Fenomena Lemah Iman: Lebih Percaya Harta daripada Kebaikan di Sisi Allah

Fenomena Lemah Iman: Lebih Percaya Harta daripada Kebaikan di Sisi Allah
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Setan merupakan musuh terbesar umat manusia. Setan masuk ke dalam hati setiap orang, apakah dia seorang mukmin atau pun kafir. Setan terus melakukan upaya untuk membawa hasutan, keburukan, dan kejahatan ke dalam dada manusia.

Nabi Adam, bapak manusia, harus keluar dari surga karena tergoda oleh bujuk rayuannya (QS al-Baqarah: 36). Dikatakan, setan akan memukul dan meyerang manusia dari segala arah, sehingga manusia tak berdaya dan menjadi kufur kepada Allah.'

'Kemudian saya (setan/iblis) akan mendatangi mereka (manusia) dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur/taat.'' (QS al-A'raaf: 17).

Maka menurut Imam Al-Gozali untuk menjaga dan menyelamatkan diri dari langkah tipu daya setan, orang mukmin harus menutup semua jalan masuk atau aksesnya, sehingga setan tak dapat mendekat dan menguasai kita.

Imam Ghazali njuga menejaskan, tak mungkin seseorang bisa menutup akses itu bila tidak mengetahui jalan masuk atau pintu-pintunya. 

Ini berarti, tugas pertama yang harus dilakukan adalah mengenali pintu-pintunya, lalu menutupnya rapat-rapat sehingga musuh tidak bisa mendekat karena kehilangan akses.

Di antara pintu-pintu yang harus dikenali itu, menurut Imam Ghazali, adalah pintu amarah dan syahwat, pintu dengki dan iri hati, pintu makan minum secara berlebihan, pintu cinta dunia, pintu tergesa-gesa, dan pintu buruk sangka kepada sesama umat Islam.

Adapun cinta dunia adalah lebih percaya kepada harta yang berada di genggaman daripada apa yang lebih baik di sisi Allah. Ini merupakan salah satu fenomena lemahnya iman.

Lebih percaya kepada harta maka akan diliputi ketakutan terhadap kemiskinan. Jika kita telusuri sikap takut miskin ini, akan didapati bahwa akarnya adalah kecintaan terhadap dunia. 

Orang yang mencintai dunia tentu saja khawatir bila kehilangan kenikmatannya, salah satunya adalah nikmat harta.

Selain itu, sikap takut miskin juga disebabkan oleh tidak adanya kepercayaan terhadap Allah, bahwasanya Allah adalah Maha Kaya dan Maha Pemberi Rezeki kepada hamba-hambaNya.

Orang kuat imannya kepada Allah sudah pasti tak memiliki ketakutan pada kekurangan harta. Karena meyakini Allah yang akan memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Apalagi kekurangan harta merupakan salah satu bentuk ujian yang telah sering kali Allah sebutkan dalam al Quran.

Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.” (QS. Al Baqarah: 155)

Abu Hazim az-Zahid pernah ditanya, “Berupa apakah hartamu?” Beliau menjawab, “Dua macam. Aku tidak pernah takut miskin karena percaya kepada Allah, dan tidak pernah mengharapkan apa yang ada di tangan manusia.” 

Kemudian beliau ditanya lagi, “Engkau tidak takut miskin?” Beliau menjawab, “(Mengapa) aku harus takut miskin, sedangkan Rabb-ku adalah pemilik langit, bumi serta apa yang berada di antara keduanya.

Percayalah, justru ketika rasa takut miskin dalam hati kita telah lenyap maka kita akan menjadi lebih bertawakal pada Allah, saat itulah rezeki tak diduga-duga akan mendatangi kita, kekayaan akan menghampiri.

Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.“ (QS. Ath-Thalaq: 3).

Ada sangat banyak alasan lainnya mengapa kita tak boleh takut miskin, karena sesungguhnya secara hakik yang disebut miskin hanyalah miskin hati. 

Jika kita masih memiliki rasa takut miskin, barangkali itu disebabkan iman kita pada Allah masih lemah dan belum sempurna. Wallaahualam.  ***

(Pam: dari berbagai sumber)