Timur Tengah-Afrika Utara Bakal Alami Suhu Panas Ekstrem, Ilmuan: Picu Kematian

Timur Tengah-Afrika Utara Bakal Alami Suhu Panas Ekstrem, Ilmuan: Picu Kematian
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Perubahan iklim berpotensi membuat beberapa daerah di Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East and North Africa/MENA) tidak dapat dihuni dalam beberapa dekade mendatang dengan suhu yang berpotensi mencapai 60 derajat Celcius atau lebih tinggi.

Dikutip dari Al Jazeera, Selasa (9/11/2021), dampak di seluruh wilayah MENA akan sangat merusak lingkungan, termasuk kekurangan air kronis, ketidakmampuan untuk menanam makanan karena cuaca ekstrem, dan kekeringan.

Dampak perubahan iklim di wilayah MENA dapat menimbulkan lonjakan kematian terkait gelombang panas dan masalah kesehatan.

Sebuah studi dari jurnal Nature mencatatkan bahwa diperkirakan sekitar 600 juta penduduk atau 50 persen dari populasi wilayah tersebut pada 2100 mungkin terkena peristiwa cuaca super ekstrem jika proyeksi gas rumah kaca saat ini terus berlanjut.

Menurut jurnal Nature, panas terik akan berpotensi mengancam jiwa manusia berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.

“Kami mengantisipasi bahwa suhu maksimum selama gelombang panas di beberapa pusat perkotaan dan kota-kota besar di MENA dapat mencapai atau bahkan melebihi 60°C, yang akan sangat mengganggu masyarakat,” tulis para ilmuwan.

George Zittis, penulis utama studi tersebut, mengatakan kepadaAl Jazeera kelembaban yang lebih tinggi dari peningkatan penguapan laut di sekitarnya akan meningkatkan bahaya.

“Tekanan panas selama musim panas akan mencapai atau melampaui ambang batas kelangsungan hidup manusia, setidaknya di beberapa bagian wilayah dan untuk bulan-bulan terpanas,” kata Zittis.

Pusat-pusat kota besar di sekitar teluk, Laut Arab, dan Laut Merah seperti Dubai, Abu Dhabi, Doha, Dhahran, dan Bandar Abbas akan lebih sering mengalami suhu yang parah.

Bagi umat Islam di seluruh dunia, berpartisipasi dalam ibadah haji di Arab Saudi akan membutuhkan inovasi yang sangat adaptif untuk melindungi jemaah dari kondisi panas.

Diperkirakan dua hingga tiga juta Muslim melakukan haji setiap tahun dengan masing-masing menghabiskan 20-30 jam di luar selama periode lima hari.

“Tingkat stres panas bisa melebihi ambang batas bahaya yang ekstrem,” kata Zittis, membahas kemungkinan kondisi Mekkah di masa depan.

Para peneliti setuju situasi di kawasan MENA akan menjadi suram dalam beberapa dekade mendatang jika emisi gas rumah kaca tidak ditindaklajuti secara segera dan cepat.***