Aksi Pencurian di Biskita Transpakuan Bogor Viral di Medsos, Ini Kata Bima Arya

Aksi Pencurian di Biskita Transpakuan Bogor Viral di Medsos, Ini Kata Bima Arya
Lihat Foto

WJtoday, Bogor - Dua aksi pencurian di transportasi massal Biskita Transpakuan Kota Bogor tengah menjadi sorotan. Kejadian pencurian yang terjadi pada Sabtu (19/2) dan Minggu (20/2), terekam dalam CCTV Biskita Transpakuan dan viral di media sosial.

Menilik dari video, aksi pencurian pada Sabtu (19/2) terjadi di Halte Simpang Bogor Baru, Koridor 6 Parung Banteng-Air Mancur. Dalam video tersebut terlihat seorang wanita berbaju merah mengambil sebuah tas milik rombongan ibu-ibu yang tertinggal dalam bus.

Sedangkan, pada kejadian Minggu (20/2) pagi, aksi pencurian terjadi di Halte Terminal Ciparigi, Koridor 5 Ciparigi-Stasiun Bogor. Dalam aksi pencurian kali ini, korban merupakan pramudi Biskita Transpakuan.

Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, mengungkapkan, pelaku pada kejadian Sabtu (19/2) sudah mengembalikan barangnya. Sedangkan barang milik pramudi Biskita Transpakuan yang diambil orang belum ada titik terangnya.

“Jadi, anaknya ada yang mengembalikan karena khawatir begitu tau di Instagram ramai. Kalau (kasus) yang satu masih dikoordinasikan akan ketemu juga,” kata Bima Arya, Selasa (22/2/2022).

Di samping itu, Bima Arya akan terus berkoordinasi dengan Polresta Bogor Kota dan Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) selaku operator Biskita Transpakuan. Dia memastikan, pelaku pencuri di bus berkonsep Bus Rapid Transit (BRT) ini bisa tertangkap. 

Lebih lanjut, Bima Arya mengatakan, video rekaman CCTV yang beredar merupakan bukti jika seluruh kejadian di dalam Biskita Transpakaun tidak luput dari CCTV. Sehingga, menurutnya, keamanan di Biskita Transpakuan cukup dengan CCTV yang dipasang pada beberapa titik di dalam bus.

“Transkakarta dan lain-lain juga seperti itu, ada CCTV dan tidak ada di kendaraan lain. Sudah terbukti. (Barang milik) ibu-ibu sudah mengembalikan, dan tinggal pramudi masih ditelusuri,” imbuhnya.

Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, mengatakan adanya CCTV merupakan pola pengawasan modern. Di samping para penumpang dan pramudi tetap harus berhati-hati. Kendati demikian, kehadiran CCTV diharapkan dapat membantu pengungkapan jika terjadi aksi kejahatan dan kelalaian di dalam transportasi massal.

Ke depan, Dedie mengatakan, ada kemungkinan Pemkot Bogor akan menambah jumlah CCTV di berbagai tempat strategis yang harus diawasi baik oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor, Polresta Bogor Kota, maupun operator. Namun, terkait upaya penambahan pengamanan dari Sumber Daya Manusia (SDM), ia mengakui ada permasalahan pada anggaran. 

“Kalau kita nambah SDM untuk pengawasan kepada keamanan seperti itu, mungkin biayanya lebih tinggi. Kita kemampuan keuangannya terbatas,” ujar Dedie. 

Saat ini, Dedie menambahkan, rekaman CCTV Biskita Transpakuan terintegrasi ke pool di Dishub Kota Bogor. Tahun ini, Pemkot Bogor berencana membangun Command Center Bogor yang akan mengkoneksikan semua sistem pengawasan, terutama melalui teknologi CCTV.

“Tempatnya di Perpustakaan Daerah yang Insya Allah pembiayaannya kita mendapat komitmen dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat,” tuturnya.

Terpisah, Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno, menilai keberadaan CCTV cukup untuk mengawasi keamanan di Biskita Transpakuan.

Sebab, dalam pengamatannya pada bus berskema Buy The Service (BTS) di kota lain, adanya CCTV dapat membantu mengungkap tindak kriminal di dalam bus. Selain itu, penempatan CCTV juga membantu di sisi pengamatan.

“Saya kira sampai saat ini sudah memberikan info yang cukup banyak dan menarik. Ada juga yang sopirnya membantu disabilitas, ada yang marah-marah, tau dari situ. Jadi itu sejak awal sudah didesain seperti itu,” kata Djoko.

Dia menyebutkan, dari informasi yang didapatnya, terdapat empat kamera CCTV yang dapat merekam kejadian di dalam bus. Sehingga untuk sementara waktu belum dibutuhkan keamanan dari SDM seperti kernet atau kondektur.

Apalagi, kata dia, desain dari Biskita Transpakuan memiliki deck rendah. Berbeda dengan TransJakarta dengan deck tinggi dimana penumpang membutuhkan bantuan dari kondektur untuk naik ke bus.

“Jadi sementara nggak. Tentu biar hemat juga. Dan mengajak masyarakat untuk mandiri juga. Tapi, kita lihat perkembangan juga. Kalau memang dibutuhkan mungkin bisa, tapi sementara masih memungkinkan,” ucapnya.***