Makna ‘International Women’s Day’, Cucu Sugyati: Penguatan Peran Perempuan di Segala Lini
WJtoday, Bandung - Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Cucu Sugyati memandang peringatan International Women’s Day yang setiap tahunnya diperingati pada tanggal 8 Maret, sebagai motivasi yang dapat menguatkan peran perempuan dalam segala lini baik domestik maupun publik.
Ia juga berharap perempuan memiliki energi untuk menjadi perempuan yang kuat dan tanggung seperti Rajawali namun juga tetap selembut Merpati.
“Adanya peringatan International Women’s Day yang dilakukan setiap tahun sekali ini, adalah motivasi agar bagaimana hari ini perempuan itu bisa menjadi perempuan yang kuat, perempuan yang tangguh," ujar Cucu, Kamis (9/3/2023).
"Juga perempuan yang bisa memberikan kontribusi maju untuk negaranya dan juga mampu menciptakan kemandirian baik diri sendiri maupun untuk keluarganya,” dia menambahkan.
Sebagai perempuan, Wakil Ketua Komisi IV ini pun mengapresiasi adanya momen peringatan International Women’s Day tersebut.
Momen ini menurutnya dapat memotivasi para perempuan untuk bisa terus meningkatkan kualitas diri sebagai perempuan untuk menjadi bukan hanya sebagai pelengkap.
"Tetapi, perempuan yang betul-betul bisa berkontribusi dan menjadi kontributor dalam pembangunan bangsa dan juga dalam meningkatkan harkat serta martabat perempuan dan juga tentunya bagi keluarganya." tegas politisi Partai Golkar ini.
Dia juga menilai upaya untuk membangun kesetaraan gender di ranah politik perlu diimbangi dengan peningkatan kapasitas, kapabilitas, dan kualitas perempuan.
Karena itu. Hal ini, khususnya, dalam pemberian kuota terkait jumlah partisipasi perempuan di parlemen. Karena itu, dorongan untuk membangun kesetaraan gender itu harus berasal dari pihak laki-laki maupun dari perempuan.
Lanjutnya, ketika perempuan diberikan peluang untuk setara dalam politik, menurutnya hal ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi perempuan.
Oleh karena itu, kuota 30 persen perempuan di parlemen diharapkan dapat diisi dengan sebaik mungkin dengan peningkatan kapasitas dan kualitas.
“Artinya perempuan juga tidak boleh merasa ya sudah, kita sudah diberi kuota lalu santai-santai, tidak. Tapi ketika kuota itu ada, afirmasi itu ada, maka perempuan punya kewajiban untuk meningkatkan kapasitas, kapabilitas dan juga kualitas,” pungkas Cucu. ***