Usai Pantai Bikini, Proyek 'Perubahan' Arab Saudi Selanjutnya: Kasino

Usai Pantai Bikini, Proyek 'Perubahan' Arab Saudi Selanjutnya: Kasino
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Arab Saudi menunjukkan perubahan yang makin mengejutkan, termasuk buat turis asing. Setelah membuka pantai untuk berbikini, Saudi bakal membuka kasino.

Saudi mengizinkan bikini di Pantai Pure Beach sejak 2021. Itu adalah pantai privat yang terletak di King Abdullah Economic City, sekitar 125 kilometer dari kota internasional Jeddah.

Pantai itu memiliki taman terapung yang membentuk tulisan "Arab Saudi" dalam bahasa Inggris saat dilihat dari atas. Untuk masuk ke pantai itu, wisatawan harus mengeluarkan kocek 300 riyal Arab Saudi atau sekitar Rp 1,1 juta. Mereka bisa menikmati musik dan tarian, serta bermain air.

Tak hanya turis asing, warga juga bisa pelesiran di pantai itu. Salah satu warga Arab Saudi, Asma (32), menghabiskan waktu satu hari di pantai tersebut bersama pacarnya. Dia bahkan bisa berdansa dengan pasangannya di atas pasir putih di tepi Laut Merah, diiringi dentuman musik dari pengeras suara.

Setelah membuka pantai bikini, Arab Saudi juga tengah menyiapkan kawasan kasino di sekitar Laut Merah. Kasino itu nantinya berada di Pulau Tiran dan Sanafir. Selain kasino, rencananya juga dibangun hotel-hotel mewah.

Pulau Tiran dan Sanafir sebelumnya dimiliki Mesir. barulah kemudian pada 2016 beralih ke Arab Saudi.

Dikutip dari Globes, Arab Saudi bakal membangun jembatan yang menghubungkan kedua pulau itu dengan Mesir. Terobosan lain yang dibuat adalah Saudi mengizinkan wisatawan asal Israel untuk memasuki pulau itu.

Sumber juga mengatakan bahwa pembukaan Pulau Tiran dan Sanafir untuk turis Israel menunjukkan keinginan Arab Saudi untuk meningkatkan langkah-langkah untuk lebih dekat dengan Israel. Semua rencana itu diwujudkan secara bertahap dan dengan cara yang tidak memiliki signifikansi politik jangka panjang.

Daftar Proyek 'Gila' Arab

Arab Saudi sedang melakukan pembangunan besar-besaran di wilayah-wilayah sekitaran Laut Merah. Hal ini terkait dengan langkah Putra Mahkota dan Perdana Menteri (PM) negara itu, Mohammed Bin Salman (MBS), yang ingin mempercepat visi 2030 Arab Saudi guna menjauhkan ketergantungan Riyadh dari  pendapatan kepada minyak.

Salah satu yang saat ini sedang digarap adalah proyek Pulau Tiran dan Sanafir. Pulau itu sendiri sebelumnya dalam kendali Mesir hingga 2016 lalu.

Nantinya, Saudi akan membangun kasino dan hotel megah di dua pulau itu. Selain itu, akan disertakan sebuah jembatan penghubung menuju wilayah Sinai, Mesir.

Riyadh juga akan membuka pintunya di pulau itu bagi wisatawan mancanegara dan investor. Termasuk dari Israel, yang selama ini dilarang masuk Arab Saudi karena sikap kerajaan pimpinan Raja Salman itu dalam mendukung Palestina.

"Arab Saudi akan segera mengizinkan orang Israel untuk mendapatkan visa turis untuk mengunjungi pulau Tiran dan Sanafir yang akan menyediakan hotel dan kasino," tulis kantor berita Israel Globes yang dikutip Al Mayadeen.

Sebenarnya ini bukan satu-satunya proyek 'gila' alias ambisius MBS. Berikut lima proyek lainnya seperti dirangkum, Kamis (26/1/2023):

1. NEOM
NEOM merupakan sebuah kota baru yang sedang dibangun di wilayah Provinsi Tabuk di tepi Laut Merah. Nantinya, zona NEOM akan membentang seluas 26.500 kilometer persegi (km2).

Dirancang sebagai kota pintar futuristik, NEOM akan didukung oleh energi bersih. Kota ini dijanjikan memiliki berbagai daya tarik di dalam wilayahnya.

Proyek giga senilai US$ 500 miliar akan diperlakukan sebagai negara di dalam negara. Nantinya, NEOM akan memiliki zona ekonomi dan otoritasnya sendiri sehingga terpisah dari aturan yang mengatur wilayah kerajaan lainnya.

"Orang yang tinggal di sana tidak akan disebut sebagai orang Saudi tetapi akan disebut dengan sebutan 'Neomians', dan pembangunan tersebut direncanakan untuk memiliki jutaan penduduk pada tahun 2030," kata Kepala Proyek Pariwisata Andrew McEvoy mengatakan kepada The National Mei 2022.

Jaringan bandara yang menjadi hub internasional juga akan dibuat. Selain itu, dalam NEOM, akan ada proyek kaca raksasa yang terdiri dari gedung pencakar langit sepanjang 170 km dengan lebar 200 meter dan tinggi lebih dari 300 meter, yang dinamakan The Line.

2.Proyek Laut Merah
Selain NEOM ada pula proyek Laut Merah bernilai miliaran riyal. Proyek ini akan terdiri dari 50 resor, menawarkan hingga 8.000 kamar hotel dan lebih dari 1.000 properti hunian di 22 pulau dan enam lokasi daratan.

Destinasi ini juga menampilkan ngarai gunung, gunung berapi yang tidak aktif, dan situs budaya dan warisan kuno. Diharapkan Arab Saudi mendapat 22 miliar riyal pendapatan setiap tahun pada  2030 dan 464 miliar riyal tahun 2040 menurut laporan The Red Sea Development Company.

Fase satu dari Proyek Laut Merah dijadwalkan selesai pada akhir tahun 2023. Fase kedua mencakup pengembangan empat atau lima pulau tambahan bakal dilakukan setelahnya.

3. Amaala
Resort mewah di pantai Barat Laut Arab Saudi ini akan "membatasi" NEOM dan Proyek Laut Merah. Amaala diharapkan menjadi penggerak pariwisata kerajaan.

Bakal ada 2.500 kamar hotel dan 700 vila hunian pribadi, juga akan ada area ritel dengan 200 outlet. Amaala juga akan memiliki Triple Bay Yacht Club di Cagar Alam MBS yang dirancang dengan desain rumah tradisional Arab.

"Kami mengantisipasi bahwa Amaala akan menjadi pusat internasional untuk kapal pesiar mewah, dan karena itu, klub kapal pesiar membutuhkan desain kelas dunia, dipengaruhi oleh elemen alam sekitar dan warisan Arab, dan didukung oleh komitmen kami terhadap keberlanjutan," kata Kepala Eksekutif Amaala, John Pagano.

4. Ad Diriyah
Terletak di pinggiran Riyadh, Ad Diriyah dianggap sebagai "permata warisan". Pengembangan senilai US$ 17 miliar akan mencakup beberapa resor mewah, termasuk merek hotel internasional utama.

Gerbang Diriyah I akan menampilkan 18 hotel dalam komunitas perkotaan tradisional serba guna yang akan dibuat dengan gaya arsitektur Najdi otentik. Ini identik dengan design khasdesa-desa yangmenggunakan bata lumpur dan plester yang sama seperti yang dilakukan ratusan tahun lalu.

Gerbang Diriyah II direncanakan sebagai pengembangan serba guna berskala Paris, berfokus pada pejalan kaki, dengan semua aset hiburan budaya. Gerbang Diriyah III akan memiliki aspek perumahan yang besar.

Mega proyek ini bernilai senilai US$ 50,6 miliar. Ini diharap mampu mendatangkan 27 juta pengunjung domestik dan internasional pada tahun 2030.

5. Qiddiya
Sama seperti Ad Diriyah, proyek di pinggiran Riyadh ini akan mengusung konsep hiburan. Ini mencakup taman hiburan Six Flags, lapangan golf, dan kompleks seni.

Qiddiya Investment Company pada bulan Februari memberikan kontrak senilai US$746,6 juta kepada perusahaan patungan Alec Saudi Arabia Engineering dan Contracting dan El Seif Engineering Contracting untuk pembangunan taman hiburan air pertama dan terbesar di kawasan itu.

Taman ini akan berdiri di atas tanah seluas 22,5 hektar dan akan menjadi rumah bagi 22 wahana dan atraksi, termasuk sembilan yang akan menjadi 'yang pertama di dunia'. Ini akan mencakup sembilan zona, terinspirasi oleh hewan yang menghuni daerah sekitar Qiddiya.=

Beberapa wahana telah dirancang untuk menggunakan air 75% lebih sedikit dibandingkan dengan yang lebih konvensional di taman air lainnya. Pada tahun 2030, Qiddiya berharap dapat menarik hingga 17 juta pengunjung setiap tahunnya.

Cerita Perubahan Arab Saudi, Katanya Mulai Lepas Nilai Islam?

Selama ini ada dua hal yang menjadi identitas kuat Arab Saudi. Pertama dipandang sebagai negeri pemegang teguh nilai-nilai konservatif.

Sejak berdiri pada 23 September 1932, negara ini sangat memegang nilai-nilai keislaman. Di Arab Saudi, aturan-aturan Islam ditegakkan tanpa pandang bulu dan ini sudah berlangsung selama puluhan tahun.

Kedua dikenal sebagai Negeri Petro Dollar. Sepanjang sejarah, Arab Saudi mengandalkan minyak untuk mendongkrak ekonominya.

Berkat minyak yang ditemukan pada 1938, Arab Saudi masuk ke dalam rangkaian interaksi politik dan ekonomi global yang membentuknya menjadi negara modern yang diperhitungkan kedudukannya. Dari eksploitasi minyak pula Arab Saudi menjadi kaya raya.

Namun pada sisi lain Arab Saudi juga berpikir kalau ekonominya tidak selamanya dapat bergantung dengan minyak. Minyak adalah sumber daya alam yang bakal habis suatu saat nanti.

Alhasil, Arab Saudi harus berpikir untuk mencari sumber uang baru. Ketika Raja Salman bin Abdulaziz naik takhta pada 2015 dan menunjuk Mohammed bin Salman (MBS) sebagai putra mahkota, Saudi menemukan jawabannya, yakni lewat program "Saudi Vision 2030".

Saudi Vision 2030 berisi cetak biru Arab Saudi di tahun 2030 yang bertujuan melepaskan diri dari ketergantungan minyak. Dalam laman resminya, Saudi Vision 2030 punya tiga pilar utama: a vibrant society, an ambitious nation, dan a thriving economy.

Khusus yang terakhir, Saudi punya rincian lebih. Yaitu a thriving economy rewarding opportunities, a thriving economy investing for the long term, dan a thriving economy open for business.

Mengutip Transformation From an Oil-Based Economy to a Knowledge-Based Economy in Saudi Arabia (2017), intinya lewat Saudi Vision 2030, Saudi berupaya membuka pintu bagi dunia luar. Pariwisata dan investasi adalah andalannya.

Namun, untuk mewujudkannya Saudi dihadapkan oleh tembok tinggi bernama konservatisme yang dipegangnya. Alih-alih bertahan, Saudi memutuskan untuk meruntuhkan tembok itu dan membuat sebagian berpikir "kiamat sudah dekat".

Untuk membuka diri, Saudi harus membenahi kondisi dalam negerinya terlebih dahulu. Nilai-nilai konservatif perlahan ditinggalkan. Reformasi besar-besaran terjadi.

Mulanya, Saudi memperbolehkan perempuan untuk berada di ranah publik lebih bebas. Perempuan yang dulu hanya boleh berada di rumah, kini dapat bekerja, menyetir mobil sendiri, dan aktif di ruang publik.

Mengutip data The General Organization Social Insurance, dalam tujuh bulan pertama di tahun 2017, tercatat ada 500.000 perempuan Saudi memasuki pasar tenaga kerja baik di sektor swasta maupun publik. Masuknya perempuan dalam angkatan tenaga kerja ini juga mengurangi angka pengangguran negara ke angka 7%

Di sektor pariwisata, Arab Saudi membuka terobosan baru. Raja Salman membolehkan pengadaan konser di negaranya.

Pada 2019, Pangeran MBS mengundang boyband asal Korea Selatan (Korsel) untuk mengadakan konser. Tiket konser BTS di Stadium Internasional King Fahd dengan kapasitas 70.000 orang terjual habis.

Sejumlah musisi dunia lain, seperti Pitbull juga tampil di Arab Saudi. Selain itu, Arab Saudi juga membuka kembali bioskop setelah sekian lama ditutup.

Keberhasilan menata atau meliberalisasi dalam negeri sukses membawa Arab Saudi menjadi pasar investasi negara asing. Dipercaya, jika ini terus berlangsung Arab Saudi bakal semakin berkembang dan maju.

Terbaru, Arab Saudi dilaporkan mulai membuka kasino dan pintunya bagi para warga dan investor dari negara musuh bebuyutannya, yakni Israel. Selain itu, Saudi sedang menggarap beberapa proyek besar di sekitar Laut Tengah, termasuk kota baru bernama NEOM.

Proyek-proyek besar ini nantinya ditujukan untuk menarik warga internasional untuk berkunjung ke Arab Saudi. Kerajaan juga diketahui memiliki pantai privat yang kini telah mengizinkan para wanita berbikini, 125 km kota Jeddah, Pure Beach.***