Ukraina Lanjutkan Penggalian Kuburan Massal di Izium

Ukraina Lanjutkan Penggalian Kuburan Massal di Izium
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Para pekerja darurat Ukraina melanjutkan penggalian kuburan massal yang ditemukan di Izium, Kharkiv Oblast, setelah berhasil merebut kembali dari Rusia. Dalam penggaliannya, mereka menemukan lebih banyak lagi mayat pada Sabtu (17/9) waktu setempat.

Seperti dikutip dari Reuters, Minggu (18/9/2022), dilaporkan ada lima kuburan massal yang digali. Sementara, para ahli dari pihak kepolisian dan penyelidik mendokumentasikan temuan dan memeriksa mayat-mayat itu.

"Penggalian sedang dilakukan. Identitas mereka saat ini tidak diketahui," ungkap jaksa wilayah Roman Kasianenko.

Penyidik mengungkapkan bahwa beberapa mayat merupakan lanjut usia jika dilihat dari kondisi giginya. Selain itu, kata Kasianenko, tiga mayat yang telah digali pada Jumat (16/9) telah berhasil diidentifikasi.

Setidaknya ada 17 tentara Ukraina yang ditemukan di kuburan massal pada Jumat tersebut. Sedangkan, sisanya diduga merupakan warga sipil yang dikubur dengan tanda salib kayu tipis.

Sementara itu, warga kota Izium juga melanjutkan pencarian kerabat mereka yang meninggal akibat serangan dari Rusia.

Sebagai informasi, Ukraina menemukan kuburan massal yang terdiri lebih dari 440 mayat di Izium, Kharkiv Oblast. Kota itu baru saja direbut kembali oleh pasukan Ukraina dari tentara Rusia.

Kepala penyelidik polisi untuk wilayah Kharkiv, Serhiy Bolvinov, mengatakan kepada Sky News bahwa penyelidikan forensik akan dilakukan pada setiap jenazah.

Presiden Volodymyr Zelenskiy menyalahkan Rusia atas kuburan massal itu. Ia menyamakan penemuan itu dengan apa yang terjadi di Bucha, di pinggiran ibukota Kyiv, saat awal invasi Rusia berlangsung pada Februari.

Ukraina dan sekutu Baratnya menuduh pasukan Rusia melakukan kejahatan perang di Bucha.

"Rusia meninggalkan kematian di mana-mana dan harus bertanggung jawab," kata Zelenskiy dalam pernyataannya melalui video seperti dikutip AFP.

Meski begitu, Rusia berulang kali membantah menargetkan warga sipil atau telah melakukan kejahatan perang.  ***