Bersandar Hanya kepada Allah dalam Beramal

Bersandar Hanya kepada Allah dalam Beramal
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Salah satu tanda seseorang itu mengandalkan kepada amalnya ialah berkurang harapannya kepada rahmat Allah ketika terjadi kesalahan. 

Orang yang beriman hendaknya meyakini tercapainya sesuatu keinginan, baik keinginan duniawi, ataupun keinginan yang bersifat ukhrawi, adalah anugerah dari Allah SWT. 

Adapun amal adalah sebab, amal merupakan lantaran, sedangkan terjadinya musabab adalah kehendak dan kekuasaan Allah.

Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya amal seseorang itu tidak akan memasukkannya ke dalam surga.”Lalu sahabat bertanya: “Apakah juga engkau, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. bersabda: “Demikian juga aku, kecuali Allah mencurahkan anugerah dan rahmat-Nya kepadaku.”

Terkandung makna,  janganlah engkau mengandalkan pada amalmu, tetapi bersandarlah kepada Allah, sebab amal perbuatanmu itu tidak terjadi kecuali karena daya dan kekuatan yang datang dari Allah dan ganjaran yang engkau dapat itu tidak lain adalah karena anugerah Allah. 

Janganlah engkau mengandalkan amalmu, tetapi Bersandarlah kepada Allah yang memberi pertolongan kepadamu, sehingga engkau sanggup beramal mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. 

Jika suatu ketika engkau tergelincir berbuat kesalahan, mudah-mudahan Allah mengampuni kesalahanmu dan menunjukkan kepadamu jalan yang diridhai.

Orang yang beribadah kepada Allah dapat dibedakan menjadi dua golongan. Pertama, orang yang mengandalkan amalnya. Orang yang mengandalkan amalnya mempunyai pandangan bahwa yang mewujudkan amal perbuatan adalah dirinya. 

Ia memandang amal adalah harga yang harus dibayarkan untuk memperoleh ganjaran atau agar masuk surga. Maka ketika amalnya sedikit atau melakukan maksiat, harapan untuk memperoleh rahmat Allah berkurang, bahkan sampai pada titik dimana ia putus asa. 

Kedua, orang yang bersandar kepada Allah. Orang yang bersandar kepada Allah mempunyai pandangan ia beramal karena Allah memberikan anugerah kepadanya berupa daya dan kekuatan kepadanya sehingga ia sanggup beramal

Karena itu, ia tidak melihat amalnya dan tidak mengharapkan ganjaran dari amalnya. Amal datang dari Allah dan untuk Allah. 

Ahli hakikat berkata: “Barang siapa mencapai hakikat Islam, ia tidak meninggalkan amal, barang siapa mencapai hakikat Iman, ia tidak berpaling pada amal kecuali karena Allah, dan barang siapa mencapai hakikat Ihsan, ia tidak berpaling dari sesuatu selain Allah” (Ibnu Ajibah).

Makna yang terkandung di sini adalah barang siapa mencapai hakikat Islam, ia tidak sanggup meninggalkan amal, yakni tidak bermalas-malas beramal mengerjakan perintah Allah. 

Barang siapa mencapai hakikat Iman, ia tidak sanggup untuk berpaling pada amal kecuali karena Allah, yakni tidak mengerjakan amalnya kecuali karena Allah.

Barang siapa mencapai hakikat Ihsan, ia tidak berpaling dari sesuatu selain Allah, yakni tidak melihat kepada amalnya tetapi melihat kepada Allah yang memberikan kepadanya daya dan kekuatan sehingga ia sanggup beramal mengerjakan perintah-Nya.

Hubungan antara manusia dengan Allah berbeda sifatnya dengan hubungan antara manusia dengan manusia. Hukum yang berlaku dalam hubungan antara manusia dengan manusia ialah manusia berbuat dan memperoleh imbalan dari perbuatannya. 

Tetapi tidak demikian halnya hubungan antara manusia dengan Allah. Allah memberikan hidayah kepada manusia dan memberikan daya dan kekuatan sehingga manusia sanggup beramal, mengerjakan perintah, dan meninggalkan larangan.

Allah berfirman: “Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepada-Ku dengan keislaman kamu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepada kamu dengan menunjukkan kamu pada iman”. (QS. Al-Hujrat:17).

Maka ganjaran yang diberikan Allah janganlah dipandang sebagai imbalan atas ibadah yang engkau lakukan. Jika Allah memberi pahala kepada kita adalah semata-mata karena anugerah-Nya, dan jika Allah menimpakan siksa adalah semata-mata karena keadilan-Nya. 

Salah satu dari makna yang terkandung dalam iman dan tauhid kepada Allah ialah kita percaya bahwa segala sesuatu datang dari Allah dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan-Nya.  ***
(pam: dari berbagai sumber)