Israel Diperingatkan Tak Picu Konflik Selama Ramadan

Israel Diperingatkan Tak Picu Konflik Selama Ramadan
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza memberikan peringatan terbaru untuk Israel agar tidak memancing konflik baru selama bulan suci Ramadan. Hamas menegaskan pihaknya akan memberikan reaksi terhadap setiap 'pelanggaran' oleh Israel yang mungkin terjadi di tempat suci yang ada di Yerusalem.

Seperti dilansir AFP, Kamis (16/3/2023), peringatan itu diberikan Hamas kurang dari dua pekan menjelang Ramadan dan di tengah maraknya konflik Israel-Palestina di bawah pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.

Wakil kepala biro politik Hamas, Salah al-Aruri, menyebut risiko eskalasi konflik sepenuhnya 'bergantung pada pelanggaran oleh pendudukan Israel di seluruh Palestina dan di Masjid Al-Aqsa' yang berlokasi di Yerusalem Timur yang dianeksasi Tel Aviv.

Masjid Al-Aqsa, yang dikelola oleh Yordania, merupakan tempat suci ketiga bagi umat Muslim. Masjid itu berada di atas kompleks yang sama dengan situs suci yang disebut umat Yahudi sebagai Temple Mount.

Ditegaskan Al-Aruri dalam pernyataannya via situs resmi Hamas bahwa setiap upaya Israel untuk 'memaksakan' kebijakannya selama Ramadan akan ditanggapi oleh 'reaksi rakyat kami'.

Sementara itu, Hamas menegaskan pihaknya tidak memiliki rencana untuk memancing eskalasi konflik selama Ramadan. Namun penegasan serupa tidak disebutkan dalam pernyataan Al-Aruri dengan bahasa Arab.

Di bawah status quo yang berlaku sejak lama, non-Muslim bisa mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa pada waktu-waktu tertentu, namun tidak diperbolehkan berdoa di sana.

Beberapa tahun terakhir, jumlah umat Yahudi, kebanyakan warga Israel, telah berdoa secara diam-diam di kompleks suci itu. Praktik semacam itu menuai kecaman keras Palestina.

Negara Arab Kutuk Kunjungan Menteri <a href='https://www.westjavatoday.com/tag/israel'>Israel</a> ke Kompleks Mesjid Al-Aqsa

Pada Januari lalu, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir memicu kecaman global saat mengunjungi kompleks suci itu.

Kunjungan kontroversial serupa dilakukan pemimpin oposisi Israel Alice Sharon tahun 2000 silam yang menjadi salah satu pemicu intifada Palestina kedua, yang berlangsung hingga tahun 2005.***