Suharso Sudah Minta Maaf, PPP Minta Polemik Amplop Kiai Diakhiri

Suharso Sudah Minta Maaf, PPP Minta Polemik Amplop Kiai Diakhiri
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) meminta polemik mengenai "Amplop kiai" yang sempat terlontar dari mulut Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa diakhiri.

Permintaan itu muncul dari Ketua DPW PPP DKI Jakarta, Guruh Tirta Lunggana. Menurutnya, pelemik amplop kiai itu tak perlu dibesar-besarkan lagi.

"Persoalan itu tidak perlu dibesar-besarkan lagi," kata Tirta Lunggana, Senin (29/8/22).

Ia beralasan Suharso sudah mengaku khilaf dalam membuat ilustrasi dan sudah meminta maaf secara terbuka atas pernyataannya yang keliru itu.

"Saya pastikan itu pidato yang beredar sudah dipotong, mungkin sengaja agar viral di medsos. Saya kan hadir waktu pembekalan anti korupsi KPK, makanya tahu," katanya.

Ia yakin apabila pidato Suharso didengarkan secara utuh akan dipahami oleh masyarakat dalam konteks edukasi anti korupsi.

Meski begitu, kata dia, persoalan itu tidak mengganggu fokus partai itu menjelang Pemilu 2024, khususnya di daerah termasuk di DKI Jakarta.

"Kami sepenuhnya fokus melakukan konsolidasi internal struktural PPP DKI sampai tingkat ranting dan persiapan rekrutmen calon legislatif DPR dan DPRD 2024," katanya.

Diketahui dalam pidatonya di acara Pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas (PCB) untuk Partai Persatuan Pembangunan bekerja sama dengan KPK yang bisa disaksikan melalui kanal YouTube ACLC KPK itu, Suharso mengawali pidatonya dengan menceritakan pengalamannya saat menjadi Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP. Dia mesti bertandang ke beberapa kiai pada pondok pesantren besar.

"Demi Allah dan rasulnya terjadi. Saya datang ke kiai dengan beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja. Ya, saya minta didoain, kemudian saya jalan. Tak lama kemudian, saya dikirimi pesan WhatsApp, 'Pak Plt. tadi ninggalin apa nggak untuk kiai', saya pikir ninggalin apa? Saya enggak merasa tertinggal sesuatu di sana," ujar Suharso kala itu.

Setelah itu, Suharso diingatkan bahwa jika bertemu dengan kiai harus meninggalkan "tanda mata".

"'Kalau datang ke beliau-beliau itu mesti ada tanda mata yang ditinggalkan'. Wah, saya enggak bawa. Tanda matanya apa? Sarung? Peci? Al-Qur'an atau apa? 'Kayak nggak ngerti aja Pak Harso ini'. Dan itu di mana-mana setiap ketemu, enggak bisa, bahkan sampai hari ini kalau kami ketemu di sana, kalau salamannya enggak ada amplopnya, itu pulangnya itu sesuatu yang hambar. Ini masalah nyata yang kita hadapi saat ini," jelasnya.

Sebelumnya, Suharso meminta maaf dan mengakui kesalahannya yang memicu polemik imbas pidatonya terkait pemberian "amplop kiai" pada kegiatan Pembekalan Anti Korupsi Politik Cerdas Berintegritas di KPK pada 15 Agustus 2022.

"Saya akui ilustrasi dalam sambutan itu sebuah kekhilafan dan tidak pantas saya ungkapkan. Mestinya ada cara lain, bukan dengan mengungkapkan ilustrasi yang justru mengundang interpretasi yang keliru, dan apalagi dipotong-potong," katanya. ***