Selamatkan Program Petani Milenial Jawa Barat

Selamatkan Program Petani Milenial Jawa Barat
Lihat Foto

Wjtoday, Bandung - Program Petani Milenial Jawa Barat, kini mulai dipersoalkan banyak pihak. Masalah pokoknya karena ada beberapa pengakuan dari peserta Program Petani Milenial yang merasa kecewa atas kebijakan penyelenggara program ini, yang sepertinya tidak direncanakan dengan matang.

Kesan, program Petani Milenial Jawa Barat tergesa-gesa kini menjadi kenyataan. Bukan saja program ini tidak dipayungi oleh regulasi, khususnya Peraturan Gubernur, juga bila dicermati dari Paradigma yang digunakan, hingga kini kita tidak menemukan adanya Grand Desain dan Road Map yang utuh, holistik dan komprehensif dari program Petani Milenial ini.

Bahkan bila dikaitkan dengan nilai "kemilenialan"nya sendiri, belum lah seperti yang diharapkan. Fasilitas teknologi pertanian umumnya masih manual. Padahal, spirit Petani Milenial sendiri, mesti nya sudah mengarah ke Pertanian 4.0, dimana di dalamnya sarat dengan teknologi pertanian modern, digitalisasi dan teknologi informasi.

Akibatnya wajar, bila dalam beberapa hari belakangan ini perbincangan soal Petani Milenial Jawa Barat menjadi bahan diskusi publik yang mengasyikkan. Di media massa, kalangan praktisi dan pengamat menyayangkan mengapa gonjang-ganjing ini harus menjadi konsumsi publik.

Andai mereka yang diberi tugas oleh Gubernur mampu selalu dekat dan mampu membangun komunikasi sambung rasa yang berkualitas dengan para peserta program Petani Milenial Jawa Barat, tentu info miring terkait program ini tidak perlu terjadi.

Boleh jadi, karena ketidak-jelasan dari konsep awal program Petani Milenial itu sendiri, maka "suasana kebatinan" antara penyelenggara dengan peserta program Petani Milenial Jawa Barat, tidak tumbuh seperti yang direncanakan. Akhir nya berpikir masing-masing dan berjalan sendiri-sendiri.

Komunikasi yang inten tidak terjadi. Pendampingan, pengawalan, pengawasan dan pengamanan program hampir tidak dirumuskan secara matang dan terukur. Lebih sedihnya lagi, program telah dicanangkan, namun anggaran belum mendukung.

Program Petani Milenial Jawa Barat tidak boleh berhenti. Program ini harus tetap berlangsung guna mewujudkan idealisme yang ingin diraihnya. Keinginan Gubernur Jawa Barat Kang Emil perlu kita dukung, yang salah satu semangatnya mengajak kaum muda untuk mau berkiprah di dunia pertanian.

Petani Milenial adalah terobosan cerdas untuk mengatasi keengganan kaum muda menjadi petani. Potret petani yang sekarang ini masih belum mampu menampilkan aura kehidupan masa depan, dengan adanya program Petani Milenial, kita rumuskan kehidupan petani yang senafas dengan perkembangan jaman.

Petani bukan lagi hanya sekedar bercocok-tanam untuk meningkatkan produksi, namun dalam konsep Petani Milenial, petani pun harus mampu mengelola usahataninya secara profesional. Disini ada kehendak untuk merubah sosok petani dari petani subsisten menjadi petani pengusaha.

Pertanian 4.0 menuntut agar pembangunan pertanian, di dalamnya termasuk pembangunan petani, mestilah mampu mengoptimalkan kehadiran teknologi informasi dan pemakaian teknologi pertanian modern. Dunia internet harus sudah menjadi konsumsi petani sehari-hari. Penyuluhan Pertanian juga perlu diarahkan ke cyber extension.

Program Petani Milenial Jawa Barat yang digagas Kang Emil, tentu ingin ikut memberi solusi terhadap krusialnya problematika pertanian yang kita hadapi saat ini. Apalagi bila hal ini dikaitkan dengan proses regenerasi petani yang terekam mengalami kesulitan untuk ditempuh.

Sekarang, sebagian besar petani Jawa Barat berumur di atas 55 tahun. Seiring dengan perjalanan waktu, produktivitas mereka akan menurun. Di sisi lain, kaum muda perdesaan terlihat kurang berminat jadi petani. Di benak mereka, profesi menjadi petani bukanlah pilihan hidup yang menjanjikan.

Yang mereka saksikan saat ini, kehidupan petani betul-betul penuh dengan kesengsaraan. Petani identik dengan kemiskinan. Akibat nya, kaum muda lebih memilih untuk berbondong-bondong datang ke perkotaan guna mencari nasib yang lebih baik. Ironisnya lagi, para orang tua yang kini menjadi petani "melarang" anak-anaknya untuk menjadi petani.

Program Petani Milenial Jawa Barat, salah satu tujuannya adalah memberi keyakinan kepada kaum muda tentang kehebatan sektor pertanian dalam meningkatkan kesejahteraan hidup bagi mereka yang melakoninya.

Petani Milenial akan memberi bukti menjadi petani tidak akan hidup menderita. Petani Milenial memberi harapan atas suasana hidup yang lebih sejahtera. Bahkan Kang Emil sempat membuat jargon "tinggal di desa, rejeki kota dan bisnis mendunia".

Itu sebabnya, kalau sekarang ini muncul suara-suara yang mengkhawatirkan kegagalan program Petani Milenial dalam mewujudkan harapannya, tentu kita tidak boleh tinggal diam. Kita, khususnya para aktivis petani, sepatutnya merasa risau atas fenomena yang ada sekarang.

Cegah gagal program ini, penting dibahas secara menyeluruh. Mulai dari perencanaan hingga pelaksanaannya. Bagaimana pula dengan hasil monitoring dan evaluasi selama 2 bulan lalu.

Perencanaannya, bila perlu kita matangkan dengan mengedepankan pendekatan teknokratik, aspiratif, top down-bottom up dan politis. Kita rajut semua itu ke dalam satu pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang betul-betul merupakan ruh nya program. Kemudian, kita rumuskan dalam dokumen perencanaan yang transparan dan akuntabel. Wujud konkritnya, kita memiliki Grand Desan dan Road Map Program Petani Milenial Jawa Barat untuk kurun waktu 10 atau 20 tahun ke depan.

Dalam pelaksanaannya, kita perlu cermati kurun waktu yang baru 2 bulan berjalan. Namun, apa yang dapat dilakukan selama 2 bulan itu, jika programnya memang belum berjalan. Bisa jadi banyak kendala yang dapat dikaji, mengapa program ini belum berjalan sebagaimana mestinya?.
Apakah karena anggaran nya yang belum siap atau sarana dan prasarana nya yang belum ada? Lebih sedih nya, jika regulasi yang menyertai program ini belum disiapkan. Apakah cukup dengan dipayungi Peraturan Gubernur atau sebaik nya oleh Peraturan Daerah?

Monitoring dan evaluasi program Petani Milenial Jawa Barat ini, sebaiknya jangan digarap hanya sekedar menjalankan gugur kewajiban saja. Ada yang lebih penting untuk disiapkan.

Bagaimana kita memposisikan monitoring dan evaluasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Dokumen Perencanaan yang kita rancang. Ini penting disampaikan, karena program Petani Milenial sendiri di semangati oleh SUKSES PERENCANAAN = SUKSES PELAKSANAAN.

Apa pun yang menghadang selama ini, program Petani Milenisl Jawa Barat harus diselamatkan. Pertimbangannya jelas, karena apa yang dipidatokan Kang Emil pada saat pencanangan nya sekitar 2 bulan lalu di Lembang, Bandung Barat, tidak ingin berkembang menjadi bahasa politik, yang umumnya sulit terwujud. Namun yang kita harapkan, pesan itu menjadi sebuah bahasa kehidupan bagi kecerahan pembangunan pertanian di masa depan.

Ayo rame-rame kita selamatkan program Petani Milenial Jawa Barat. Bersama kita bisa!***

(PENULIS : ENTANG SASTRAATMADJA KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).