Memaknai Berkurban di Tengah Pandemi

Memaknai Berkurban di Tengah Pandemi
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - KONDISI ekonomi yang memprihatinkan saat ini menjadi dampak langsung yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Namun di tengah kondisi itu, kita harus tetap mampu merayakan Iduladha 1442 Hijriyah pada tanggal 20 Juli ini dengan khusyuk dan penuh khidmat.

Meskipun kesulitan melanda di berbagai sektor, sebagian dari kita masih mampu menyembelih hewan kurban dan saling berbagi sesama sesama. Ini tentu menjadi kabar gembira. 

Di tengah pandemi ini, kita melihat pengejawantahan makna kurban baik dimensi vertikal maupun horizontal sudah berjalan semestinya. 

Dalam dimensi vertikal, kurban merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kita meyakini bahwa dengan berkurban, kita akan semakin dekat dengan Allah. 

Kondisi pandemi yang tidak dapat diketahui kapan berakhirnya, hanya mendekatkan diri kepada Allah yang dapat kita lakukan, serta berharap agar pandemi ini segera berakhir.

Dalam kisahnya, Nabi Ibrahim diperintahkan menyembelih Nabi Ismail. Substansi dari kisah itu adalah keikhlasan dan ketulusan Nabi Ibrahim untuk menyembelih seorang anak yang paling dikasihi oleh beliau.

Baca juga: Bolehkan Salat Iduladha di Rumah? ini Penjelasannya

Maka begitu pula dalam konteks berkurban, ketulusan dan keikhlasan dari shohibul qurban terhadap hewan yang dikurbankan sangat penting. Sehingga berkurban dapat melatih sikap ketulusan dan keikhlasan kita untuk memberikan apa yang kita miliki kepada orang yang membutuhkan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Sedangkan dalam dimensi horizontal, kurban merupakan perwujudan dari sikap berbagi dan tolong-menolong kepada sesama. Apa yang bisa kita lakukan di tengah buruknya kondisi ekonomi di tengah dan juga berbagi sesama sesama? Maka pada Iduladha ini, menjadi momentum kita untuk mewujudkan sikap berbagi di tengah sulitnya ekonomi.

Memaknai kurban berarti mewujudkan kepekaan sosial masyarakat terhadap orang yang lemah. Dengan kurban, kita semakin sadar harta yang kita miliki bukan milik kita. Hanya titipan yang di dalamnya terdapat hak orang lain. 

Baca juga: Tata Cara Salat Iduladha

Ketika kita berbagi melalui hewan kurban, kenikmatan itu tidak akan berkurang sedikit pun. Untuk itu, kita tidak perlu ragu-ragu dalam berkurban, tidak perlu merasa kurang berkurban karena pada hakikatnya yang kita berikan untuk berkurban merupakan hak orang lain yang harus kita berikan.

Substansi kurban dapat memiliki asas manfaat dan pahala lebih besar dari kurbannya sendiri. Bagaimana pun, substansi kurban tidak berhenti pada menyembelih hewan di saat Anugerah Iduladha. 

Terlebih dalam kondisi ekonomi yang memprihatinkan akibat pandemi. Berkurban menjadi cara menikmati kenikmatan yang diberikan oleh Allah untuk melupakan saja kesulitan yang berhubungan dengan bersama.

Kita berharap dengan berkurban akan meningkatkan semangat tolong-menolong dan berbagi sesama sesama. Rasa kebersamaan itu sangat penting untuk kita wujudkan di tengah kondisi serba sulit seperti sekarang ini. Kita tidak dapat berjalan sendiri-sendiri untuk bisa bertahan di tengah pandemi. 

Maka Anugerah Iduladha ini juga dapat menjadi momentum kita menyadari kebersamaan akan terwujud saat sesama kita tertimpa kesulitan terdampak oleh pandemi Covid-19. Inilah makna kurban sebenarnya.  Selamat merayakan Iduladha 1442 Hijriyah. ***