Kebijakan Impor Beras Bak Mengusik Macan Tidur

Kebijakan Impor Beras Bak Mengusik Macan Tidur
Lihat Foto

Wjtoday, Bandung - Ungkapan "mengusik macan tidur", rasanya sudah sama-sama kita kenali. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mengusik itu memiliki 4 makna yaitu : pertama, mengganggu; menggodai
contoh: 'anak muda itu suka mabuk-mabukan dan sering mengusik anak gadis yang lewat',

Kedua, menyentuh-nyentuh; menyinggung-nyinggung
contoh: 'sudah hampir dua tahun pihak berwajib tidak mengusik kasus pembunuhan itu', ketiga mencela; mengkritik contoh: 'pada masa itu tidak ada yang berani mengusik tindakannya' dan keempat, mencampuri (urusan orang lain) contoh: 'ia tidak berani mengusik perkara itu'.

Sedangkan arti dari ungkapan mengusik macan tidur bisa saja merupakan salah satu perbuatan yang akan menimbulkan kesulitan bagi orang lain. Inilah yang kini tengah dirasakan oleh para petani padi kita. Para petani yang lagi tenang-tenang nya menanti panen raya, tiba-tiba dikejutkan dengan ada nya rencana Pemerintah untuk mengimpor beras 1 juta ton.

Beberapa kalangan tampak terperangah ketika mendengar berita tersebut. Kaum akademisi banyak yang menyayangkan mengapa kebijakan impor beras ini tidak dibahas secara utuh dan komprehensif.

Para petani yang tergabung dalam organisasi petani pun banyak yang mempersoalkan, mengapa Pemerintah tidak mengajak KTNA atau HKTI untuk berembuk.

Bukankah putusan impor beras ini akan berkaitan langsung dengan nasib dan kehidupan petani ? Bahkan petani pun mempersoalkan apakah Pemerintah tidak mampu lagi melihat dan merasakan kata hati petani ? Coba tengok di sentra-sentra produksi padi.

Bukankah produksi padi kita bakal melimpah pada saat panen raya ? Seorang sahabat malah berpandangan apakah kini para pengambil kebijakan sudah menutup mata hati nya demi mengejar kepentingan tertentu ?

Dalam kaitannya dengan kebijakan impor beras, kita berharap agar "suara Pemerintah" sama dengan "suara petani". Apa yang menjadi harapan Pemerintah sama juga dengan harapan petani. Pemerintah jangan sekali-kali menjauhi petani. Pemerintah perlu terus membangun persahabatan yang berkualitas dengan petani.

Itulah yang sering dibahas oleh petani, mengapa pada saat akan memutuskan impor beras 1 juta ton, para petani tidak diajak bicara ? Bukankah sebuah persahabatan itu diukur oleh ada nya komunikasi yang saling berbagi, baik suka atau pun tidak.

Di benak petani, impor beras bukanlah sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Justru kalau kita masih melakukan impor beras, berarti ini adalah kegagalan dari pembangunan perberasan di negara kita. Buat apa kita impor jika cadangan beras mampu kita penuhi ? Untuk apa kita impor bila kebutuhan Perum Bulog tercukupi ?

Di mata Pemerintah semua keperluan tersebut tampaknya tidak akan terpenuhi dari produksi dalam negeri. Makanya lahirlah keputusan rencana impor beras. Disinilah sebetulnya dibutuhkan komunikasi sambung rasa antara pemerintah dengan petani yang lebih inten dan berkualitas, sehingga perbedaan persepsi terhadap produksi beras dapat dihasilkan titik temu, guna nantinya dijadikan kesepahaman.

Impor beras adalah kebijakan yang sering melahirkan kehebohan. Itu sebabnya, kita perlu hati-hati. Jangan gegabah memutuskan kebijakan impor beras. Sebab, sekali nya kita keliru menetapksn kebijakan, maka bisa saja menimbulkan luka mendalam bagi mereka yang terkena akibat nya.

Impor beras pun demikian. Tidak selayak nya Pemerintah mengumumkan rencana impor beras 1 juta ton kepada publik, sekira nya belum dilakukan pengkajian yang mendalam terhadap kondisi produksi beras di dalam negeri.

Mengapa Pemerintah tidak mengajak para Guru Besar Ilmu Pertanian dari beragam Perguruan Tinggi untuk berbincang-bincang soal data produksi beras ini ?

Malah yang terjadi selanjutnya, ada Guru Besar yang menyayangkan pemerintah menetapkan impor beras, di saat ptoduksi beras di dalam negeri melimpah. Mestinya pandangan semacam itu dibahas sebelum keputusan impor ditetapkan dan diumumkan ke publik.

Akan lebih afdol, bila dalam pembahasan awal soal rencana impor beras ini, juga mengikut-sertakan para petani. Ini penting, agar pemerintah dapat masukan yang berkualitas dan bukan nya hoax terkait dengan suara hati petani. Kita sendiri yakin, kalau langkah-langkah semacam ini tidak digarap. Simpul koordinasi tidak tercapai.

Bila kita melakukannya dengan baik, tentu tidak akan terjadi penolakan HKTI dan KTNA terhadap rencana impor beras 1 juta ton, sebagaimana yang dapat kita baca di berbagai media. Mengenaskan sekali, seperti belum terbangun persahabatan sejati antara Pemerintah dan petani.

Rencana impor beras, betul-betul mendatangkan kehebohan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kaum tani yang tengah bersuka-ria mananti datangnya panen raya, tiba-tiba menjadi terusik dengan informasi seperti itu. Kita hanya berharap, semoga ke depan tidak ada lagi kebijakan Pemerintah yang seolah-olah mengusik macan tidur. Resiko nya cukup tinggi.


 (PENULIS, Entang Sastraatmadja, Ketua  Harian DPD HKTI Jawa Barat).