Badan Mudah Lelah, Benarkah karena Kurang Vitamin D? Ini Penjelasannya

Badan Mudah Lelah, Benarkah karena Kurang Vitamin D? Ini Penjelasannya
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Sebuah unggahan berisi ungkapan warganet soal konsumsi vitamin dan kondisi badan yang mudah lelah, ramai dibahas di Twitter, Senin (3/12/2021).

Unggahan tersebut menyoroti kebiasaan masyarakat yang dinilai menurutnya kurang terlalu peduli dengan menjaga kesehatan. 

"Tipikal warga endonesyah banget, kita tuh gak aware sama kesehatan dan gak mau rugi buat invest ke kesehatan kaya vitamin gitu 2beer!" tulis akun Twitter ini.

Adapun twit tersebut menimpali isi dari twit yang ditulis oleh akun Twitter lainnya.

Disebutkan oleh akun twitter tersebut merasa badannya mudah lelah dan ingin dipijat terus. Ia menduga kondisi badan yang lemah tersebut karena kekurangan vitamin D.

Benarkah badan mudah lelah karena kekurangan vitamin D?

Dokter spesialis gizi klinik dari Mochtar Riady Komprehensive Cancer Center (MRCCC) Siloam Hospital, Jakarta Selatan, dr Inge Permadhi mengatakan seseorang yang kekurangan vitamin D biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda atau gejala tertentu. 

"Kekurangan vitamin D tidak berasa apa-apa. Enggak ada, jadi kadang-kadang orang pas kadar vitamin D-nya rendah sekali itu tidak ada gejala apa-apa sampai kadar 70 (nanogram per milimeter)," ujar Inge.

Sementara untuk ungkapan warganet yang mengaku badannya mudah lelah dan selalu ingin dipijat, dia menduga hal tersebut karena orang tersebut sedang dalam kondisi masuk angin. 

"Kalau kata saya, penyebabnya mungkin masuk angin ya, atau memang dia tidak bugar, jadi apa yang harus dilakukan, bukan karena kekurangan vitamin D," lanjut dia.

Selain itu, tanda badan mudah letih juga bisa disebabkan oleh kebiasaan makan makanan yang kurang baik, dan jarang berolahraga.

Ia menambahkan, orang yang rutin berolahraga, tidak hanya badan menjadi fit dan bugar, tetapi bisa meningkatkan kualitas tidur menjadi lebih baik.

Cara mendapat vitamin D
Inge mengatakan cara memperoleh vitamin D bisa dilakukan dengan berjemur selama 10-15 menit pada pukul 09.00 pagi.

Tindakan ini direkomendasikan untuk dilakukan sebanyak 2-3 kali pengulangan per minggunya.

Menurutnya, pada waktu tersebut sinar matahari akan mengubah 7 dehidrokolesterol menjadi vitamin D sebanyak 10.000 internasional unit.

Angka ini menurut dia sangat baik bagi kebutuhan vitamin D harian manusia.

"Kalau kita devisit itu minial 4.000 sehari, jadi 10.000 internasional unit itu biasa-biasa aja," ujar Inge.

Ia juga menambahkan banyaknya asupan vitamin D yang diterima tubuh dari sinar matahari juga bergantung pada gelap-terangnya pigmen yang dimiliki.

Contoh sederhana dari aktivitas harian yang bisa menambah asupan vitamin D adalah dengan mengendarai motor pada pukul 09.00 pagi dan membiarkan punggung tangan terkena sinar matahari.

"Pada orang-orang yang kerjanya di luar rumah tuh misalnya naik motor tapi tangannya kena UV, padahal cuma punggung tangan selama 5-15 menit di jalan itu vitamin D-nya bagus," imbuhnya.

Alternatif lain untuk menambah kebutuhan vitamin D pada tubuh yakni dengan mengonsumsi suplemen vitamin D. Namun, penggunaan harus sesuai dengan kadar dan kebutuhan.

Inge mengimbau untuk mengonsumsi 5 kali supelemen vitamin D yang berisi 1.000 internasional unit.

Sinar matahari sore tidak menambah asupan vitamin D
Meski sore hari sinar matahari masih tampak, Inge mengatakan, hal itu tidak bermanfaat sama sekali bagi asupan vitamin D dalam tubuh.

"Kalau sore hari itu sudah enggak ada manfaat dari sinar matahari untuk mengubah 7 dehidrokolesterol menjadi vitamin D, enggak ada yang diubah," kata Inge.

Jadi, jika ada seseorang yang berolahraga di sore hari, itu hanya menggelapkan kulit saja.***