Dinilai Lebih Akurat, WHO Rekomendasikan Penggunaan Rapid Test Antigen

Dinilai Lebih Akurat, WHO Rekomendasikan Penggunaan Rapid Test Antigen
Lihat Foto
WJtoday.com - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah merekomendasikan penggunaan rapid test antigen sebagai deteksi dini virus corona per 11 September 2020. WHO menilai akurasi alat ini jauh lebih baik dibanding rapid test antibodi yang selama ini digunakan banyak negara, termasuk Indonesia.  

Bahkan mereka mengumumkan akan membagikan 120 juta alat rapid test antigen ke 133 negara. Alat itu akan dibagikan ke negara berpenghasilan menengah dan rendah. 

"Rapid test kualitas tinggi ini akan menunjukkan kepada kami di mana virus itu bersembunyi, dan ini merupakan kunci untuk melacak dan mengisolasi kontak sehingga bisa memutus rantai penularan," kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di situs resmi WHO.  

WHO juga menyatakan, penyediaan rapid test antigen sudah disepakati oleh Yayasan Bill & Melinda Gates dengan produsen alat tes tersebut, Abbott dan SD Biosensor.  

Dalam upaya bisa mendapatkan bagian dari rapid test antigen ini, Jubir Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan pemerintah telah berkomunikasi dengan perwakilan WHO di Indonesia.  

"Kami juga mohon untuk bisa dipertimbangkan mendapatkan bantuan WHO untuk tes cepat ini. Agar kita bisa mendeteksi lebih cepat dari kasus masyarakat yang menderita COVID," tutur Wiku. 

Prof Wiku Adisasmito

Apa bedanya rapid test antigen dan rapid test antibodi? 

Prof Wiku menjelaskan, rapid test antigen ini lebih akurat dibandingkan rapid test antibodi. Alat ini bisa langsung mendeteksi virus SARS-CoV-2 yang jadi penyebab virus corona.   

"Tentunya akurasinya lebih tinggi, karena ini deteksi antigen akan lebih baik dari deteksi antibodi dalam rangka proses screening. Sebelum selanjutnya dilakukan tes diagnosa dengan real time PCR," kata Wiku. 

Rapid test antibodi hanya mendeteksi antibodi seseorang. Sehingga apabila seseorang dengan antibodi baik terpapar virus corona, ia tak akan terdeteksi.  

Sebab, antibodi seseorang pasti berbeda. Seringkali juga rapid test antibodi tidak akurat hasilnya. 

Epidemiolog UI Pandu Riono menjelaskan, rapid test antigen digunakan melalui metode tes swab. Sama seperti metode real time PCR.  

"Ya tetap gunakan spesimen dari swab nasofaring (lewat hidung dan tenggorokan). Walaupun  akurasi kurang (dari PCR) tapi cepat, murah dan bisa dipakai untuk skrining," tutur Pandu kepada kumparan, Jumat (2/10).  

Tidak seperti rapid test antibodi yang bisa dipakai individu, penggunaan rapid test antigen harus oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Persis seperti pengambilan sampel tes swab. 

Test antigen tersebut menurut WHO seharga USD 5 atau setara setara Rp 74 ribu. Nantinya lewat tes antigen baru itu hasil bisa didapat 15 sampai 30 menit. 

Seperti diketahui, tidak seluruh wilayah Indonesia mempunyai mesin PCR yang cukup. Misalnya di Aceh, kasus terus naik sementara mesin terbatas. 

"Rapid test antigen perlu dimanfaatkan pada wilayah yang PCR-nya terbatas," tutur dia. 

Prof Wiku juga telah memastikan bahwa Indonesia akan menggunakan rapid test antigen.  

"Apakah pemerintah Indonesia nantinya akan menyelenggarakan ini? Pastinya iya, kami sudah dapat rekomendasi WHO terhadap rapid test antigen yang kualitasnya baik. Kami sedang review dan selanjutnya akan digunakan," jelas Wiku.***