Mengucapkan Selamat Natal dalam Islam

Mengucapkan Selamat Natal dalam Islam
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Setiap tahun, saat Natal tiba akan selalu ada perdebatan di dalam agama Islam, tentang mengucapkan selamat hari natal karena ada dua pendapat berbeda. 

Ada pro dan kontra di dalam mengucapkan selamat hari natal, yang akan selalu terjadi setiap tahunnya. 

Salah satu tokoh ulama yang membolehkan mengucapkan selamat hari Natal adalah Prof. Dr. Quraish Shihab

Menurutnya mempersatukan segala sesuatu itu mustahil, karena gunung, tumbuhan, dan manusia hidup beragam, rambut boleh sama berwarna hitam tetapi pikiran tidak, di dalam Al qur'an diperbolehkan berkelompok tadi tidak boleh berselisih. 

Setiap orang mempunyai penafsiran yang berbeda beliau mencontohkan:

"Saya kalau berkata belum makan apa artinya? bisa berarti saya lapar, bisa berarti saya masih kenyang, bisa berarti jangan habiskan makanan itu," kata Quraish Shihab. 

"Ayat Al-qur'an juga begitu, anda paham begini, saya paham begini, itu paham begini, semuanya bisa benar, dan semua bisa salah," tuturnya. 

Karena yang salah adalah, jika berbeda pendapat lalu menuduh kafir.

"yang salah itu kalau anda maki saya, yang salah jika anda kafirkan saya, karena dalam islam orang kafir itu yang tidak percaya rukun iman," ujarnya. 

Berikut pendapat Quraish Shihab tentang bagaimana cara mengucapkan selamat natal dalam islam:

"Selama akidah Anda, tetap terjaga maka bisa saja, mau ucapkan kriting selamat natal boleh, itu di qur'an ada selamat Natal, yang mengucapkan selamat Natal pertama kali adalah isa alaihi salam," ucapnya. 

"Di qur'an dikatakan waktu dia lahir, salam sejahtera bagiku, pada hari kelahiranku (surah Maryam 19:33) bisa itu selamat Natal tapi kita tetap percaya bahwa dalam akidah Islam Isa bukan anak Allah dia adalah rasul," tuturnya. 

Kesimpulan apa yang beliau sampaikan, cara mengucapkan selamat natal dalam Islam adalah dengan menjaga akidah tidak meyakini bahwa Yesus adalah anak Allah meski mengucapkan berkali-kali maka diperbolehkan. Wallahu a'lam bishawab 

Itu cara mengucapkan selamat Natal dalam Islam menurut Quraish Shihab, boleh berbeda pendapat tetapi jangan berselisih.

Sementara itu Ustaz Adi Hidayat mengungkapkan, di dalam Islam, konsepsi tentang toleransi dalam kehidupan beragama, telah diatur dengan sangat detail.

Hal tersebut dapat dipandang dari 2 sisi, yakni sisi toleransi aspek beragama dan sisi konektivitas secara kehidupan sosial.

Karena perayaan hari natal ini disertai dengan aktivitas ibadah di gereja, maka dalam hal ini kaum muslim bisa memandang perayaan natal dalam konteks toleransi beragama.

"Maka praktiknya memakai aspek yang pertama (toleransi beragama), harus menghormati dengan  membiarkan saudara-saudara kita beribadah dengan tenang, tanpa mencampuri sedikit pun, baik dengan perkataan, suasana hati, apalagi dengan perbuatan (ikut merayakan)," katanya , dikutip dari YouTube Adi Hidayat Official, dikutip,Sabtu, 25 Desember 2021.

Adi Hidayat mengatakan, penggalan ayat akhir dari surah Al-Kafirun legasinya sangat luar biasa, yakni 'lakum dinukum waliyadin' yang artinya, bagimu agamamu dan bagiku agamaku.

"Jadi tidak usah berselisih, tidak perlu mencela, cukup saling mnghormati dengan ibadah masing-masing. Tidak perlu saling mencampuri, justru ketika mencampuri, teorinya jadi berubah," katanya.

Lā yan-hākumullāhu 'anillażīna lam yuqātilụkum fid-dīni wa lam yukhrijụkum min diyārikum an tabarrụhum wa tuqsiṭū ilaihim, innallāha yuḥibbul-muqsiṭīn

Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

Ustadz Adi dalam salah satu ceramahnya juga menegaskan bahwa hukum mengucapkan selamat pada agama lain di luar keyakinan dalam keimanan bagi seorang muslim adalah suatu yang tidak diperkenankan, bahkan haram.

"Hukum mengucapkan ucapan selamat pada agama lain di luar keyakinan kita dalam keimanan kita sebagai muslim itu tidak diperkenankan. Haram hukumnya mengucapkan selamat A, selamat B yang dalam selamat itu ada unsur pengakuan ada dien (agama) selain Islam," tegas Ustadz Adi Hidayat

Begitu juga dengan para pemeluk agama Islam.

"Jadi itu keyakinan standar setiap pemeluk agama. Dalam Islam kita punya keyakinan yang paling benar, Islam.

Makanya kita bersyahadat memutuskan masuk Islam.

Non muslim dia punya keyakinan yang benar menurut dia adalah kepercayaan dia, makanya dia memutuskan mengambil kepercayaan dia," tutur Ustadz Adi Hidayat.

Lebih lanjut, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa dalam hal ini tidak berlaku hukum pluralisme.

"Aneh jika mengakui Islam yang benar, tetapi mengakui ajaran lain selain Islam. Makanya dalam teori ini tidak berlaku hukum pluralisme," katanya.

Berikut sikap yang dianjurkan Ustadz Adi Hidayat yang bisa dipraktikkan untuk tetap bisa menghormati dan menghargai mereka yang merayakan hari Natal.

"Saudara-saudariku, kita hidup berbangsa, setanah air, kemudian kita hidup satu naungan ibu pertiwi.

Mari kita jaga kerukunan dalam kehidupan ini, kita saling tolong-menolong untuk membangun bangsa kita agar tumbuh menjadi bangsa yang maju, modern, terlibat dalam kehidupan yang elegan, namun kami bermohon maaf, karena dalam bangsa ini ada Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu tujuan, tujuan membangun bangsa, bukan tujuan membangun akhirat dalam hal kehidupan beragama.

Kami mohon maaf belum bisa mengucapkan ucapan selamat, karena di wilayah itu kita beda keyakinan, dan ini dijamin oleh Undang-undang, tapi mohon maaf sebesar-besarnya, ketidakmampuan kami mengucapkan selamat bukan berarti hubungan kebangsaan kita kemudian tumbuh sifat negatif dan saling membenci, ini hanya bagian dari ranah keyakinan kita saja yang dengan itu kita saling menghormati.

Jadi anda yang berkeyakinan dengan keyakinan anda, silakan, kami tidak ikut-ikutan untuk itu, kami mohon maaf tidak bisa mengucapkan selamat, tetapi kami menyayangi anda, kita bahu-membahu membangun bangsa."jelasnya.***