Minyak Mentah Terus Mendidih, Pertamina Masih Tahan Harga Pertamax dan Pertalite

Minyak Mentah Terus Mendidih, Pertamina Masih Tahan Harga Pertamax dan Pertalite
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - PT Pertamina (Persero) masih menahan harga jual bahan bakar minyak (BBM) di tengah lonjakan harga minyak mentah bahkan diprediksi tembus USD130 per barel.

Harga Pertalite dan Pertamax masih stabil di seluruh Indonesia. Per hari ini, Kamis (9/6/2022) harga Pertalite dan Pertamax terpantau tidak mengalami perubahan. 

Mengutip laman resmi Pertamina, harga Pertalite tercatat masih dibanderol Rp 7.650 per liter. Harga ini berlaku untuk penjualan Pertalite di seluruh Indonesia, dimana pun daerahnya. 

Berbeda dengan Pertalite, harga Pertamax bervariasi tergantung daerah, mulai dari Rp 12.500 hingga Rp 13.000 per liter. Harga Pertamax terakhir kali disesuaikan per 1 April 2022. 

Berikut daftar harga BBM Pertama di seluruh Indonesia hari ini (per liter). 
Sumatera
Aceh Rp 12.500
Sumatera Utara Rp 12.750
Sumatera Barat RP 12.750
Riau Rp 13.000
Kepulauan Riau Rp 13.000
Kodya Batam (FTZ) Rp 13.000
Jambi Rp 12.750
Bengkulu Rp 13.000
Sumatera Selatan Rp 12.750
Bangka-Belitung Rp 12.750
Lampung Rp 12.750 

Jawa
DKI Jakarta Rp 12.500
Banten Rp 12.500
Jawa Barat Rp 12.500
Jawa Tengah Rp 12.500
DIY Rp 12.500
Jawa Timur Rp 12.500 
Bali dan Nusa Tenggara
Bali Rp 12.500
Nusa Tenggara Barat Rp 12.500
Nusa Tenggara Timur Rp 12.500 

Kalimantan
Kalimantan Barat Rp 12.750
Kalimantan Tengah Rp 12.750
Kalimantan Selatan Rp 12.750
Kalimantan Timur Rp 12.750
Kalimantan Utara Rp 12.750 

Sulawesi
Sulawesi Utara Rp 12.750
Gorontalo Rp 12.750
Sulawesi Tengah Rp 12.750
Sulawesi Tenggara Rp 12.750
Sulawesi Selatan Rp 12.750
Sulawesi Barat Rp 12.750
Maluku Rp 12.750
Maluku Utara Rp 12.750 

Papua
Papua Rp 12.750
Papua Barat RP 12.750 


Harga Minyak Mentah Mendidih Lagi, Diprediksi Tembus USD130 per Barel


Harga minyak mentah kembali mengalami kenaikan pada perdagangan Kamis (9/6/2022). Pelaku pasar memperkirakan harga minyak mentah bisa tembus USD130 per barel dalam waktu dekat.

Data bursa Intercontinental Exchange (ICE) hingga pukul 9:39 WIB menunjukkan, harga minyak Brent kontrak Agustus 2022 menguat 0,15 persen di USD123,76 per barel, sementara Brent untuk pengiriman September 2022 tumbuh 0,17 persen di USD121,10 per barel.

West Texas Intermediate (WTI) Juli 2022 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) menguat 0,05 persen di USD122,17 per barel, sementara WTI Agustus 2022 tumbuh 0,21 persen di USD120,03 per barel.

Sentimen datang dari permintaan yang kuat dari konsumen utama  minyal yakni Amerika Serikat. Sementara pelonggaran mobilitas di China juga mendongkrak ekspektasi permintaan.

AS mencatat rekor penurunan cadangan minyak mentah strategis bahkan ketika pasokan untuk komersial mengalami kenaikan pada pekan lalu, demikian data dari Badan Administrasi Informasi Energi (EIA), Rabu (8/6).

Stok bahan bakar AS secara tak terduga turun. Ini menunjukkan ada ketahanan atas permintaan bahan bakar kendaraan selama puncak musim panas.

"Sulit untuk melihat penurunan harga minyak yang signifikan dalam beberapa bulan mendatang. Pasar kemungkinan masih akan semakin ketat menjelang musim berkendara di AS," kata Head of Commodity Research ING, Warren Patterson, dilansir Reuters, Kamis (9/6/2022).

Data EIA menunjukkan permintaan untuk semua produk minyak di Amerika Serikat naik menjadi 19,5 juta barel per hari (bph), sementara permintaan bensin naik menjadi 8,98 juta bph.

Saat ini, investor menunggu data perdagangan China pada bulan Mei, yang akan dirilis Kamis (9/6), untuk melihat seberapa besar permintaan dari negeri tirai bambu.

"Pembukaan kembali China akan terus meningkatkan optimisme permintaan," kata analis CMC Markets Tina Teng dalam sebuah catatan.

"Harga minyak bisa menuju di atas USD130 per barel," lanjutnya.

Sementara itu, upaya produsen minyak OPEC+ untuk meningkatkan produksi dinilai belum dapat memenuhi target.

Pekan lalu, kelompok tersebut sepakat untuk mempercepat peningkatan produksi demi mengatasi kenaikan harga bahan bakar yang tidak terkendali dan memperlambat inflasi. ***