Sebut Tak Gelar Pilkada Tapi DKI Jakarta Juara Kasus Covid-19, Fadli Zon: Kasihan Gelar Profesornya

Sebut Tak Gelar Pilkada Tapi DKI Jakarta Juara Kasus Covid-19, Fadli Zon: Kasihan Gelar Profesornya
Lihat Foto
Wjtoday, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md menilai Pilkada 2020 tak berpengaruh terhadap angka penularan kasus Covid-19 di suatu daerah. Ia mencontohkan DKI Jakarta yang tak menggelar Pilkada 2020 tetapi paling tinggi angka penularan kasusnya.

"Di DKI yang tidak ada pilkada justru angka infeksinya tinggi, selalu menjadi juara satu tertinggi penularannya," kata Mahfud dalam konferensi pers virtual, Jumat, 2 Oktober 2020.

Mahfud mengklaim sejumlah daerah yang menggelar Pilkada 2020 justru turun status dari zona merah Covid-19. Kata dia, dari 45 daerah berstatus zona merah, ada 16 daerah yang turun statusnya sehingga kini tinggal 29 yang masih zona merah.


 Wakil Ketua DPP Partai Gerindra, Fadli Zon mengomentari pernyataan Menko Polhukam Mahfud MD yang membandingkan tingginya kasus Covid-19 di wilayah DKI Jakarta dengan daerah lain pelenggara pilkada.

Menurut Fadli Zon, pernyataan Mahfud MD tersebut tidaklah tepat. “Kalau benar pernyataan Pak @mohmahfudmd seperti ini, saya kasihan gelar profesornya,” ungkap Fadli Zon melalui akun Twitternya.

Hal yang sama diungkapkan politisi Partai Demokrat, Andi Arief. Menurutnya, data yang disampaikan Mahfud MD terdapat kesalahan.

“Pak Prof @mohmahfudmd menurut saya hanya kurang input  jumlah orang ditest. Kalau dapat data bahwa jumlah penduduk DKI yang lakukan test hampir sama dengan gabungan 33 propinsi lainnya, pasti kesalahan analisa akan segera dievaluasi. Orang salah itu biasa, yang gak boleh itu berbohong,” ujarnya.

Andi Arief juga memperlihatkan grafis jumlah test di wilayah DKI Jakarta yang terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya kapasitas testing. Bahkan test di DKI Jakarta diklaim lebih banyak 6x lipat dibanding standar WHO.

Hingga 23 September 2020, Jakarta telah melakukan test PCR terhadap 857.863 orang atau 80.588 orang per sejuta penduduk. Dalam 2 minggu terakhir, jumlah test di DKI Jakarta meningkat secara signifikan.

Sementara WHO menetapkan, standar test ideal bagi setiap wilayah sebanyak 1 orang per 1.000 populasi setiap minggu. Jakarta disebutkan secara konsisten telah melewati standar WHO.***