Bandung Connecticity 2.0, Lompatan Dunia Digital Pemkot Bandung

Bandung Connecticity 2.0, Lompatan Dunia Digital Pemkot Bandung
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung untuk kedua kalinya menggelar Bandung Connecticity 2.0, Jumat 16 Desember 2022 di Trans Luxury Hotel. Acara ini dibuka dengan pembahasan 'daging' yang sangat dibutuhkan untuk melakukan lompatan di era digitalisasi.

Sekretaris Diskominfo Kota Bandung, Darto menyampaikan, kegiatan ini merupakan tahun kedua yang diselenggarakan Diskominfo.

"Kita berdiskusi pentahelix, melibatkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, perguruan tinggi, praktisi, dan lainnya," ujar Darto.

Mengusung tema Literatalk "Bandung Connecticity for International Connecting", ada 22 program besar yang telah dikerjakan oleh Diskominfo Kota Bandung.

"Ada enam hal besar yang akan dilakukan pada 2023. Oleh karena itu, kegiatan ini merupakan salah satu langkah untuk mengupayakan program-program digital bisa berlangsung secara sistematis dan baik di Kota Bandung," ungkapnya.

Dalam sesi Litera Talk, Princple Consultant Liveperson, Tito Pratikto menjelaskan, untuk melakukan lompatan digital terutama pada tataran pemerintahan, diperlukan conversational artificial intelligence (AI).

"Saat ini kita sedang ada di tahap awal Nero AI dan mulai berjalan menuju Artificial General Intelligence (AGI). Ini lebih advance lagi. Mesin bisa mengambil keputusan dan beri perintah berdasarkan data input yang dia miliki," jelas Tito.

Ia memaparkan, dari 200 juta orang yang terkoneksi dengan internet, 170 juta orang memiliki akun media sosial (medsos). Bahkan, dari 170 juta pengguna medsos, 99 persen pernah satu kali mengakses medsos dan messenger dalam 30 hari ke belakang.

"Saat pandemi, top 5 aplikasi handphone semuanya didominasi medsos dan messenger," ungkapnya.

Menurutnya, potensi channel-channel tersebut baiknya diutilisasi dengan conversational AI atau chat bot. Sebab, salah satu fungsi conversational AI untuk mengautomasi repetitif teks.

"Bisa kita aplikasikan secara automatis pertanyaan-pertanyaan yang berulang. Terutama untuk website atau aplikasi yang dibuat pemerintah. Seperti saya saat mau bikin kartu keluarga. Itu kan pertanyaannya berulang ya, hal seperti ini bisa dibantu bot," paparnya.

Ia menambahkan, cara untuk membuat conversational AI menjadi menarik adalah dengan mengerti kebutuhan dari user.

"Kuncinya adalah mengerti kebutuhan dari user. Istilahnya integrasi surrounding system. Harus bisa disambungkan dengan sistem lain. Meski dikerjakan oleh bot, tapi perlu tetap humanis. Bot yang digunakan harus punya kapasitas seperti itu," imbuhnya.

Sementara itu, President Director, Stealien Indonesia, Hyuk Jae Hong menegaskan, pentingnya untuk memiliki kemampuan dan keahlian cyber security dalam dunia digital. Sebab, 90 persen masalah teknologi sekarang adalah hacking aplikasi.

"Dengan memanfaatkan teknologi untuk melayani publik, kami sangat bangga melihat Kota Bandung mempunyai semangat yang sama dengan kami dalam pentingnya penggunaan sistem keamanan cyber guna melindungi data yang dimilikinya," kata Hong.

Baginya, ini merupakan langkah awal Indonesia untuk menguatkan keamanan cyber. Sebelum melakukan kerjasama dengan Kota Bandung, pihaknya mencoba untuk meretas sistem keamanan data Bandung Smart City.

Dari hasil simulasi tersebut, mereka berhasil meretas celah keamanan Bandung Smart City.

"Para engineer melakukan kegiatan tersebut dengan metodologi yang kami memiliki sendiri, berbeda dengan perusahaan cyber lain. Kami benar-benar melakukan simulasi secara nyata terhadap Kota Bandung, bukan berdasarkan check list. Tingkat keberhasilan kami menemukan celah keamanan itu 100 persen," akunya.

Pada tahap analisis, ia mengidentifikasi ada beberapa titik lemah dari sistem keamanan data Kota Bandung. Sehingga bisa mengakibatkan kebocoran informasi.

"Ini bukan karena Kota Bandung menggunakan teknologi yang lemah. Tapi kita sama-sama menemukan solusi agar mencegah kebocoran data terjadi di kemudian hari," tuturnya.

Ia juga menyarankan agar masyarakat tidak membuat password yang sama di tiap akun. Sebab, kalau semua password sama, saat ada satu akun yang diretas maka akun lain kemungkinan akan teretas juga.

"Bikin tipis-tipis saja bedanya. Misal, nama saya Hong. Kalau di Gmail itu password-nya ghong. Kalau di Yahoo password-nya yhong," sarannya.

Tak hanya membahas dua poin tersebut, dalam acara ini hadir pula Technical Consultant Director Nutanix Indonesia, Arif Pribadi yang menyampaikan materi akselerasi digitalisasi.

Ia mengatakan, ada teknologi yang mampu menggabungkan pengelolaan data, automasi bisnis proses, dan data analitik. Namanya cloud computing. 

"Seperti halnya awan, teknologi ini memudahkan orang untuk mengakses di lokasi manapun," ungkap Arif.

Teknologi cloud bisa mengubah segalanya. Namun, menurutnya ada tantangan tersendiri untuk mengaplikasikan teknologi ini di ranah pemerintahan. 

"Di pemerintahan masalahnya itu birokrasi.
Saya sudah keliling dari Sadang sampai Merauke. Problemnya itu ternyata bukan teknologinya. Problemnya birokrasi dan digital talent. Inkubasi dan kerjasama dengan tim edukasi sangat diperlukan," akunya.

Salah satu universitas yang telah menggunakan teknologi ini adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Namun, ia mengingatkan, teknologi tetap hanyalah sebuah teknologi. 

"Tantangan terberat yang sering kami hadapi dengan customer-customer itu di people dan di prosesnya. Digital talent itu sangat diperlukan juga di tataran pemerintahan. Jangan sampai terserap semua oleh perusahaan-perusahaan," ujarnya.***