Renungan Jumat

Sifat Hasad, Bagai Api yang Menghanguskan Kayu Bakar

Sifat Hasad, Bagai Api yang Menghanguskan Kayu Bakar
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jauhilah hasad (dengki), karena hasad akan menghanguskan kebaikan-kebaikan sebagaimana api menghanguskan kayu bakar." (HR Abu Dawud)

Hasad atau dengki adalah menginginkan nikmat yang dimiliki orang lain dan menghendaki nikmat tersebut berpindah kepada dirinya. Hasad berawal dari sikap tidak menerima nikmat yang diberikan Allah kepadanya, karena ia melihat orang lain diberi nikmat yang dianggap lebih besar. Hasad pun bisa timbul bila seseorang menganggap dirinya lebih berhak mendapatkan nikmat dibanding orang lain.

Dalam Alquran disebutkan tentang sikap sebagian ahli kitab terhadap Rasulullah SAW. "Ataukah mereka hasad (dengki) kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang telah Allah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar." (QS An-Nisa [4]: 54).

Dampak hasad sungguh luar biasa. Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud tersebut menyebutkan bahwa hasad bisa menghancurkan seluruh catatan amal saleh. Hasad pun bisa menimbulkan kebencian, sehingga ia sulit berbuat kebaikan pada orang yang ia dengki. Pada saat yang sama ia pun akan sulit menerima kebaikan yang diberikan orang itu.

Orang yang hasad akan letih. Sebabnya, ia tidak pernah puas dengan nikmat yang telah Allah karuniakan. Pikirannya pun akan tumpul, karena selalu memikirkan kenikmatan orang lain. Bila hasadnya memuncak, bisa saja ia berbuat apapun untuk menghilangkan kenikmatan orang lain, termasuk mencurinya. Dampak terpaling besar adalah hancurnya tali persaudaraan dan tumbuh suburnya kebencian. Padahal, persaudaraan adalah kekuatan kedua umat Islam setelah akidah.

Walaupun demikian, tidak semua hasad dilarang. Rasulullah Saw. bersabda, "Tidak boleh dengki kecuali kepada dua hal. Kepada orang yang diberi ilmu Alquran oleh Allah, lalu ia mengamalkannya siang dan malam dan kepada orang yang diberi harta, lalu menginfaqkannya siang dan malam" (HR Bukhari). Hasad di sini berarti adanya keinginan kuat untuk meneladaninya, bukan menginginkan hilangnya kenikmatan tersebut.

Musthafa Al-Buqha membagi tipe orang hasad ke dalam tiga bagian. Pertama, orang yang berusaha agar nikmat orang lain hilang, yang dilakukannya melalui ucapan atau tindakan. Dari golongan ini ada yang berusaha agar nikmat tersebut pindah kepadanya, ada juga yang tidak.

Kedua, orang yang tidak mengungkapkan hasad-nya, baik melalui ucapan atau tindakan. Ia memendam hasad-nya. Menurut Hasan Al-Bashri, golongan ini tidak berdosa. Ketiga, orang yang berusaha menghilangkan hasad yang ada di dalam hatinya dan berbuat baik terhadap orang yang ia dengki. Bahkan ia ganti hasadnya dengan cinta. Inilah orang yang paling mulia.

Seorang Muslim harus berlindung dari sifat hasad dan juga dari orang-orang yang hasad. Allah SWT berfirman, Dan (aku berlindung kepada Rabb penguasa Subuh) dari kejahatan orang yang hasad apabila ia hasad (QS Al-Falaq [113]: 5). Wallahu a'lam bish shawab.***