Hasil Survei: 98 Persen Masyarakat Akan Terus Gunakan Telemedisin

Hasil Survei: 98 Persen Masyarakat Akan Terus Gunakan Telemedisin
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Survei layanan digital kesehatan Deloitte Indonesia tahun 2022 yang dimuat dalam publikasi Digitising Indonesia’s Health Care Sector menyebutkan bahwa mayoritas publik atau sebanyak 98 persen pengguna akan terus menggunakan layanan telemedisin di masa depan.

Bahkan, sekitar 38 persen responden percaya bahwa layanan telemedisin dapat menggantikan setidaknya seperempat kunjungan mereka ke rumah sakit. Secara keseluruhan dalam survei yang dilaksanakan kepada 224 responden itu disebutkan bahwa 57 persen responden merasa puas dengan layanan telemedisin yang diberikan.

“Temuan ini mengungkapkan masih terbukanya peluang pengembangan telemedisin di Indonesia dan bisnis di bidang tersebut,” kata Life Science & Healthcare Industry Leader Deloitte Indonesia Steve Aditya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Sabtu (3/9/2022).

Ia menyebut bahwa tujuan survei untuk menggali lebih dalam dan memahami persepsi pemangku kepentingan di sektor layanan kesehatan digital di Indonesia untuk pengembangan telemedisin. Oleh karena itu, responden survei ini mencakup pengguna dan tenaga kesehatan di Indonesia.

Technology Media & Telecommunications Industry Leader Deloitte Indonesia Brian Indradjaja mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur telekomunikasi, jaringan distribusi, dan logistik sangat penting untuk mendukung layanan kesehatan digital saat ini dan masa depan.

"Untuk dapat memastikan kecepatan pengiriman obat-obatan dan alat diagnostik sehingga sampel tes diagnostik yang dikirim untuk laboratorium memiliki 'shelf life' yang baik," ujarnya.

Menurut dia, dengan semakin berkembangnya telemedisin dan ketersediaan infrastruktur yang semakin berkualitas diharapkan seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati layanan kesehatan digital secara lebih merata sehingga mendukung produktivitas bangsa.

Ia menyebut bahwa pada masa depan, layanan telemedisin dapat diintegrasikan dengan teknologi biogenomika. Teknologi ini, ujarnya, berpeluang memberikan pelayanan kesehatan dan pengobatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasien.

"Jika ditambah dengan dukungan sistem 'Electronic Medical Record' (EMR)/'Electronic Health Record (HER)' akan memungkinkan pertukaran data antara sistem layanan kesehatan yang berbeda dan pasien," ucapnya.

Untuk mendukung layanan teknologi kesehatan digital itu sendiri, kata dia, pemerintah sedang melaksanakan Proyek Palapa Ring yang membangun jaringan serat optik nasional sepanjang lebih dari 35.000 km kabel laut dan lebih dari 21 km kabel di daratan guna menyediakan jaringan 4G di 34 provinsi, 440 kota dan kabupaten, dan pada tahun 2025 akan memulai jaringan 5G di seluruh Indonesia.

"Pembangunan infrastruktur ini sangat penting bagi penyediaan layanan kesehatan digital di Indonesia," tutur Brian.

Selain survei pengguna, Deloitte Indonesia melakukan survei terhadap tenaga kesehatan yang diikuti 30 responden. Dari hasil survei disebutkan bahwa sebagian kecil atau sebanyak 27,8 persen responden merasa yakin dalam memanfaatkan telemedisin dalam pekerjaannya. Sedangkan sebanyak 38,80 persen lainnya merasa kurang yakin disebabkan kualitas peralatan.

Dalam survei itu, katanya, bahwa responden tenaga kesehatan menekankan pentingnya perkembangan teknologi kesehatan digital, infrastruktur telekomunikasi, dan sistem informasi kesehatan yang terintegrasi dalam mewujudkan layanan telemedisin yang lebih optimal.

Selain itu, katanya, aspek lainnya yang menjadi perhatian tenaga kesehatan adalah payung hukum yang diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan memayungi para praktisi kesehatan.***