Pilkada di Jabar: Mencari Pemimpin Ideal yang 'Nyunda, Nyantri, dan Nyakola'

Pilkada di Jabar: Mencari Pemimpin Ideal yang 'Nyunda, Nyantri, dan Nyakola'
Lihat Foto
WJtoday, Bandung - Pesta demokrasi tingkat lokal di Indonesia akan segera dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2020. Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah  (Pilkada) akan digelar  di 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota, totalnya berjumlah 270 daerah. Ini merupakan ajang untuk memilih dan menentukan pemimpin Pemerintahan Daerah. 

Masyarakat pemilih pada setiap daerah dituntut  untuk 'melek politik' dalam menentukan dan memilih pasangan calon Kepala Daerah yang diharapkan mampu membawa pada pencapaian kesejahteraan masyarakat. 

Jawa Barat (Jabar), merupakan Provinsi yang beberapa kabupaten/kotanya melaksanakan Pilkada pada tahun 2020 ini.  Sebanyak 8 Kabupaten/Kota di Jawa Barat melaksanakan Pilkada serentak. Terdiri dari tujuh Kabupaten dan satu Kota yaitu: Kabupaten Bandung; Kabupaten Cianjur;Kabuoaten Sukabumi; Kabupaten Karawang; Kabupaten Indramayu; Kabupaten Tasikmalaya; Kabupaten Pangandaran dan Kota Depok.  

Tentu saja  saat ini kedelapan wilayah tersebut, sedang menyiapkan diri agar pelaksanaan Pilkada dapat berjalan dengan aman, lancar, dan tertib. KPUD pada masing-masing Daerah tersebut sedang menyiapkan berbagai hal untuk kelancaran Pilkada tersebut. 

Melalui Pilkada Serentak  yang akan dilaksanakan, masyarakat berharap akan terpilih Kepala Daerah dan wakilnya  yang mampu menjawab berbagai permasalahan, mengoptimalkan dan memberdayakan potensi daerah dan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakatnya. 

Sosok pemimpin ideal adalah impian dan harapan segenap masyarakat. Kepala Daerah adalah sosok ideal pemimpin di tingkat lokal yang harus memberikan contoh dan menjadi teladan bagi masyarakatnya. Pilkada adalah proses dan media untuk memilih dan menentukan , siapa calon Kepala Daerah yang tepat?  

Kepala Daerah yang tidak hanya pandai bicara saat kampanye, melainkan juga kepala daerah yang mampu bekerja dan terjun langsung ke masyarakat: mengenali dan memahami permasalahan masyarakat serta memberikan solusi untuk masyarakat. 


Pilkada sebagai Pesta Rakyat di Daerah
Pesta rakyat, begitulah sebutan yang sering kita dengar untuk mengistilahkan pemilu atau pilkada. Pesta demokrasi, sebagai wujud dari rasa, ingin dan harapan masyarakat pemilih untuk menentukan calon kepala daerah yang diidamkannya.  Layaknya sebuah perhelatan, pilkada harus merupakan bagian dari proses demokrasi yang dimiliki oleh segenap masyarakat. 

Artinya masyarakat pemilih menyambutnya dengan sukacita. Tanpa unsur keterpaksaan. Mereka hadir dalam bilik suara penuh kegembiraan dan harapan untuk memilih calon kepala daerah. Oleh karenanya segenap unsur yang mendukung dalam penyelenggaraan pilkada di wilayah Jawa Barat, haruslah merasa bagian yang tepanggil karena tanggungjawab sebagai warga negara . 

Pilkada saat ini  merupakan Pilkada yang berbeda dengan yang sebelumnya, kondisi wabah covid 19 yang masih melanda berbagai wilayah di Jabar harus menjadi perhatian bersama. Pesta rakyat dalam pilkada harus terlaksana  dengan aman, lancar dan tertib, namun setiap unsur dan masyarakat pemilih tetap memperhatikan dan taat terhadap protokol kesehatan. 

Jadikanlah Pilkada sebagai pesta rakyat yang  ’bermuhasabah diri’, yaitu mengevaluasi diri agar menjadi masyarakat pemilih ; penyelenggara dan berbagai pihak lainnya senantiasa fokus pada terselenggaranya pilkada sebagai pesta rakyat  yang bersahaja, namun penuh makna. Untuk memilih Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah terbaik. 


Sosok Ideal Calon Kepala Daerah di Jabar: Nyunda, Nyantri, Nyakola 
Patut disyukuri bahwa  seluruh calon yang menjadi peserta pada pilkada di wilayah Jabar adalah putra-putra terbaik yang telah mendedikasikan dirinya untuk berbakti pada masyarakat.  Setiap calon tentu saja sudah mengikuti proses dan tahapan pilkada sampai nanti tiba saatnya pilkada. 

Dengan demikian mereka yang mencalonkan diri dalam pilkada adalah  sosok ideal yang  siap bekerja untuk masyarakat dalam pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan. Visi, misi, rancangan program yang disampaikan pada saat kampanye adalah konsep ideal yang ditawarkan. 

Artinya, para calon Kepala Daerah  yang bertanding dalam pesta demokrasi  dalam ajang ’Pilkada’ sudah mumpuni dan penuh kesiapan diri. Mereka  sudah siap untuk memenangkan pilkada, dan siap juga untuk menerima kekalahan jika belum memperoleh suara mayoritas dalam pilkada tersebut.

Sosok ideal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah  yang bertarung dalam pilkada, dalam pandangan masyarakat Jawa Barat yang sudah ada  sejeka lama, adalah  Calon Pemimpin yang Nyunda; Nyantri dan Nyakola.  

Tiga konsep dalam slogan yang sering kita dengar tersebut  harus dimaknai secara luas dan komprehensif.  Di dalamnya memiliki makna filosofi yang dalam. Jika  dimaknai dalam konsep manajemen pemerintahan, maka tiga hal tersebut bisa diterjemahkan secara mendalam. 

Nyunda, memiliki makna keberadaan diri dengan lingkungan dimana dia berada. Sebagai pemimpin, ia harus menyatu  dengan lingkungan dimana dia berada. Artinya  menjadi pemimpin di wilayah dan masyarakat Sunda, maka ia harus memahami kondisi, permasalahan, kebutuhan pada wilayah tersebut. Di sini, seorang pemimpin daerah harus peka terhadap kondisi wilayahnya, ia harus visioner, membangun dan menegembangkan daerah untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. 

Atikan  dalam budaya dan masyarakat Sunda harus menjadi bagian dari ’ucap, lampah , paripolah’  yang diharapkan oleh masyarakat. Berikutnya adalah konsep Nyantri,  ini dimaknai sebagai keberagamaan , agama Islam. Masyarakat sunda mayoritas Islam. Tentu saja makna  nyantri di sini menjadi sangat luas. Seorang pemimpin dalam hidupnya, dalam bekerja dan mengemban amanahnya , ia harus mendasarkan pada aturan dan ketentua agama. Teladan Rosulullah Muhamaad SAW, harus menjadi bagian yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Kebaradaan seorang pemimpin bagi masyarakatnya harus merupakan panutan, menyejukan, bijaksana dan mengayomi.  

Terakhir adalah konsep Nyakola, maknanya adalah seorang pemimpin senantiasa berpikir  sebagai ’Pembelajar’, maksudnya adalah ia harus senantiasa belajar untuk terus menjadi lebih baik. Belajar dalam arti luas, selain belajar dalam pendidikan formal, juga belajar secara informal. Belajar dari kehidupan, belajar dari masyarakat, belajar dari permasalahan. 

Sehingga cara berfikir dan bertindaknya  dilakukan sebagaimana halnya orang ’ Nyakola’. Seorang pemimpin yang nyakola, dipastikan ia senantiasa akan melaksanakan tugasnya melalui perencanaan yang baik, memperhatikan pada akurasi data yang obyektif, memprioritaskan kebutuhan masyarakat yang penting dan utama, serta selalu melakukan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya di Daerah.  

Pola pikir seorang pemimpin yang ’ nyakola’ dipastikan akan memprioritaskan pembangunan pendidikan sebagai salah satu prioritas pembangunan. Ia akan fokus pada penguatan kualitas Sumberdaya Manusia (SDM).  Hal ini sejalan dengan  selogan Pemerintah Indonesia bahwa:  SDM Unggul, Indonesia Maju.  Dengan demikian jelas bahwa konsep Nyunda; Nyantri dan Nyakola, merupakan salah satu ciri ideal dari calon pemimpin di wilayah Jabar. 

Dalam pandangan teori manajemen pemerintahan , seorang pemimpin  ideal adalah ia yang mampu menjalankan pemerintahan  dengan menggunakan prinspi-prinsip good government (Osborn & Gaebler, 1995).  Salah satu dari prinsip ideal yang ditawarkannya adalah ’ kepemimpnan visioner’, ia memiliki mimpi ideal untuk masa depan  masyarakatnya.  

Ide dan pemikirannya dituangkan dalam kebijakan dan program pembangunan yang berorientasi pada  kesejahteraan masyarakat dan masa depan yang lebih baik. Kembali kepada calon pemimpin di delapan kabupaten/kota yang akan melaksanakan pilkada, maka konsep ideal seorang calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, harus dimiliki. Mereka hadir bertandung untuk menjadi  pemimpin yang mampu membawa masyarakatnya mencapai masyarakat yang sejahtera dan maju. 


Kesiapan Masyarakat Pemilih
Pilkada akan segera dilaksanakan. Pesta Rakyat  dalam demokrasi di Daerah akan menjelang. Oleh karenanya masyarakat pemilih harus siap dan menyiapkan diri. Siap untuk menyalurkan hak politiknya dan menyiapkan diri agar saatnya pelaksanaan Pilkada  dalam keadaan sehat dan melaksanakannya dengan rasa bahagia. 

Pilkada yang berkualitas, turut ditentukan oleh  masyarakat pemilih yang  hadir dalam bilik suara dengan kesadaran politik yang tinggi, yang hadirnya dalam bilik suara karena rasa tanggungjawab untuk memajukan dan keberlangsungan pemerintahan daerah. 

Kesiapan masyarakat pemilih dalam Pilkada merupakan wujud demokrasi dalam tataran lokal semakin baik. Berdemokrasi ala masyarakat sunda harus diwujudkan dengan penuh kesantunan, taat aturan dan tangungjawab. Pesta rakyat dalam pilkada harus menjadi momen penting dan berharga dengan tidak mencederai pelaksanaan pilkada. 

Mari kita wujudkan Pilkada yang berkualitas. Semoga akan terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sesuai harapan masyarakat. Selamat berpesta demokrasi Urang Sunda.  ***

(Aos Kuswandi: Penulis dan Pemerhati Politik, Dosen di Unisma Bekasi)