Walhi Sebut Bencana Alam di Jabar Dampak dari Izin Pertambangan dan Properti

Walhi Sebut Bencana Alam di Jabar Dampak dari Izin Pertambangan dan Properti
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menyebut saat ini Jawa Barat (Jabar) sudah mengalami perubahan iklim yang sangat signifikan. Hal itu terbukti dari maraknya bencana alam, khususnya hidrometeorologi atau banjir yang melanda sejumlah wilayah di Jabar.

"Penilaian dan hasil kajian kami penting sekali untuk disampaikan bahwa Jabar sudah terjadi perubahan iklim yang sangat signifikan," kata Manajer Advokasi dan Kampanye Walhi Jabar Wahyudin dalam tayangan CNNIndonesia TV, Senin (29/11/2021).

Menurut Wahyudin, ada sejumlah faktor penyebab perubahan iklim di Jabar. Beberapa yang disorot adalah izin tambang dan izin bisnis properti yang mengubah penampang bumi atau tutupan vegetasi.

Dia pun mengatakan izin tambang di Jabar itu semakin marak ketika perizinan saat ini diserahkan ke pusat melalui online single submission atau OSS.

"Karena ada sistem OSS, jadi setiap pemohon perizinan sangat mudah sekali memohon izin melalui mekanisme OSS, apalagi dengan beberapa kebijakan yang melonggarkan, ada misalnya UU Minerba, Omnibus Law, dan sebagainya," jelas Wahyudin.

Kemudian, faktor lainnya, menurut dia yakni izin bisnis properti yang sangat tinggi di Jabar. Menurutnya, hal ini sangat berdampak buruk terhadap keberlangsungan lingkungan.

Baca juga: BPBD Catat 57 Titik Banjir di Jabar

Dirinya juga menilai salah satu yang jadi penyebab perubahan iklim di Jabar yakni salah satunya proyek strategis nasional seperti kereta cepat Jakarta-Bandung serta pembangunan sejumlah jalan bebas hambatan.

"Beberapa hal tersebut tentu sangat mengubah bencana alam dan menyebabkan perubahan alih fungsi yang sangat signifikan, dengan banyaknya keluar izin-izin tambang dan sebagainya," ungkap Wahyudin.

"Perubahan iklim ini jadi salah satu faktor utama selain tadi yang saya sampaikan beberapa faktor lain, salah satunya perubahan iklim ini yang menyebabkan intensitas hujan yang begitu tinggi," dia menambahkan.

Di sisi lain, dengan keadaan seperti itu, upaya pemerintah, baik pusat maupun Pemprov Jabar tidak berbanding lurus dengan kerusakan yang terjadi.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jabar mencatat 57 banjir terjadi selama hampir dua pekan pada awal November 2021. Selain itu, dari data BPBD Jabar, ada sejumlah kabupaten/kota yang masuk dalam daerah rawan bencana alam di musim penghujan.

Wilayah tersebut meliputi Kabupaten Cianjur, Garut, Sukabumi, dan Bogor. Kemudian, di wilayah pantai utara Jabar yaitu Cirebon, Karawang, dan Indramayu. 

"Update per 12 November 2021, itu ada 57 titik banjir atau 57 kejadian bencana banjir di Jawa Barat," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar Dani Ramdan, di Bandung, Jumat (12/11)

Saat ini, lanjut Dani, wilayah Jawa Barat belum memasuki puncak musim penghujan dan diprediksi puncak musim penghujan di Jawa Barat akan terjadi pada Januari hingga Februari 2022.

"Artinya kewaspadaan (bencana alam) harus kita tingkatkan. Namun jika dilihat dari bulan sebelumnya ini memang ada peningkatan cukup signifikan dari jumlah kejadian banjir dan longsor sejak Oktober dan November ini," kata dia.  ***