Elektabilitas Airlangga Hartarto Jeblok, Politisi Senior Golkar Desak Gelar Munaslub

Elektabilitas Airlangga Hartarto Jeblok, Politisi Senior Golkar Desak Gelar Munaslub
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Survei Indikator Politik Indonesia mendapati Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto memiliki tingkat keterpilihan hanya 0,1 persen.

Politisi  senior  Partai Golkar Erwin Ricardo Silalahi mendesak para elite Golkar untuk segera memutuskan pergantian ketua umum di partai berlambang beringin tersebut.

Erwin menilai Airalangga Hartarto sudah tidak pantas lagi menjabat sebagai Ketua Umum Golkar.

Alasanya, lanjut Erwin, selain isu perselingkuhannya dengan seorang perempuan bernama Rifa Handayani, kepemimpinan Airlangga juga sudah tidak memiliki kepercayaan publik khususnya di internal Golkar. 

"Ibarat bangunan, Airalangga ini bangunan yang mangkrak, susah untuk direnovasi, satu satunya jalan ya dirobohkan," ujar Erwin kepada wartawan, dilansir dari warta ekonomi, Rabu (12/1/22).

Bahkan, Erwin juga tak habis pikir dengan elektabilitas Airlangga yang masih terus berkutat di angka nol koma sekian. Bahkan masih jauh di bawah kader Golkar selevel Dedi Mulyadi. 

"Bayangkan saja, Dia sebagai Menteri, sebagai ketua umum, sudah tebar program dan baliho dimana-mana, tetap saja elektabilitasnya tidak naik. Bahkan kalah dengan Dedy Mulyadi. Kalau tetap dipertahankan, percayalah, Golkar bakal jeblok di 2024," imbuhnya.

Untuk mengganti posisi Airlangga menurut Erwin, DPP Golkar bisa saja menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub), atau bisa juga dengan menggelar Pleno yang diperluas. 

Karena, kata Erwin, kondisinya ini sama persis ketika Airlangga diangkat menjadi Ketua Umum Golkar menggantikan Setya Novanto. Terjadi kondisi mendesak saat itu. 

"Saya pikir ini sama kondisinya juga mendesak, karena kader Golkar khususnya di daerah-daerah yang juga resah dengan kondisi Airlangga saat ini. Selain tak dipercaya publik, kasus perselingkuhannya dengan Rifa Handayani juga membuat gerah. Dengan diamnya Airlangga, ini menandakan bahwa kasusnya itu memang benar terjadi, dan ini tidak bisa dibiarkan, sangat merusak citra Golkar," tegasnya.***