Dari 93.680 RDT di Jabar: 1.992 Terindikasi Positif, 14 Ribuan Belum Dilaporkan Hasilnya

Dari 93.680 RDT di Jabar: 1.992 Terindikasi Positif, 14 Ribuan Belum Dilaporkan Hasilnya
Lihat Foto
WJtoday, Bandung - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) melalui Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar mengungkapkan  berdasarkan 79.549 rapid diagnostic test (RDT).  sebanyak 1.992 warga di wilayahnya terindikasi positif COVID-19.

Data tersebut  berpotensi berubah mengingat Pemprov Jabar menyebar 93.680 RDT ke 27 kabupaten/kota.  

Artinya, masih ada sekitar 14 ribu RDT yang belum dilaporkan hasilnya. 

"Laporan sudah dilaksanakan di 27 kab kota. Tentunya tidak merata, ini sesuai dengan data yang kami lihat, mana daerah yang lebih banyak positifnya, ini akan lebih banyak dan diperhatikan untuk (menggelar) rapid test," kata Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, Daud Achmad, di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Rabu (22/4/2020).

Sementara kabar baiknya, Daud melanjutkan, jumlah pasien positif COVID-19 yang sembuh di Jawa Barat (Jabar) terus bertambah dari waktu ke waktu. Berdasarkan data PIKOBAR (Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jabar) pada Rabu (22/4/2020) pukul 19:00 WIB, 79 pasien COVID-19 sudah dinyatakan sembuh. 

"Alhamdulillah ini yang sembuh terus meningkat, yang kemaren 56 sekarang 79. Mudah-mudahan yang sembuh ini akan terus meningkat, akan terus bertambah," ujarnya.

Sementara jumlah pasien positif COVID-19 yakni 762 orang, dan 71 meninggal dunia. Sedangkan, jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 3.778, selesai pengawasan 1.687 orang, dan pasien masih dalam pengawasan sebanyak 2.091 orang. 

Untuk ODP sebanyak 36.158 orang, selesai pemantauan sebanyak 25.802 orang, dan orang masih dalam pemantauan sebanyak 10.356 orang.

Selain itu, Daud mengimbau kepada warga Jabar untuk membatasi kegiatan yang bersifat massal selama bulan Ramadan di tengah pandemi COVID-19, seperti meniadakan buka bersama dengan kerabat dan salat taraweh berjamaah di rumah. Hal itu sesuai dengan imbauan Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).


"Untuk ibadah puasa di tengah pandemi, sesuai imbauan dari Kementerian Agama dan MUI, bahwa di bulan Ramadan ini, kita tetap beribadah, berzikir, dan bertadarus di bulan ramadan, hanya dibatasi, dilakukan semuanya di rumah," ucapnya. 

"Kalau mau taraweh berjamaah, berjamaahlah di rumah dengan keluarga inti. Buka bersama, sementara ini, yang biasanya kita mengundang selain keluarga untuk berbuka puasa di rumah atau di luar, itu ditiadakan. Artinya, dilarang. Saya berharap biaya yang dikeluarkan bisa disumbangkan kepada masyarakat kita yang lebih membutuhkan," imbuhnya mengakhiri.


Puncak Covid-19 di Jabar Diprediksi Terjadi di 22 April-29 Mei 2020
Sebelumnya Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar menyatakan tengah mewaspadai fase puncak pandemi Covid-19 yang diprediksi jatuh pada 22 April hingga 29 Mei 2020.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jabar Berli Hamdani mengatakan, salah satu indikatornya adalah terus meningkatnya tren kasus COVID-19 di Jabar.

"Kalau dilihat dari kasus, memang saat ini meningkat trennya, ini sesuai dengan prediksi awal bahwa puncak (pandemi) yang terjadi dengan upaya yang sudah ditempuh Pemprov Jabar ini diperkirakan pada 22 April sampai nanti sekitar 29 Mei," kata Berli dalam telekonferensi pers daring, Selasa (21/4/2020).

Saat ini jumlah kasus positif COVID-19 di Jabar menyentuh angka 762 kasus, 71 orang di antaranya meninggal dunia dan 79  dinyatakan sembuh.

"Jadi kita harus tetap mewaspadai dan ini juga dibutuhkan kerjasama semua, terutama dari masyarakat, kita harus disiplin, jangan membuat kerumunan massa, apalagi di bulan puasa banyak sekali kegiatan yang biasanya berkumpul masal, hal itu harus bisa kita kurangi dan batasi," tutur Berli.

Saat ini, Pemprov Jabar tengah mengupayakan penanggulangan virus dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Bodebek dan Bandung Raya, yang diiringi pelaksanaan rapid test secara masif.

"Sampai saat ini baru sebagian obat yang diperuntukkan COVID-19 kita terima dari Kementerian Kesehatan. Jadi kita sudah terima adalah oseltamivir, multivitamin, vitamin C dosis tinggi dan pil kina. Itu adalah yang diterima, dan dengan obat itu banyak penderita COVID-19 di Jabar, alhamdulillah sembuh," pungkas Berli. ***