Perang Rusia di Ukraina Picu Pelanggaran HAM Besar-besaran

Perang Rusia di Ukraina Picu Pelanggaran HAM Besar-besaran
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Perang Rusia di Ukraina telah memicu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang luas. Hal itu diungkapkan Sekretaris Jenderal PBB pada pembukaan sesi ke-52 Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Senin (27/2/2023). 

"Invasi Rusia ke Ukraina telah memicu pelanggaran hak asasi manusia paling masif yang kita alami hari ini," kata Antonio Guterres, seperti dikutip dari Anadolu Agency.

“Itu telah menyebabkan kematian, kehancuran, dan pemindahan yang meluas. Serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil telah menyebabkan banyak korban dan penderitaan yang mengerikan,” lanjutnya.

Sesi Dewan Hak Asasi Manusia berlangsung dari 27 Februari hingga 31 Maret, dan Ukraina akan menjadi agenda. 

Guterres mengatakan, Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia telah mendokumentasikan puluhan kasus kekerasan seksual terkait konflik terhadap laki-laki, perempuan, dan anak perempuan. 

“Dan pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional terhadap tawanan perang – dan ratusan kasus penghilangan paksa dan penahanan sewenang-wenang warga sipil – juga didokumentasikan,” kata Sekjen PBB itu. 

Dia mencatat bahwa, sayangnya, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang diadopsi 75 tahun lalu, yang seharusnya menjadi "cetak biru kita bersama". Guterres mengatakan deklarasi itu dieksploitasi untuk keuntungan politik, dan "beberapa pemerintah memanfaatkannya. 

Tanpa menyebut nama negara mana pun, Guterres mengatakan "pengabaian publik dan penghinaan pribadi" hari ini terhadap hak asasi manusia adalah peringatan. 

“Kita harus merevitalisasi Deklarasi Universal dan memastikan implementasi penuhnya untuk menghadapi tantangan baru hari ini dan besok,” katanya.

"Hak asasi manusia bukanlah kemewahan yang dapat dibiarkan sampai kita menemukan solusi untuk masalah dunia lainnya," kata Guterres. 

Ia juga mencatat bahwa itu adalah solusi untuk banyak masalah dunia lainnya. 

"Dari darurat iklim hingga penyalahgunaan teknologi, jawaban atas krisis saat ini ditemukan dalam hak asasi manusia," lanjutnya.***