Covid-19 di Jabar Melonjak, Kapasitas Rumah Sakit Lampaui Standar WHO

Covid-19 di Jabar Melonjak, Kapasitas Rumah Sakit Lampaui Standar WHO
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Provinsi Jawa Barat tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang cukup mengkhawatirkan dimana warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 terus meningkat setiap harinya.

Akibatnya, rumah sakit-rumah sakit rujukan pun nyaris penuh. Kondisi tersebut membuat Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) melalui Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 berjibaku menyiapkan fasilitas layanan kesehatan demi menyelamatkan nyawa pasien. 

Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Jabar, Marion Siagian mengungkapkan tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) rumah sakit rujukan di Jabar kini sudah berada di angka 62,65 persen. Kondisi tersebut menurutnya sudah melampau batas maksimal berdasarkan standar WHO yang menyaratkan BOR di bawah 60 persen.

"Tadi malam kita mencatat untuk keseluruhan Jabar bed occupancy rate itu 62,65 persen, jadi kalau dibandingkan dengan Minggu lalu ini pertambahannya cukup tinggi, sehari nambahnya 2 hingga 3 persen dan ini sudah melewati standar WHO 60 persen. Kalau Pak Gubernur bilang ini sudah siaga," ungkap Marion di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (11/5/2021).

Marion mencontohkan rumah sakit di Kota Bandung. Menurut dia, tempat tidur bagi pasien bergejala ringan kini sudah terisi 767 dari total 947 tempat tidur.

Lalu, tempat tidur bagi pasien bergejala ringan terisi 474 dari total 545 serta tempat tidur pasien yang bergejala berat terisi 65 dari 79 tempat tidur tersedia. 

"Yang kuning 544 itu terisi 474 dan yang merah itu 79 sudah terisi 65," sebut dia.

Kini, lanjut Marion, pihak rumah sakit di Kota Bandung sedang melakukan screening untuk menentukan pasien bergejala dapat melakukan isolasi mandiri atau tidak, agar BOR dapat ditekan.

Menurut Marion, peningkatan kasus Covid-19 di Jabar mulai meningkat sejak tanggal 25 Mei 2021 lalu. Bahkan, peningkatan angka kasus bisa mencapai 1.000 dalam sehari. Padahal, pada bulan Maret dan April lalu, peningkatan kasus masih di bawah 1.000.

"Kami mencatat dari tanggal 28 Mei atau 15 hari setelah Lebaran ini kasus sudah cukup meningkat. Jadi ada 1.200 kemudian turun lagi menjadi 800 tapi di Minggu terakhir ini kita mencapai di atas 1.000," terangnya.

Marion menyebut, peningkatan angka kasus didominasi oleh klaster keluarga dan klaster perkantoran. Namun begitu, dia tak menyebut angkanya secara rinci.

"Ini harus kita antisipasi dan waspadai dan kita lihat juga kasus sekarang klasternya klaster keluarga, ini akibat kita banyaknya kita berinteraksi dengan keluarga dan orang lain," katanya.

Dirut RSUD Al-Ihsan, Basalama Gatot mengakui, seluruh tempat tidur yang tersedia sudah terisi penuh. Sebagai tindak lanjut, pihaknya sedang melakukan screening pada 20 pasien yang dirawat di IGD untuk menentukan apakah bisa dialihkan menjalani isolasi mandiri di rumah ataukah tidak.

"Kondisi sekarang memang betul, kalau saya katakan mengerikan dimana untuk Al-Ihsan kita menyiapkan ketersediaan tempat tidur itu sebanyak 151 tempat tidur dan sudah terisi 100 persen artinya sudah full," ungkapnya.

Selain itu, pihak rumah sakit juga berupaya mengalihkan pasien yang bergejala ringan untuk menjalani isolasi di rumah masing-masing atau tempat karantina yang telah disediakan pemerintah. Dengan demikian, rumah sakit hanya menangani pasien yang bergejala sedang dan berat saja.

Basalama menambahkan, banyak pasien datang ke rumah sakit dalam kondisi yang buruk. Diduga, pasien itu lama berada di rumah dalam kondisi terinfeksi. Saat datang ke rumah sakit, pasien sudah dalam kondisi yang buruk.

"Rumah sakit di Bandung Raya kami sudah mengurangi yang untuk ketersediaan tempat tidur yang hijau. Artinya, yang gejala ringan atau tanpa gejala itu bisa diisolasi mandiri atau diisolasi di tempat yang sudah disiapkan oleh pemerintah, rumah sakit hanya merawat yang sedang dan berat saja," ucap dia.

Direktur RS Borromeus Bandung, Chandra Mulyono mengatakan, tempat tidur yang dapat digunakan masih tersedia. Namun, jika pasien terus datang, pihaknya khawatir terjadi over capacity.

"Kami dengan 124 tidur masih ada ruang untuk ditambah tapi kalau terus meningkat ini berisiko juga kami harus membuka lagi sampai 149 tempat tidur," kata dia.

Sementara itu, Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Jabar Daud Ahmad mengakui bahwa kasus Covid-19 di Jabar terus meningkat. Sebagai langkah antisipasi, pihaknya akan memperkuat kapasitas pusat isolasi, rumah sakit darurat, dan rumah sakit rujukan.

"Jabar memiliki tempat isolasi di BPSDM dan Secapa AD. Jumlah bed di BPSDM dan Secapa AD total ada 350 bed. Dinkes Jabar terus melakukan komunikasi dengan pihak Kesdam (Kesehatan Kodam) untuk menambah bed di Secapa AD sebagai langkah antisipasi lonjakan kasus," jelasnya.

Bahkan, kata Daud, pihaknya juga telah mempersiapkan Lapangan Tembak Gunung Bohong sebagai tempat isolasi, termasuk mengerahkan rumah sakit baru di Soreang yang dapat menampung 100 pasien Covid-19.

"Terkait rumah sakit darurat, Jabar masih memiliki rumah sakit darurat di Bogor dan Bekasi yang sejauh ini belum beroperasi. Rumah sakit darurat ini dapat dikerahkah jika suatu saat terjadi kenaikan kasus yang signifikan," kata Daud.***