Dana dari Pemerintah Pusat Mampet di Gubernur, RI Terjebak Resesi

Dana dari Pemerintah Pusat Mampet di Gubernur, RI Terjebak Resesi
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan Indonesia masih terjebak dalam resesi pada kuartal I-2021. BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi tanah air -0,74% secara year on year (yoy) dan -0,96% qtq.

Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers beberapa waktu lalu mengatakan, resesi bisa saja terlalui bila pemerintah daerah (pemda) dapat meneruskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dari Pemerintah pusat yang nilainya fantastis mencapai Rp 182 triliun, bukan malah ditahan di bank.

"Satu hal buat menghambat adalah realisasi APBD belanja barang jasa dan pegawai mengalami kontraksi," ujar Kepala BPS Suhariyanto.

Dalam situasi sekarang, belanja pemerintah sangat dibutuhkan untuk menggenjot kembali perekonomian. Sebab swasta maupun rumah tangga tidak beraktivitas normal. Bila pemerintah juga tidak belanja, maka aktivitas ekonomi tidak terjadi.

Pemerintah pusat telah mempercepat transfer ke daerah sejak awal pandemi karena mengetahui penerimaan asli daerah pasti ambrol. Tapi sayangnya baik Gubernur, Walikota maupun Bupati tidak meneruskan ke rakyat.

"Padahal yang namanya perputaran uang di sebuah daerah itu sangat menentukan pertumbuhan ekonomi. Jadi transfer pusat ke daerah itu tidak dibelanjakan, tapi ditaruh di bank," kata Jokowi beberapa waktu lalu.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pada Oktober 2020 lalu, transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) sudah disalurkan sebesar Rp 697,9 triliun atau 91,4% dari pagu. Tapi belanja daerah secara keseluruhan baru 53,3% atau senilai Rp 693,4 triliun.

Saldo kas pemda justru alami peningkatan menjadi Rp 247,5 triliun dari posisi Juni yang sebesar Rp 196,2 triliun. Kemudian kondisi yang sama juga terjadi pada awal tahun.

"Tidak semakin turun, semakin naik. Naik 11,2%. Artinya tidak segera dibelanjakan. Gimana pertumbuhan ekonomi daerah mau naik kalau uangnya disimpan di bank? Hati-hati," tegas Jokowi.

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian meminta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membongkar nama daerah dengan simpanan terbanyak di bank. Selanjutnya pemerintah bisa menahan transfer ke daerah sampai uang tersebut dibelanjakan.

"Kalau kita lihat ada yang tidak bergerak dananya, saya akan minta ke Menkeu saran kami kita gunakan transfer berbasis kinerja, kalau kinerja enggak bergerak, transfer ditahan dulu sampai di belanjakan," ujar Tito.***