Curhat soal Pengeroyokan saat Demo 11 April Lalu, Ade Armando: 5 Menit Polisi Terlambat Mungkin Saya Mati

Curhat soal Pengeroyokan saat Demo 11 April Lalu, Ade Armando: 5 Menit Polisi Terlambat Mungkin Saya Mati
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Pegiat media sosial dan dosen Universitas Indonesia (UI), Ade Armando telah pulih dari luka pengeroyokan saat aksi demo 11 April lalu. Ia pun menceritakan upayanya melindungi diri saat pengeroyokan terjadi.

Ia mengaku para pelaku menjadikan kepalanya sebagai sasaran utama.

"Ketika terjadi pengeroyokan itu, sebenarnya yang jadi sasaran utama adalah kepala saya," imbuhnya sebagaimana dikutip dari Cokro TV, Minggu (15/4/2022).

Sontak, ia melindungi kepala bagian depannya dengan kedua tangan. Naas, kepala bagian atas dan belakangnya menjadi bulan-bulanan para pelaku.

Tak cuma itu, bagian tubuh lainnya yang tidak bisa ia lindungi, seperti perut, punggung, ikut menjadi sasaran.

"Kalau kepala depan bisa saya tutupi dengan kedua tangan saya. Tapi kepala atas atau belakang itu jadi sasaran utama tendangan-tendangan," katanya.

Namun, Ade mengklaim dokter yang merawatnya menyebut ia beruntung karena meski pelaku menyasar kepala, tidak ada kerusakan parah di bagian otak.

"Dokter bilang bahwa otak anda ini kuat, sudah ditendang-tendang begitu seharusnya (kerusakannya) bisa lebih buruk dari ini," terang Ade.

Pun demikian, Ade masih diminta untuk melanjutkan pemulihan. Sebab, masih ada genangan darah di bagian otak.

"Mungkin enggak seperti sediakala jadi ada namanya persoalan ini, genangan darah. Ada darah lah di otak saya itu," akunya.

Menurut Ade, dokter yang merawatnya mengatakan Ade mungkin mati jika terlambat menolongnya dalam waktu 5-10 menit.

"Jadi dokter bilang kalau saja terlambat, barangkali 5 menit sampai 10 menit polisi menolong saya ada kemungkinan bahwa saya sudah mati lah meninggal dunia," kata Ade.

Selain itu, Ade Armando mengaku selamat dan sembuh dari pengeroyokan karena gemuk.

Sebab, saat para pelaku menendang bagian perut daging, yang terkena adalah daging atau lemak, bukan tulang.

Hal ini diketahui dari keterangan dokter saat menjelaskan mengenai tindak kekerasan yang menyasar perutnya.

"Jadi rupanya yang ditendang oleh para pengeroyok adalah daging, bukan tulangnya," kata Ade.

Menurut Ade, hal ini menjadi cerita lucu dalam kasus pengeroyokan yang menimpanya. Dokter yang merawatnya mengatakan ia bisa selamat karena memiliki tubuh gemuk.

Karena itu, meski ditendang banyak orang Ade di bagian perut Ade tidak mengalami keretakan tulang.

"Dokternya bilang saya bisa selamat seperti itu karena saya gemuk, ternyata ada untungnya juga jadi orang gemuk," ujar Ade.

Ade Armando menjadi korban penganiayaan massa saat demo penundaan pemilu di depan Gedung DPR/MPR Jakarta pada 11 April lalu. Ia dipukuli hingga tak berdaya, namun berhasil diselamatkan aparat dari amukan massa.

Mulanya, Ade sempat bicara dengan wartawan maksud kedatangannya ke lokasi demo. Dia mengaku mendukung aspirasi mahasiswa yang menolak pemilu 2024 ditunda.

Namun, ia terlibat cekcok dengan sejumlah massa yang memiliki pandangan berbeda. Semakin banyak massa yang ikut cekcok dan berujung kekerasan fisik terhadap Ade Armando.

Kini, dosen Fisip UI itu dirawat di RS Siloam Semanggi, Jakarta.

Polisi sudah menetapkan sembilan orang tersangka dalam kasus pengeroyokan itu. Sebanyak dua tersangka masih buron atau tengah diburu polisi.***