Waspadai Lonjakan Covid-19, Kemenkes: Kematian Naik 20 Persen

Waspadai Lonjakan Covid-19, Kemenkes: Kematian Naik 20 Persen
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta untuk mewaspadai potensi peningkatan kasus Virus Corona. Pasalnya, ada peningkatan kasus kematian akibat Corona hingga 20 persen dalam sepekan terakhir.

"Kita juga melihat walaupun kasus konfirmasi terlihat adanya secara rata-rata masih dalam batas normal, tetapi yang perlu dicatat ada peningkatan kasus kematian sebanyak 20 persen," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers secara daring, Jumat (30/4).

Dia menyebut tren peningkatan kasus meninggal ini terjadi di beberapa provinsi, yakni terjadi di Jawa Tengah, Riau, DKI Jakarta Kalimantan Timur, Bangka Belitung, Jawa Barat, Aceh, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, NTB Jambi, Papua Barat, Sumatera Utara, Bengkulu, Sulut, Lampung dan Nusa Tenggara Timur.

"Bila kita melihat seperti DKI Jakarta, jumlah kasus terlihat menurun tetapi kemudian kasus meninggalnya meningkat di DKI Jakarta ini," Kata dia, yang juga menjabat Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 ini.

"Artinya menjadi kewaspadaan kita, jangan-jangan masyarakat lebih menjadi tidak sadar dengan gejala Covid-19, yang dialaminya sehingga menunda untuk mendapatkan pemeriksaan ke fasilitas pelayanan kesehatan," jelasnya.

Tak hanya itu, saat ini kata Nadia jumlah pasien rawat inap pun berangsur-angsur mengalami peningkatan. Peningkatan bahkan mencapai 1,28 persen dalam kurun waktu tujuh hari ini.

"Begitu juga dengan rawat inap di Rumah Sakit terjadi peningkatan sebanyak 1,28 persen," kata dia.

Nadia kembali mengingatkan, di beberapa negara Eropa dan India gelombang Covid-19 terus terjadi. Bahkan tak sedikit sejumlah negara di Eropa yang kembali menerapkan lockdown di negara mereka akibat kasus aktif Covid-19 yang terus meningkat.

Hal ini kata Nadia bisa jadi dipengaruhi oleh mobilitas yang tinggi antara warganya. Sehingga kata dia, untuk menghindari hal tersebut juga terjadi di Indonesia, maka pembatasan mobilitas perlu dilakukan.

"Untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus dan termasuk mengatasi pembatasan penularan varian baru, maka perlu ada pembatasan mobilitas," kata dia

Terpisah, Tim Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) meyakini GeNose C19 mampu melacak Covid-19 meski varian-varian baru virus tersebut terus bermunculan.

Juru Bicara Tim Peneliti dan Pengembang GeNose C19 Mohamad Saifudin Hakim menerangkan GeNose mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) pada sampel napas. Secara teori, baik varian baru maupun lama dari virus tetap memiliki pengaruh yang sama terhadap VOC.

"Sistem GeNose tidak mendeteksi virus secara langsung tapi hasil metabolisme yang berupa VOC dari pasien terinfeksi Covid. Sehingga, pola-pola VOC yang dihasilkan dari infeksi dengan beberapa varian itu kemungkinan tdak banyak mengalami perubahan," kata Hakim dalam konferensi pers Standarisasi GeNose C19 yang disiarkan secara daring, Jumat (30/4).

"Sehingga dengan adanya varian-varian baru yang beredar, kami tetap yakin, confidence bahwa GeNose tetap bisa menjaga akurasinya," lanjut dia.***