Komnas HAM Bersiap Persoalkan FIFA Terkait Tragedi Kanjuruhan

Komnas HAM Bersiap Persoalkan FIFA Terkait Tragedi Kanjuruhan
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mempertimbangkan instrumen untuk mempersoalkan FIFA yang tidak berperspektif HAM guna menyingkapi Tragedi Kanjuruhan yang mengakibatkan 135 korban meninggal. 

Padahal, menurut Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, FIFA mengakui tunduk pada penghargaan hak asasi manusia.

"Kami sedang merancang satu mekanisme yang ingin kami gunakan untuk mempersoalkan FIFA, kenapa FIFA tidak memberikan perhatian lebih dalam perspektif hak asasi manusia, khususnya dalam konteks Kanjuruhan," ungkap Anam di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (3/11/2022).

FIFA diketahui tidak memberikan sanksi kepada PSSI, anggota federasinya di Indonesia usai tragedi Kanjuruhan tersebut. Padahal, temuan Komnas HAM, peristiwa Kanjuruhan merupakan pelanggaran HAM.

Komna mencatat 7 pelanggaran HAM akibat tragedi itu, diantaranya pelanggaran hak hidup, hak kesehatan hingga hak memperoleh keadilan.

"Jadi kalau FIFA juga tidak bertanggung jawab pada soal-soal hak asasi manusia, ya biarkan FIFA bertanggung jawab pada mekanisme hak asasi manusia," ujarnya.

Adapun salah satu rekomendasi laporannya ke Presiden Joko Widodo yakni berkoordinasi dengan FIFA. Presiden dan FIFA meminta PSSI melakukan sertifikasi atau lisensi kepada seluruh perangkatnya, di organisasi dan perangkat pertandingan.

Jika dalam waktu tiga bulan hal itu tidak dilakukan PSSI, presiden diminta untuk membekukan segala pertandingan sepakbolanya.

"Agar apa? Agar ini menjadi satu pertandingan yang profesional. Gagasan dasar di FIFA itu kan pertandingan ini adalah sesuatu dalam kondisi yang normal, membuat orang bahagia dan sehat," tegas Anam.

"Kalau membuat orang mati 135 orang, atau banyak kekerasan di berbagai tempat, ya kebahagiaannya hilang. Oleh karenanya memang harus dipastikan profesional. Lisensi, sertifikasi, dan sebagainya menjadi tulang punggung untuk profesionalitas," dia menambahkan.

Seperti diketahui, gas air mata ditembakkan polisi usai pertandingan antara Arema FC menjamu Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang pada Sabtu (1/10). 

Dalam tragedi itu, bukan hanya menyebabkan korban meninggal sebanyak 135 jiwa, namun terdapat ratusan korban mengalami luka ringan hingga berat.  ***