Telan Korban di Norwegia, Kemenkes Pelajari Penggunaan Vaksin Pfizer

Telan Korban di Norwegia, Kemenkes Pelajari Penggunaan Vaksin Pfizer
Lihat Foto
WJtoday, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Juru bicara vaksinasi, Siti Nadia Tarmizi merespon kasus di Norwegia yang mencatat dari 23 kasus meninggal usai divaksin asal Amerika Serikat, Pfizer BiNTech dan 13 kasus adalah lansia. 

Untuk diketahui, Pfizer merupakan salah satu vaksin corona yang juga akan digunakan di Indonesia. Vaksin Pfizer ini dijadwalkan tiba di Indonesia pada pertengahan 2021.  

Nadia menjelaskan perbedaan antara vaksin Pfizer dan CoronaVac dari Sinovac yang saat ini mulai digunakan di Indonesia. Setiap vaksin corona dinilainya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. 

"Tiap-tiap vaksin pasti ada kelebihan dan kekurangan. Kalau kita liat vaksin Pfizer itu bisa digunakan pada lansia di atas 60 tahun," jelas Nadia, Jumat (22/1). 

Selain bisa digunakan pada lansia, Pfizer juga menggunakan teknologi baru berjenis mRNA (messenger RNA) yang berbasis teknologi genetik. 

Sementara vaksin Sinovac menggunakan jenis inactivated virus, atau virus yang telah dimatikan. Jenis virus ini sudah umum terdapat di berbagai jenis imunisasi yang dilakukan di Indonesia. 

Terkait efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dari vaksin Pfizer, Nadia akan melihat lebih lanjut dan akan menjadi masukan serta evaluasi bagi Kemenkes.
  
Sebab, ia melihat vaksin Pfizer juga memiliki beberapa keuntungan lain jika disuntikkan kepada lansia. 

"Kita juga lihat Pfizer, selain ada beberapa keuntungan bisa digunakan pada lansia, tetapi efek proteksinya juga besar. Keamanannya relatif baik, meski ada kejadian efek samping yang dilaporkan," ungkap Nadia. 

Di sisi lain, pihaknya juga masih akan melihat perkembangan apakah penerima Pfizer di Norwegia meninggal karena efek dari vaksin, atau sudah memiliki riwayat penyakit sebelumnya. 

"Kita mesti lihat lagi di Norway, apakah betul-betul karena efek samping atau sudah ada penyakit lain sebelumnya. Waktu Sinovac sempat dihentikan di Brasil karena diperkirakan sebagai KIPI. Tapi setelah penelitian kembali ternyata kasus tersebut tidak ada hubungannya dengan penyuntikan vaksin, kemudian diteruskan kembali," tutur dia. 

Maka dari itu, terkait efek samping dari vaksin corona yang akan digunakan, masih akan didalami lebih lanjut oleh Kemenkes bersama BPOM. 

"Terkait KIPI, kita harus betul-betul dikaji, dilihat lebih dalam lagi apakah betul karena efek vaksin tersebut, atau memang kondisi penerima vaksin yang memang tidak atau responsnya yang berbeda, atau kondisinya yang timbul efek samping," pungkasnya. ***