Elang Mulia Lesmana, Gugur Sebagai Pahlawan Reformasi 98, Apa Esensi Hakikinya?

Elang Mulia Lesmana, Gugur Sebagai Pahlawan Reformasi 98, Apa Esensi Hakikinya?
Lihat Foto

Wjtoday, Bandung - Hari ini  tanggal 12 Mei, bertepatan dengan akhir dari bulan suci Ramadhan, sebuah tanggal tonggak sejarah perjuangan rakyat dan bangsa Indonesia, untuk menegakkan kedaulatannya, betapa 12 Mei 1998, saat itu seluruh air mata tertumpah kepada seorang mahasiswa Trisakti, yang namanya menandakan seekor burung garuda yang gagah perkasa, siapa lagi kalau bukan Elang ? ...Elang adalah nama yang luar biasa, gugur berkorban demi bangsa dan negara tercinta Indonesia.

12 Mei 98, Darah mengalir dari tubuh seorang pemuda bernama Elang, darah kemuliaan membasahi bumi pertiwi, sesuai dengan namanya Mulia, dialah pahlawan perlambang reformasi.

Elang Mulia, dengan nama lengkap Elang Mulia Lesmana. Kuasa Allah Swt., menakdirkan dengan sangat tepat sesuai dengan namanya, Elang Mulia harus gugur sebagai pahlawan reformasi, sehingga sangat mudah bagi rakyat dan bangsa Indonesia untuk mengingatnya.

Elang Mulia Lesmana, Korban Tragedi Trisakti 12 Mei 1998

Gerakan Mahasiswa menemukan kemuliaannya, dengan tonggak Reformasi 98, mampu menumbangkan hegemoni rezim orde baru. Kekuasaan orde baru yang tidak berbeda dengan orde lama, kekuasaan tanpa batas yang sudah barangtentu sangat memuakkan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, saat itu tumbang dengan Reformasi.

Semua pejuang gerakan reformasi merasakan kebahagiaan ini, bagi mereka semua tidak masalah dengan kondisi repot nasi, yang penting rakyat dan bangsa Indonesia mempunyai harga diri dan berdaulat penuh sesuai amanah UUD 1945 Pasal 1, ayat 2, bahwa Kedaulatan (negara) ada di tangan rakyat, yang kemudian sesuai dengan perjuangan reformasi ini, pasalnya di sempurnakan, yang tadinya Kedaulatan ada di tangan rakyat dan sepenuhnya di laksanakan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR ), di rubah dengan amandemen UUD tahun 2001, menjadi Kedaulatan ada di tangan rakyat, dan dilaksanakan sepenuhnya sesuai Undang-undang.

Dengan perubahan UUD 1945 melalui amandemen UUD 2001 inilah, sehingga kedaulatan negara, mutlak sepenuhnya di tangan rakyat, untuk melengkapi UUD Amandemen 2001, maka di susunlah UU Pemilu, yang membatasi jabatan presiden dan wapres, maksimal hanya dua kali masa jabatan, dan Presiden dan Wapres di pilih langsung oleh rakyat, tidak di pilih oleh MPR lagi.

Dengan terbitnya UU Pemilu ini, berakhirlah sudah hegemoni orde baru di gantikan oleh orde Reformasi, dengan demokrasi sepenuhnya melalui kedaulatan tangan-tangan rakyat. Dengan orde Reformasi ini, tidak ada lagi kekuasaan yang tidak terbatas bin seumur hidup ala orde lama dan orde baru.

Dengan berakhirnya kekuasaan tidak terbatas ini, kecenderungan korupsi dari kekuasaan bisa di tekan dan bisa berkurang, karena alamiah semakin lama berkuasa, maka sebuah pemerintahan otomatis lebih cenderung korup.

Inilah esensi utama perjuangan pergerakan mahasiswa 98, yang sekarang genap berusia 23 tahun, usia yang cukup panjang dan alhamdullillah dengan bergulirnya reformasi 98,  bangsa Indonesia semakin kokoh dan kuat menjadi salah satu Negara Demokrasi terbesar di dunia, di samping Amerika Serikat.

Sudah barang tentu rongrongan terhadap sokoguru Demokrasi ini, setiap saat kencang menerpa, seperti beberapa hal yang selalu mencuat, antara lain keinginan- keinginan neo orla dan neo orba yang menghendaki kembali ke UUD 1945 secara murni dan konsekwen, betapa nyinyirnya terhadap reformasi, yang di anggap sumber dari segala masalah yang terjadi sa'at ini, mereka tidak sadar di zaman orde baru kasat mata terjadi, bagaimana penghianatan terhadap kedaulatan rakyat terjadi dengan proses pat gulipat sidang MPR yang memperjual belikan suara untuk kursi presiden dan wapres, sehingga kekuasaan abadi seorang presiden dan wapres bisa terjadi.

Kemudian sekarangpun mencuat usulan-usulan untuk memperpanjang masa jabatan presiden menjadi tiga kali, hal inipun adalah kontra reformasi, dan sangat bagus presiden Jokowi menolak dengan tegas, dan memahami arti dari Reformasi.

Mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998

Hari ini, 12 Mei bangsa dan rakyat Indonesia, memperingati hari Reformasi yang ke-23, Kedaulatan Rakyat tegak di bumi Indonesia, setiap diri dari rakyat Indonesia sekarang mempunyai harga diri sebagai yang berdaulat di NKRI, dan memberikan mandatnya kepada Presiden dan Wapres secara langsung, namun harus di ingat PR dari perjuangan reformasi masih panjang, karena kedaulatan rakyat masih jauh panggang dari api di banding kesejahteraan rakyat.

PR perjuangan dari orde Reformasi masih sangat besar menanti di hadapan mata, apalagi kalau bukan perjuangan untuk mewujudkan sila kelima dari Pancasila; Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Adilkah 200 konglomerat menguasai 70% sd 80% ekonomi Negara, sementara 270 juta rakyat Indonesia beserta pemerintahannya hanya menguasai 20% sd 30% ekonomi Negara.

Ketidak adilan ini akibat residu demokrasi dengan kapitalisme liberal yang tidak terkontrol dan semakin merajalela, oleh karena itu semua anak bangsa penting menyadari dan memahami kondisi minor ketidakadilan sosial di Indonesia, dan perjuangan rakyat yang tepat sa'at ini, perlu melawan ketidak adilan dengan membangun  kekuatan-kekuatan kontrol sosial ekonomi sebaik mungkin, sehingga mampu menghentikan pola ekonomi jahat dengan memproduksi orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin.

Gap sosial dan kecemburuan sosial secara simultan harus di eliminir, jangan sampai terjadi lagi ledakan sosial 98, sehingga manusia menjadi biadab, bar-bar, menjarah dan membakar apapun yang di bencinya.

Untuk perjuangan besar menegakkan keadilan sosial ini, mudah-mudahan setiap sa'at di Indonesia akan terus menerus melahirkan generasi Elang-elang baru yang berani bicara, gagah perkasa dan Mulia, berjuang untuk bangsa dan rakyat Indonesia.

Dan akhirul kata, mari kita semua bangsa dan rakyat Indonesia, sejenak menundukkan kepala mengheningkan cipta dan berdo'a bagi para pahlawan Reformasi, yang mengorbankan nyawa demi marwah, kedaulatan bangsa dan rakyat Indonesia.  Mudah2an Elang Mulia beserta semua pahlawan reformasi, di diterima dan tempatkan oleh Allah Swt., di Syurga Firdaus, tempat di akherat yang paling Mulia. Aamiin YRA.

Allahu Akbar !, Merdeka ! Rampes !.

Penulis : Ir. Dony Mulyana Kurnia ( DMK) - aktifis ITB '98 - Ketua Umum DPP Partai Sunda Nusantara ( PSN )