dr Tirta: "Rapid Test Bisnis/gimmick/solusi? Silahkan Anda Nilai Sendiri.”

dr Tirta: "Rapid Test Bisnis/gimmick/solusi? Silahkan Anda Nilai Sendiri.”
Lihat Foto
Wjtoday.com - Dokter sekaligus relawan peduli pencegahan penyebaran virus corona (Covid-19), dr Tirta Mandira Hudhi
saat ini tengah ramai diperbincangkan.

dr Tirta menjadi salah satu relawan yang gencar membantu tenaga medis dan masyarakat melawan virus corona atau Covid-19.

Ia membantu memberikan sumbangan miliaran rupiah baik berupa Alat Pelindung Diri (APD) maupun bantuan lainnya.

Saat ini Tirta mengaku resah dengan kondisi pandemi Covid-19, tepatnya ia merasa keanehan dari tes rapid yang begitu bergaung diharuskan semua kalangan.

dr Tirta mengungkapkan, ada tujuh hal yang membuatnya tidak bisa tidur dan akhirnya dituliskan dalam akun Instagramnya @dr.tirta pada Rabu, 23 September 2020 dini hari.

“Enggak bisa tidur, gatal buat nulis, toh pagi nanti saya masih rapat relawan. Ayok. Kita bahas masalah demi masalah yang mengganjal di mata saya. 7 bulan sudah info lumayan dan lengkaplah. Rapid Test : Bisnis/gimmick/solusi? Silahkan anda nilai sendiri,” ungkap dr. Tirta seperti dikutip wjtoday, jumat, 25/09/ 2020.

Hal pertama yang dibahas adalah adanya statement “alat test Covid” yang muncul pada Maret 2020, menyebutkan rapid test berbasis serology, sebenernya itu screening test yang tidak bisa dijadikan patokan hasil infeksi Covid-19.

Kedua, dr Tirta merujuk pada Persatuan Dokter Lab  tidak merekomendasikan rapid, karena harusnya perbanyak PCR Swab Test agar bisa cepat.

Ketiga, rapid test tiba-tiba dibuat sebagai syarat semua kerjaan, administrasi, transportasi dkk. Tapi warga disuruh bayar sendiri? Logis? Rapid test serology disamain kayak SKCK bung!,” tegasnya.

Keempat, Lebih lanjut dr Tirta juga menyoroti harga rapid test pada Mei 2020 yang berada di angka Rp300-400 ribu, tetapi kini tiba-tiba hanya di kisaran Rp100-150 ribu doang.


“Kok iso? Lha kalau sekarang bisa murah? Sekarang bisa murah? Terus dulu-dulu mahal, itu gimana? Berarti harga modal sejatinya rendah, tapi karena enggak ada batasan harga eceran tertinggi, jadinya mahal. Jujur aja, pure ini bisnis! Ada ceruk laba yang diambil di sini! Ayok, pembelian rapid harus diaduit! Berani enggak?,” jelasnya penuh emosi.

Masih berlanjut di point kelima dr Tirta mengajak semuanya bersuara soal kejanggalan rapid test.

“Rapid test serology hasilnya berlaku sampai 14 hari stelah rapid. Padahal false positif dan negatif tinggi. Apa yang menjamin kalau rapid saya negatif, terus test berlaku 14 hari, padahal 14 hari saya keliling-keliling, terus tetap aman gitu? Atau buat ayem-ayem aja? Jujur bos!,” tulisnya meminta kejelasan pihak-pihak yang berwenang melakukan rapid test.

Untuk itu, dr Tirta meyakini rapid test akan mendapat masa untuk diaudit pemerintah karena sudah bertindak memahalkan harga, padahal bisa dikasih ke daerah zona merah.

“Rapid test serology. Saya yakin suatu saat harus diaudit, kenapa kok enggak ambil swab PCR aja yang jelas gold standard. Dan kasih gratis ke semua warga di wilayah redzone. Ini baru satu hal selama saya di lapangan selama tujuh bulan,” tegasnya.

Tak lupa, ia juga memperkuat pernyataannya soal rapid test bagian dari bisnis, terbukti dengan pesan dari seseorang ke dirinya yang menawarkan alat rapid test.

Lengkapnya, penawaran itu dikirimkan ke dirinya pada bulan April 2020 dengan harga variatif, dari Rp500 ribu hingga kini sudah Rp95 ribu, sehingga dr Tirta menyindir keras bahwa bisnis rapid test sudah tidak laku lagi.

“Sejak April, gue menerima tawaran gini banyak banget bos. Gue diamin. Dulu Rp500-an ribu. Sekarang Rp95.000 itu enggak laku apa gimane? Mentang-mentang gue relawan, lu mau dagang rapid gitu ke gue? Kok gampang banget ya rapid dijual bebas? Buka mata hati lu semua,” pungkas dr Tirta.***