Raja Salman Mengutuk keras Agresi Militer Israel di Yerusalem dan Jalur Gaza

Raja Salman Mengutuk keras Agresi Militer Israel di Yerusalem dan Jalur Gaza
Lihat Foto

Wjtoday - Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud mengutuk keras agresi militer Israel di Yerusalem dan Jalur Gaza. Hal itu disampaikan langsung kepada  Presiden  Palestina Mahmoud Abbas pada Jumat (21/5/2021) dalam percakapan via telepon.

Selain itu, Raja Salman menegaskan bahwa kerajaan akan merangkul semua pihak untuk menekan pemerintah pendudukan Israel.

Arab Saudi pada Jumat pagi menyambut deklarasi gencatan senjata di Jalur Gaza sekaligus mengapresiasi upaya mediasi oleh Mesir dan internasional, demikian Kantor Berita SPA, mengutip pernyataan Kementerian Luar Negeri.

Pernyataan itu menegaskan lagi upaya berkelanjutan kerajaan dengan para sekutu untuk mencapai sebuah resolusi.Upaya Mesir untuk menengahi gencatan senjata antara Israel dan Palestina berlaku pada Jumat dini hari.

Namun, gencatan senjata yang telah disepakati Israel dan Palestina itu harus rusak seketika. Ketika kepolisian Israel justru menyerang warga Palestina yang sedang berada di Masjid Al-Aqsa, Jumat 21 Mei 2021.

Ketika itu, warga Palestina yang tinggal di Yerusalem Timur berbondong-bondong ke Masjid Al-Aqsa Jumat pagi dan merayakan gencatan senjata yang dicapai antara Israel dan Hamas, sebuah kelompok perlawanan Palestina.

Mereka ingin berbaris dari Masjid Al-Aqsa ke daerah Kota Tua, tetapi polisi Israel menggunakan granat kejut dan bom gas untuk membubarkan mereka. Serangan tersebut melukai sejumlah orang, tetapi Bulan Sabit Merah Palestina belum merilis angka berapa banyak orang yang terluka.

Ini bukan kali pertama Israel mengkhianati gencatan senjata.Lewat operasi Cast Lead, Israel kala itu melanggar gencatan senjata, pada 9 Juni 2008.

Kesepakatan itu awalnya berlangsung baik. Namun, Israel justru melanggarnya. Operasi Cast Lead sendiri berlangsung pada 2008 hingga 2009.

Rentetan konflik membawa dua negara ke gencatan senjata yang disepakati 19 Juni 2008. Kesepatakatan dicapai lewat perundingan di Kairo, di mana Mesir berperan sebagai mediator.

Sebagai bagian dari gencatan senjata, Israel setuju membuka blokade Gaza agar kapal-kapal dagang dapat melintasi perbatasan. Awalnya gencatan senjata berlangsung baik. Akan tetapi, Israel kemudian melanggar gencatan senjata, dengan pasukan-pasukan mereka yang kembali mengintimidasi penduduk Gaza.***