Tingkat Keterisian RS Rujukan Covid-19 di Bodebek Sudah Capai 70 Persen

Tingkat Keterisian RS Rujukan Covid-19 di Bodebek Sudah Capai 70 Persen
Lihat Foto
WJtoday, Depok - Gubernur Jawa Barat (Jabar) sekaligus Komite Kebijakan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah Jabar Ridwan Kamil menggelar pertemuan secara daring dengan lima kepala daerah di wilayah Bodebek (Bogor-Depok-Bekasi) di Kantor Wali Kota Depok,  Selasa (6/10/2020). 

Kang Emil --sapaan Ridwan Kamil--  dalam kesempatan tersebut mengungkapkan  rata-rata tingkat keterisian rumah sakit rujukan COVID-19 di Bodebek berada di angka 70 persen. 

Angka tersebut melebihi standar keterisian rumah sakit Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni di bawah 60 persen. 

Oleh karena itu, Emil menginstruksikan rumah sakit rujukan COVID-19 di Bodebek untuk meningkatkan kapasitas ruang perawatan pasien COVID-19. 

"Tadi kita instruksikan semua rumah sakit di Bodebek tolong menyumbang lagi lantai-lantai perawatannya," ucapnya. 

Selain itu, pasien tanpa gejala yang berasal dari klaster keluarga akan diisolasi ke pusat isolasi nonrumahsakit, seperti gedung negara atau hotel. Hal itu dilakukan karena potensi penularan dari klaster keluarga tergolong tinggi apabila melakukan karantina mandiri di rumah. 

"Kita akan memindahkan yang karantina tanpa gejala di rumah untuk dikarantina di gedung negara atau yang disewa seperti hotel dan wisma-wisma," katanya. 

Gubernur mengatakan, pihaknya intens melakukan pengetesan (testing) metode uji usap (swab test) Polymerase Chain Reaction (PCR) di Bodebek. Termasuk meningkatkan pengetesan metode PCR di Kabupaten Bogor yang memiliki penduduk sekitar 5 juta. 

"Untuk tes PCR, Kabupaten Bogor masih rendah karena memang penduduknya banyak lebih dari 5 juta. Namun, akan terus kita tingkatkan," ucapnya.
 
Emil pun meminta Kabupaten Bogor untuk mewaspadai munculnya klaster pesantren. Sedangkan Kabupaten Bekasi diminta fokus pada klaster industri. Sementara Kota Depok, Bogor, dan Bekasi, harus mewaspadai klaster keluarga. 

Menurut Emil, Kota Depok memiliki tiga tantangan sekaligus. Pertama, pengendalian COVID-19. Kedua, antisipasi bencana banjir di musim hujan. Terakhir adalah penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020. 

"Jangan sampai tiga tantangan ini menghabiskan sumber daya. Kita tetap semangat termasuk untuk warga Depok karena kuncinya hanya satu yaitu disiplin sambil nunggu vaksin. Karena tidak ada lagi perlawanan orang-orang sehat dalam mengatasi COVID-19, kecuali disiplin," ucapnya. 

Penjabat Sementara (Pjs) Wali Kota Depok Dedi Supandi melaporkan, rata-rata penambahan kasus positif COVID-19 di Kota Depok masih tinggi. Meski pada pekan ini, level kewaspadaan Kota Depok turun dari Zona Merah menjadi Zona Oranye. 

"Minggu ini ada di zona oranye berarti ada hasil dari upaya yang kita lakukan. Kami sudah keluarkan regulasi yaitu keberlanjutan pembatasan sosial termasuk pembatasan jam operasional toko dan tempat usaha perbelanjaan lainnya," ucap Dedi. 

Selain itu, kata Dedi, tingkat kesembuhan di Kota Depok meningkat menjadi 69 persen. Ia mengatakan, hal mendesak yang sangat dibutuhkan Kota Depok adalah pusat isolasi. 

"Kita butuh tempat isolasi. Kita sudah mencari hotel dan yang sudah siap wisma UI, tempat diklat di Cilodong. Hanya kami minim anggaran. Mudah-mudahan hadirnya Pak Gubernur berkantor di Depok bisa membantu," pungkasnya.  ***