Idulfitri: Kembali ke Asal Kejadian yang Suci

Idulfitri: Kembali ke Asal Kejadian yang Suci
Lihat Foto

WJtoday, Bandung- Umat Islam di seluruh dunia berbahagia karena sebentar lagi sampai di hari lebaran setelah diuji selama sebulan penuh di bulan Ramadan, artinya sudah secara sah terlewati. 

Lelah payah yang dilakukan, insya Allah diganti dengan kesucian dan ampunan. Setidaknya, begitulah janji Allah kepada manusia yang bertakwa.

Jikalau kita ingat, pada saat menyambut momen lebaran itu, biasanya (masa sebelum pandemi Covid-19) semua pasti sibuk. Mal penuh sesak oleh mereka yang berburu diskon. Pasar ramai dengan orang-orang yang mencari jajanan untuk keperluan di hari lebaran.

Tidak terkecuali di jalanan, jalanan nampak berpacu dan bising dipenuhi oleh pemudik yang merindukan kampung halaman. Semuanya digerakkan oleh rasa yang sama, rasa bangga bahwa kita telah disucikan kembali oleh Allah melalui Ramadan.

Pada saat itu, yang membeli baju merasa bahwa di hari lebaran nanti, tubuh yang suci haruslah dibalut dengan pakaian yang indah. Yang membeli jajanan punya maksud sendiri, mereka tidak mau mengecewakan tamu yang biasa hadir ke rumah dengan tradisi ‘halal-bi-halal’. 

Sementara yang mudik dan menyemuti jalanan pun punya alasan, mereka diberangkatkan oleh keinginan bertemu keluarga agar maaf-me-maafkan itu nyata dan tak sekedar kata-kata.

Di sisi yang lain, ada yang mengklaim hal-hal di atas tersebut tak perlu dilakukan. Lebaran harus kembali pada nafas kesucian kita, yakni kesederhanaan. Yang lebih penting dari merayakan ialah merawat agar kebaikan, ketika dan pasca-Ramadan, itu terus bersemai sepanjang hidup.

Hari Raya Idulfitri adalah merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah puasa. Idulfitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri yaitu manusia yang bertaqwa. Kata Id berdasar dari akar kata aada – yauudu yang artinya kembali sedangkan fitri bisa berarti buka puasa untuk makan dan bisa berarti suci. 

Adapun fitri yang berarti buka puasa berdasarkan akar kata ifthar (sighat mashdar dari aftharo – yufthiru) dan berdasar hadis Rasulullah SAW yang artinya :
”Dari Anas bin Malik: Tak sekali pun Nabi Muhammad SAW. Pergi (untuk shalat) pada hari raya Idul Fitri tanpa makan beberapa kurma sebelumnya.” Dalam Riwayat lain: 
“Nabi Shallallahu alaihi wasallam Makan kurma dalam jumlah ganjil.” (HR Bukhari).

Dengan demikian, makna Idulfitri berdasarkan uraian di atas adalah hari raya dimana umat Islam untuk kembali berbuka atau makan. Oleh karena itulah salah satu sunnah sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri adalah makan atau minum walaupun sedikit. Hal ini untuk menunjukkan hari raya Idul Fitri 1 syawal itu waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa.

Sedangkan kata Fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, keburukan berdasarkan dari akar kata fathoro-yafthiru dan hadis Rasulullah SAW yang artinya:
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ‘alayh).

"Barangsiapa yang shalat malam di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaq ‘alayh) . 

Dari penjelasan ini dapat disimpulkan pula Idulfitri bisa berarti kembalinya kita kepada keadaan suci, atau keterbebasan dari segala dosa dan noda sehingga berada dalam kesucian (fitrah).

Jadi yang dimaksud dengan Idulfitri dalam konteks ini berarti kembali kepada asal kejadiannya yang suci dan mengikuti petunjuk Islam yang benar. 

Bagi umat Islam yang telah lulus melaksanakan Ibadah puasa di Bulan Ramadan akan diampuni dosanya sehingga menjadi suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan Ibunya. Sebagaimana Sabda Nabi SAW yang Artinya“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci.”.  *** (pam)

Selamat Idulfitri 1442 Hijriyah. 
(Buky Wibawa: Sekretaris Komisi IV DPRD Jawa Barat)