Renungan Jumat

Jangan Menyia-nyiakan Keluarga

Jangan Menyia-nyiakan Keluarga
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Rasulullah bersabda: “Cukuplah seorang itu berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (HR Abu Daud)

Nasehat ini amat agung. Nabi mengingatkan kepada kita, jangan sia-siakan keluargamu. Karena itu adalah amanah yang wajib untuk dijaga.

Di antara kebahagiaan terbesar bagi manusia di dunia ini adalah kebersamaan dengan keluarga (sakinah). Kebahagiaan yang lahir karena cinta kasih (mawaddah) dan belas asih  (rahmah) antara suami istri yang kemudian akan melahirkan kebahagiaan ke seluruh anggota keluarga. (QS: al-Rum/31: 21). 

Bahkan di akherat kelak, Allah menjanjikan kepada orang beriman bahwa mereka nanti akan dihimpun bersama anak keturunan mereka di dalam surga. (QS: al-Thur: 52: 21). 

Hal ini dilakukan untuk menyempurnakan nikmat kepada penduduk surga. 

Berkaitan dengan hal ini, Imam al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya,  al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an meriwayatkan sebuah kisah yang disampaikan oleh seorang ulama dari kalangan Tabi’in, yakni  Sa’id bin Jubair ra,  bahwa ia berkata: Seorang lelaki masuk ke dalam surga dan kemudian lelaki itu berkata: Ya Tuhan, dimana ayah, kakek dan ibu kami? Di mana anak dan cucu kami? Dimana istri-istri kami?  Lantas Malaikat menjawab: mereka semua tidak di sini, karena amalan mereka tidak sama dengan amalan kamu. 

Lelaki itu kemudian berkata: Ya Tuhan, sungguh niat saya dulu beramal bukan hanya untukku, tetapi  juga untuk mereka. 

Lantas Malaikat menjawab: jika demikian, masukkan mereka semua bersama surga. Ia kemudian membaca ayat 8 dari Surat  Ghafir: “Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan orang yang saleh di antara nenek moyang mereka, istri-istri, dan keturunan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”)

Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menghadirkan kebahagiaan di tengah-tengah keluarga. Pertama, melaksanakan Tahajud bersama-sama. Allah SWT akan memberikan kedudukan yang terpuji bagi hamba-hamba yang senantiasa melaksanakan shalat Tahajud. (QS: al-Isra/17: 79)

Kedua, membaca Alquran. Salah satu sebab terjadinya percekcokan di dalam rumah tangga adalah karena ada campur tangan setan. Dengan membaca Alquran, seluruh anggota keluarga akan terhindar dari bahaya godaan setan. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullh bersabda: “Janganlah kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan, karena sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang dibacakan  Surat al-Baqarah di dalamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketiga,   berdoa dan berdzikir. Sebagaimana disebutkan di atas, hendaklah setiap anggota keluarga meniatkan setiap amalan dengan niat untuk seluruh anggota keluarga. Adapun berdzikir  akan melahirkan ketenangan diri bagi setiap pribadi. (QS: al-Ra’d/13: 28).

Keempat, gotong royong. Kesadaran untuk saling membantu akan melahirkan sikap saling respect dan apreciate. Ibunda Aisyah menyatakan: “Beliau (Rasulullah) selalu membantu pekerjaan rumah isterinya. Apabila waktu shalat telah tiba, maka beliau bangkit untuk melaksanakan shalat.” (HR. Imam Bukhari/6039).

Kebahagiaan dan keharmonisan akan terwujud manakala seluruh anggota keluarga melaksanakan sunnah-sunah di atas. Dengan demikian seorang Mukmin harus mampu menghadirkan dan menemukan kebahagiaan di tengah keluarga. Jangan pernah menyia-nyiakan keluarga, karena hal ini dapat berdampak pada kesedihan di dunia, bahkan kerugiaan di akherat. ***

Wallahu a’lam bish shawab.