Kemenkes: Peningkatan Kapasitas RS Tak Bisa Imbangi Lonjakan

Kemenkes: Peningkatan Kapasitas RS Tak Bisa Imbangi Lonjakan
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Abdul Kadir mengakui penambahan kapasitas tempat tidur di sejumlah rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 tidak dapat mengimbangi penambahan jumlah pasien positif.

Alasannya, beberapa waktu terakhir jumlah pasien yang membutuhkan perawatan di RS juga melonjak drastis.

"Memang sekarang ini kelihatannya peningkatan kasus drastis, eksponensial, dan kenaikan kasus di RS ini, pasien ini, tidak bisa kita ikuti, kita imbangi dengan penambahan jumlah tempat tidur," kata Kadir dalam dalam konferensi pers virtual, Kamis (24/6).

Berdasarkan data Kemenkes, secara nasional, pemerintah telah menyiapkan 94.420 tempat tidur untuk menangani pasien Covid-19. Sampai saat ini, rata-rata tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) secara nasional berkisar di angka 67 persen. Sementara itu, sampai Kamis (24/6) jumlah kasus aktif di Indonesia bertambah hingga mencapai 171.542 kasus.

"Jadi pertambahan jumlah pasiennya berapa kali lipat, tempat tidur kita tidak bisa mengimbangi," tuturnya.

Menurut Kadir, ada sejumlah alternatif untuk mengantisipasi hal tersebut. Pertama, pihak RS melakukan semacam perubahan semisal mengubah IGD menjadi terbuka menjadi ruang perawatan. Di beberapa rumah sakit, kata dia, sudah ada yang membuka tenda darurat di halaman.

"Kita terpaksa buka tenda-tenda di halaman RS yang bisa kita gunakan sebagai tempat triase pasien, untuk seleksi pasien di situ, sehingga ruangan IGD bisa dimanfaatkan untuk ruang perawatan," jelas Kadir.

Kedua, pemerintah juga berupaya mencari ruangan pertemuan semisal aula atau auditorium, atau gedung-gedung yang selama ini tidak digunakan untuk menjadi tempat isolasi pasien positif.

Alternatif terakhir adalah dengan mengklasifikasi pasien, sehingga tidak semua pasien positif harus mendapat perawatan di RS.

"Tentu ada klasifikasi pasien, pasien yang bisa masuk ruangan seperti itu dan isolasi biasa. Ini memang sesuatu yang harus kita lakukan," ungkapnya.

Kendati begitu, menurut Kadir, yang menjadi persoalan lainnya, saat ini jumlah pasien non-Covid yang membutuhkan perawatan di rumah sakit juga semakin banyak.

"Sehingga tentunya tidak bisa semua RS kita dedikasikan untuk perawatan pasien Covid," pungkasnya.***