Tak Perlu Impor, Stok Beras Nasional Lebih dari 10 juta ton

Tak Perlu Impor, Stok Beras Nasional Lebih dari 10 juta ton
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri menyebutkan stok beras nasional mencapai lebih dari 10 juta ton pada April 2022 sehingga mendapatkan penghargaan dari Lembaga Penelitian Padi Internasional (International Rice Research Institution/IRRI) karena swasembada beras.

Kuntoro  menyampaikan bahwa kondisi beras dalam kondisi sangat aman dan sudah bisa mencukupi kebutuhan konsumsi.

Berdasarkan Survei Cadangan Beras Nasional (SCBN) 2022 yang merupakan hasil kolaborasi antara Kementan dan Badan Pusat Statistik (BPS), stok beras nasional periode 31 Maret 2022 mencapai 9,11 juta ton beras.

“Bahkan pada 30 April 2022, yaitu menjelang Idul Fitri lalu, stok beras nasional meningkat menjadi 10,15 juta ton beras,” kata KuntoroKuntoro Senin (15/2/22).

Dengan ketersediaan beras yang sangat mencukupi, Kuntoro mengungkapkan Indonesia sudah tidak mengimpor beras konsumsi.

“Menurut catatan BPS, Indonesia sudah tidak melakukan impor beras untuk pasar konsumsi, yaitu beras jenis medium,” kata Kuntoro.

Dia menyebutkan beras yang masih diimpor Indonesia merupakan beras untuk keperluan industri. Tercatat Indonesia mengimpor beras khusus pada tahun 2019 sebanyak 444,51 ribu ton, tahun 2020 sebanyak 356,29 ribu ton, dan tahun 2021 sebanyak 407,74 ton.

“Namun sebanyak 82 hingga 99 persen impor berupa broken rice atau beras pecah untuk bahan baku industri. Prosentasinya sangat-sangat kecil dibandingkan produksi beras dan stok beras kita," kata Kuntoro.

Kuntoro menyebutkan broken rice yang berkode HS 10064090 tersebut sebagian besar digunakan untuk keperluan pakan ternak. Pada tahun 2019, impor broken rice mencapai 98,6 persen dari keseluruhan impor beras, 2020 capai 90,47 persen, dan tahun 2021 sebanyak 81,63 persen.

Sementara itu Perum Bulog Sub Divre Cianjur, Jawa Barat, baru menyerap beras dari petani sebanyak 70 ton dari target 2.000 ton hingga akhir tahun, angka serapan akhir triwulan kedua tahun 2022 menurun karena petani lebih memilih menjual langsung ke pasar.

Wakil Kepala Perum Bulog Sub Divre Cianjur, Sandy di Cianjur Selasa, mengatakan penyerapan tahun ini tergolong sedikit jika dibanding dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat Mei 2021 penyerapan sudah mencapai 1000 ton beras.

"Sedikitnya penyerapan beras petani yang dilakukan Perum Bulog Sub Divre Cianjur, tahun ini berkaitan dengan harga beras di pasaran yang masih cenderung stabil, sehingga petani lebih memilih menjual berasnya ke pasar dengan harga yang lebih tinggi," katanya.

Selama ini, ungkap dia, Perum Bulog bertugas untuk menjaga stabilitas harga beras di pasaran, sehingga penyerapan beras petani apabila terjadi penurunan harga beras di pasaran, dengan harga beras jenis medium Rp 8.300 per kilogram dari petani.

Ketika harga di pasaran tinggi, pihaknya mempersilahkan petani menjual ke pasar, ketika harga di pasaran turun pihaknya tetap akan menampung beras dari petani.***