Mahasiswa Sampaikan Kritik, Ridwan Kamil Tak Masalah dan Ajak Kolaborasi

Mahasiswa Sampaikan Kritik, Ridwan Kamil Tak Masalah dan Ajak Kolaborasi
Lihat Foto

WJToday, Bandung,- Para pimpinan organisasi mahasiswa di Jawa Barat mengaku kesulitan untuk bisa berkomunikasi dengan Gubernur Jabar Ridwan Kamil.

Pernyataan itu terungkap saat para pimpinan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Cipayung plus melakukan dialog virtual dengan Kang Emil, Selasa (27/7/2021).

" Jika kami para pimpinan organisasi kemahasiswaan saja sulit berkomunikasi dengan Pak Gubernur. Apalagi rakyat biasa Pak," terang Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadyah, Deni Syarifudin.

Sementara Ketua Badko HMI Jawa Barat, Khoirul Anam mengatakan, pihaknya siap berkolaborasi dengan pemerintah dalam membantu penanganan pandemi ini. Namun, dia mengaku sering kesulitan untuk berkoordinasi dengan pemerintah ketika hendak memberikan bantuan.

Dalam kesempatan tersebut para mahasiswa juga menyampaikan kritik tajam atas capaian yang diraih Jawa Barat dalam menangani pandemi covid ini. Diantaranya, vaksinasi dan testing yang rendah. Serapan anggaran nakes yang rendah, juga banyaknya warga Jabar yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri.

Menanggapi pernyataan para mahasiswa, Emil mempersilakan berbagai pihak seperti mahasiswa untuk mengkritisi dirinya khususnya terkait penanganan covid-19. Emil mengaku tidak keberatan dengan berbagai koreksi tersebut asalkan dilakukan secara sopan dan berbasis data. 

"Saya tidak masalah dikritik, yang penting sopan santun dalam memberikan kritik dan berbasis data," katanya. 

Dia mengeluhkan, kritik yang dilakukan terhadap pemerintah sering tidak faktual, terutama ketika  membandingkan dengan kondisi di luar negeri. Menurutnya, situasi di negara lain yang sering disampaikan para pengkritik sering tidak sesuai dengan faktanya. 

"Harus kayak Singapura buktinya Singapura sekarang lockdown. Dulu Vietnam dipuji-puji, sekarang Vietnam keteteran baru mau vaksin. Lihat Euro (sepakbola Piala Eropa), sirik. Dengan situasi ini harus dipahami," katanya. 

Dalam kesempatan itupun, Emil menjawab pertanyaan mahasiswa terkait masih rendahnya persentase vaksinasi warga Jawa Barat. Menurutnya, persentase vaksinasi di Jawa Barat memang rendah karena ketersediaan vaksin yang sedikit namun memiliki penduduk yang paling banyak. 

"Kita harus tabayun kalau melihat angka-angka di media. (Vaksinasi) memang rendah, karena dikasihnya untuk 5 juta manusia. Kalau persentase, kami pasti kecil karena dibandingkannya dengan 50 juta manusia," ujarnya. 

Selain itu, Emil mengajak para pengkritik khususnya mahasiswa untuk melakukan aksi nyata dalam membantu menangani pandemi ini seperti menjadi relawan. Terlebih, menurutnya persoalan kesehatan ini merupakan masalah bersama sehingga tidak bisa jika hanya mengandalkan pemerintah. 

"Sambil kita kritisi, mau engga turun ke jalan jadi relawan, sambil membagikan sembako," ujarnya. 

Lebih lanjut, Emil pun mengajak mahasiswa untuk berkolaborasi dalam mengatasi pandemi. Sebagai contoh, Emil menyebut pihaknya memiliki anggaran untuk program bantuan sosial yang akan diberikan kepada masyarakat yang ekonominya rawan akibat PPKM. 

"Kami punya anggaran, tidak semua bantuan sosial ini penerimanya yang terdaftar. Misal ada PKL yang berasal dari luar Jawa Barat. Boleh mahasiswa sambil kritisi, sambil demo pun enggak ada masalah. Tapi sambil membagikan sembako," ucapnya seraya mengibaratkan kolaborasi ini diperlukan untuk berperang melawan virus korona.

Menjawab ajakan Gubernur untuk berkolaborasi, para mahasiswa pun siap untuk berkontribusi. 

" Kami punya sumber daya manusia, namun tidak tahu harus disalurkan kemana sumber daya ini, jangan sampai ada kolaborasi, tapi nanti siapa yang bisa kita hubungi?" ujar ketua IMM Deni Syafrudin. 

Dia pun berharap ajakan kolaborasi ini bisa benar-benar direalisasikan. "Kami ingin ketika 'perang', jenderal lapangannya Pak Gubernur. Tapi terkadang kita sulit berkomunikasi dengan bapak. Kami akan nurut, maka dari itu komunikasi harus sampai. Jangan sampai ketika Bapak merintahkan 'tembak, tapi kami masyarakat masih belum tahu," ujarnya.***