan kesehatan mental. Sehingga PPKM bukanlah penyebab utama seseorang untuk melakukan percobaan aksi bunuh diri.

"Setiap hari banyak orang yg ingin melakukan percobaan bunuh diri, bukan di masa pandemi saja. Akses layanan kesehatan mental perlu dipermudah" ujarnya melalui keterangannya, dikutip Jumat (6/8/2021).

Beberapa hari sebelum aksi percobaan bunuh diri yang dilakukannya, ia sempat menyatakan sebuah rilis mengenai kondisi usaha restoran dan cafe yang luluh lantak akibat Pandemi Covid-19 sehingga banyak usaha yang terpaksa tutup.

Dalam rilis tersebut, Gan Bonddilie menilai perhatian yang diberikan pemerintah kota Bandung masih sangat kecil karena tidak pernah bisa diajak untuk berdiskusi di masa PPKM.***