Rusia Dituduh Curi Data Cetak Biru Astrazeneca untuk Produksi Vaksin Sputnik V

Rusia Dituduh Curi Data Cetak Biru Astrazeneca untuk Produksi Vaksin Sputnik V
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Media Inggris, The Sun, Minggu 10 Oktober 2021, melaporkan dugaan Rusia mencuri cetak biru vaksin Covid-19 buatan Oxford, AstraZeneca, untuk membuat vaksin Sputnik V. 

Laporan itu menuliskan, sumber-sumber keamanan telah memberi tahu para menteri bahwa mereka memiliki bukti mata-mata Kremlin mencuri cetak biru untuk vaksin Covid-19, dan menggunakannya untuk merancang vaksin mereka sendiri.

Sumber-sumber itu mengatakan mereka memiliki bukti bahwa data-data penting diambil dari perusahaan obat, termasuk cetak biru untuk vaksin Covid-19. 

Vaksin Sputnik Rusia menggunakan teknologi serupa dengan vaksin yang dibuat Oxford. Tim keamanan sekarang yakin itu disalin.

Tahun lalu mata-mata menuding Presiden Rusia, Vladimir Putin, di balik praktik spionase. Mereka mengatakan mereka yakin “lebih dari 95 persen” peretas yang disponsori negara Rusia telah menargetkan lembaga-lembaga penelitian di Inggris, AS, dan Kanada yang mengembangkan vaksin Covid.

Laporan itu dipublikasikan setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan bahwa dia telah menerima Sputnik V dan mendesak rakyat Rusia untuk divaksin. Vaksin Sputnik V belum disetujui secara internasional, meski 70 negara telah menyetujui penggunaannya.

Pada bulan September, hasil dari dua uji klinis awal yang dilakukan di Moskow dan diterbitkan dalam jurnal Inggris The Lancet menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 Rusia aman dan efektif.

Ilmuwan Rusia di balik penelitian tersebut mengatakan bahwa vaksin merangsang respons kekebalan pada semua peserta yang diinokulasi, dan tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Produksi antibodi yang terlihat pada pasien menunjukkan bahwa vaksin tersebut mampu mempersiapkan tubuh untuk dapat menolak Covid-19.

Ilmuwan Barat Independen mengatakan hasilnya 'agak meyakinkan' tetapi memperingatkan uji coba itu terlalu kecil dan sempit karena hanya melibatkan 76 orang dalam penelitian ini. Hanya sebagian dari mereka yang benar-benar ditusuk, dan relawan semuanya sehat dan sebagian besar berusia 20-an dan 30-an.

Uji coba berlangsung di dua rumah sakit di Moskow, Rumah Sakit Burdenko dan Rumah Sakit Universitas Sechenov.

Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko mengatakan pekan lalu bahwa semua hambatan untuk mendaftarkan vaksin ke WHO telah hilang, dan hanya beberapa dokumen yang harus diselesaikan. Sputnik V saat ini masih menunggu persetujuan dari European Medicines Agency. 

Laporan tersebut juga mengeklaim Rusia juga memusatkan perhatian ke Brasil, India, Indonesia, dan Kanada, karena diyakini sebagai pasar potensial vaksin Sputnik. Hal ini karena mereka meyakini negara-negara tersebut dipandang sebagai pasar ekspor potensial bagi Sputnik.***