Berdoalah Dalam Keadaan Yakin Akan Dikabulkan

Berdoalah Dalam Keadaan Yakin Akan Dikabulkan
Lihat Foto

WestJavaToday.com - Berdoa kepada Allah Azza wa Jalla merupakan amal shaleh yang keutamaan dan kedudukannya sangat tinggi dalam Islam.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut menunjukkan keagungan kedudukan doa dan yang menunjukkan bahwa ibadah ini sangat dicintai oleh Allah Azza wa Jalla :


 وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Rabbmu berfirman, “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku (berdo’a kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” [Al-Mu’min/40:60]

Dalam sebuah hadits yang shahih, dari an-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berdo’a adalah ibadah”, lalu Beliau Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat di atas.

Jadi, maksud dari kata ibadah dalam ayat di atas adalah berdo’a kepada Allah Azza wa Jalla . Dan karena kedudukannya yang mulia, di akhir ayat ini, Allah Azza wa Jalla memberikan ancaman keras bagi orang yang menyombongkan diri dan berpaling dari berdo’a kepada-Nya. Inilah makna sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :


 إِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ


Sesungguhnya barangsiapa enggan untuk memohon kepada Allah maka Dia akan murka kepadanya.

Dalam ayat lain, Allah Azza wa Jalla menjelaskan tingginya keutamaan do’a sebagai sebab perhatian dan pemuliaan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada para hamba-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:


 قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ ۖ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا

Katakanlah, “Rabbku tidak mengindahkan kamu, kalau kamu tidak berdo’a (dan beribadah kepada-Nya). (Tetapi bagaimana kamu beribadah kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya, karena itu kelak (adzab) pasti (menimpamu)” [Al-Furqân/25:77]

Demikian pula dalam beberapa hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang agungnya kedudukan do’a. Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, “Seutama-utama ibadah adalah berdo’a.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, “Tidak ada sesuatupun yang lebih mulia bagi Allah Azza wa Jalla daripada do’a.”


DOA YANG DIKABULKAN ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA

Setiap Muslim tentu mengharapkan do’a-do’a permohonan kebaikannya dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana yang dijanjikan Allah Azza wa Jalla dalam ayat di atas. Akan tetapi pada kenyataannya, tidak semua do’a yang dipanjatkan lantas dikabulkan-Nya.

Penyebabnya adalah banyak dari do’a-do’a yang dilakukan manusia tidak memperhatikan syarat-syarat, adab dan sebab-sebab terkabulnya do’a, serta tidak menjauhi penghalang-penghalang terkabulnya do’a tersebut, sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Di antara penghalang tersebut adalah melampaui batas dalam berdo’a dalam segala bentuknya, perbuatan dosa dan kezhaliman tanpa bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla , tergesa-gesa meminta pengabulan do’a dari Allah Azza wa Jalla , mengkonsumsi harta yang haram, baik dalam makanan, minuman, maupun pakaian, kelalaian hati dari (mengingat Allah Azza wa Jalla ), serta dominasi hawa nafsu dan syahwat pada diri manusia.

Demikian pula adab dan sebab-sebab dikabulkannya do’a yang banyak disebutkan dalam ayat al-Qur’an dan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jadi, do’a dan permohonan yang paling dekat dengan pengabulan dari Allah Azza wa Jalla adalah permohonan yang terpenuhi padanya syarat-syarat terkabulnya do’a, jauh dari penghalang-penghalangnya, dan dihiasi dengan adab-adab berdo’a sebanyak mungkin. Inilah do’a yang tidak akan ditolak oleh Allah Azza wa Jalla, insya Allah.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Jika terkumpul dalam do’a (seorang hamba) hadirnya hati dan terfokusnya secara utuh kepada permohonan yang dimintanya, (waktu dia berdo’a) bertepatan dengan salah satu dari enam waktu (yang dijanjikan padanya) pengabulan do’a, yaitu:

- sepertiga malam yang terakhir

- ketika adzan (berkumandang)

- (waktu) di antara adzan dan iqamah,

- di akhir shalat-shalat (lima waktu) yang wajib (sebelum salam),

- ketika imam (khathib) naik ke mimbar pada hari Jum’at sampai selesai shalat Jum’at,

- dan akhir waktu (siang) setelah shalat Ashar (sebelum matahari terbenam) pada hari Jum’at

disertai perasaan khusyu’ dalam hati, merendahkan diri, tunduk, pasrah dan mengakui kelemahan diri (di hadapan Allah Azza wa Jalla), dia berdo’a dalam keadaan suci (dari hadats), menghadap qiblat serta mengangkat kedua tangannya kepada Allah Azza wa Jalla.

Mulai lah (do’anya) dengan memuji dan menyanjung Allah Subhanahu wa Ta’ala , lalu bershalawat atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kemudian sebelum menyampaikan permohonannya, bertaubat dan beristigfar (memohon ampun kepada-Nya), setelah itu sampaikan permohonannya kepada Allah Azza wa Jalla, dengan merengek-rengek dan bersungguh-sungguh meminta, disertai perasaan takut dan berharap, bertawassul kepada-Nya dengan nama-nama-Nya (yang maha indah), sifat-sifat-Nya (yang maha tinggi), dan mentauhidkan-Nya, serta terlebih dahulu bersedekah sebelum berdo’a.

Sungguh do’a (seperti) ini hampir (pasti) tidak akan ditolak selamanya. Terlebih lagi jika do’a tersebut bersesuaian dengan do’a-do’a yang diberitakan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa do’a-do’a tersebut kemungkinan (besar) dikabulkan atau mengandung nama Allâh yang paling agung…”***