Childfree dalam Sudut Pandang Kesehatan dan Perspektif Islam

Childfree dalam Sudut Pandang Kesehatan dan Perspektif Islam

WJtoday, Bandung - Pilihan hidup childfree atau tidak punya anak diperbincangkan publik di media sosial setelah ramai sorotan terhadap tanggapan Gita Savitri mengenai pujian follower-nya di Instagram. 

Gita Savitri dipuji awet muda dan dia menyatakan resepnya adalah tidak punya anak. Dengan tidak punya anak, seseorang bisa istirahat lebih baik, tidur delapan jam tanpa stres oleh teriakan anak.

Apa itu childfree? Childfree adalah keputusan pasangan untuk tidak memiliki anak dalam pernikahan mereka.

Tak dimungkiri ada banyak pasangan yang bahkan memutuskan berpisah ketika pasangannya tak bisa memberi keturunan.

Namun nyatanya, tak semua pasangan bisa atau ingin punya anak. dalam kehidupan pernikahan mereka. Banyak yang mengambil keputusan untuk tak memiliki anak atau dikenal juga dengan istilah childfree.

Keputusan untuk tak memiliki anak ini tentu bukan sesuatu yang bisa diambil tergesa-gesa. Banyak faktor yang menyebabkan pasangan akhirnya memilih untuk tak memiliki keturunan atau childfree. Tak dimungkiri apa itu childfree adalah keputusan pasangan untuk tidak punya anak dalam pernikahan mereka.

Setiap pasangan tentu memiliki alasan tertentu ketika tak ingin memiliki anak dalam hubungan pernikahan mereka. Tak ada benar atau salah, namun yang pasti keputusan untuk tak punya anak harus menjadi keputusan bersama antara suami dan istri.

Apa yang jadi alasan pasangan memilih untuk childfree? Tiap orang pasti punya alasannya sendiri, bahkan dari medis sampai psikologi. Keputusan ini muncul lantaran trauma masa kecil dan rasa takut menularkan trauma ke anak.

Bisa jadi salah satu di antara pasangan ini atau bahkan keduanya merasa tak memiliki kemampuan untuk menjadi orang tua. Mereka merasa, trauma yang menghantuinya sejak kecil bisa memengaruhi kapabilitasnya dalam mengurus anak.

Tak cuma itu, pengertian apa itu childfree ini juga sering dikaitkan dengan peribahan iklim.

Mengutip Washington Post, survei Pew Research Center tahun 2021 terhadap orang dewasa di Amerika tanpa anak, 5 persen dari mereka yang menyebutkan alasan khusus untuk childfree  adalah perubahan iklim atau lingkungan.

Dalam sepucuk surat kepada investor tahun lalu, analis Morgan Stanley mencatat bahwa "gerakan untuk tidak memiliki anak karena kekhawatiran tentang perubahan iklim tumbuh dan berdampak pada tingkat kesuburan lebih cepat daripada tren sebelumnya di bidang penurunan kesuburan."

Dua ilmuwan di Oregon State University menerbitkan sebuah makalah yang memperkirakan bahwa setiap anak yang lahir di Amerika Serikat menambahkan ribuan ton karbon dioksida ke "warisan karbon" seumur hidup orang tua mereka. 

Dikemas ulang dalam tinjauan literatur tahun 2017 oleh dua ilmuwan keberlanjutan, yang menghitung bahwa memilih untuk tidak memiliki anak akan mengurangi emisi sekitar 60 metrik ton per tahun, jumlah yang secara positif mengerdilkan tindakan lain yang mungkin dilakukan (hidup bebas mobil: 2,4 ton emisi dihindari ; melewatkan satu penerbangan transatlantik: 1,6 ton).

"Setiap anak yang kita miliki di bagian dunia yang maju akan sangat mahal secara lingkungan," kata Travis Rieder, seorang ahli bioetika di Universitas Johns Hopkins yang berpendapat untuk beralih ke jumlah keluarga yang lebih kecil.

Sudut Pandang Kesehatan
Isu childfree menjadi viral lewat polemik di media sosial yang membahas soal pernyataan pemengaruh (influencer) Gita Savitri (Gitasav). 

Menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, pilihan hidup seperti itu tidak baik.

"Secara makro untuk konteks masyarakat luas, jelas tidak baik ya," kata Hasto dikutip dari detikcom, Jumat (10/2/2023).

Dia menjelaskan dampak childfree terhadap kondisi masyarakat dan juga terhadap kondisi kesehatan. Pertama, childfree mengakibatkan pertumbuhan penduduk menjadi minus. Kondisi ini bisa berdampak buruk bagi ketersediaan tenaga kerja suatu masyarakat.

"Karena, kalau semua orang semangatnya childfree maka terjadi resesi reproduksi, bukan resesi seks ya, tapi resesi reproduksi. Kalau resesi reproduksi tentu terjadi 'minus growth' pertumbuhan penduduk, sehingga terjadi kekurangan tenaga kerja. Ini ancaman, saya kira," kata Hasto.

Idealnya, tingkat kesuburan (total fertility rate) di Indonesia adalah 2,1, artinya bila ada 10 perempuan maka ada 21 anak yang mereka lahirkan. Saat ini, tingkat kesuburan Indonesia ada di angka 2,8. Secara umum, dua anak adalah angka yang cukup.

"Pentingnya mempertahankan jumlah anak supaya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, tidak satu anak," ujar Hasto.

Dia juga menjelaskan, childfree meningkatkan risiko kesehatan bagi perempuan yang menjalaninya. Dokter kebidanan lulusan UGM ini berbicara mengenai mioma (miom) yang dialami perempuan yang tidak melahirkan atau punya anak sedikit.

"Saya mencermati orang-orang yang anaknya sedikit atau tidak punya anak, misalnya anaknya hanya satu, itu cenderung lebih mudah kena miom (mioma), tumor yang ada di rahim, itu lebih mudah terjadi pada orang yang anaknya sedikit," paparnya.

Untuk perempuan yang tidak punya anak dengan kondisi badan gemuk serta punya bakat diabetes, perempuan tersebut rentan mengalami kanker endometrium, yakni kanker lapisan dalam rahim.

"Dari sisi medis, ini (childfree) tidak bagus," tegas Hasto.

Perspektif Islam
Pasangan suami istri umumnya menginginkan keturunan dari pernikahan yang dilangsungkan. Namun, jika ditelisik secara fikih, apa sebenarnya hukum memiliki anak dalam Islam?

Apakah benar-benar diwajibkan? Perlu diketahui apakah memiliki anak dalam Islam adalah tuntutan yang bersifat dharuri dari suatu pernikahan ataukah hukumnya adalah mustahab. Atau jangan-jangan, hukum memiliki anak dalam Islam hanyalah mubah saja?

Allah berfirman dalam penggalan surah an-Nahl ayat 72, yang artinya: "Dan Dia menjadikan untuk kalian melalui istri-istri kalian, berupa anak-anak dan cucu-cucu."

Dijelaskan bahwa ayat-ayat Alquran tentang menghasilkan keturunan dalam sebuah pernikahan adalah bersifat khabariyah (informasi) dan targhib. Dalam buku Fikih Kedokteran karya Endy Astiwara dijelaskan, Imam al-Qurthubi menafsirkan ayat tersebut ke dalam lima pokok.

Antara lain, menunjukkan besarnya nikmat Allah dengan sebab keberadaan anak dalam rumah tangga. Ayat ini juga menunjukkan disyariatkannya suami untuk (juga) melayani istri.

Hal ini sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW yang menjahit sendiri pakaian dan membersihkan sendiri sepatu yang hendak digunakan. 

Allah berfirman dalam Alquran surah al-Kahfi ayat 46, yang artinya: "Harta dan anak-anak merupakan perhiasan dunia."

Dengan demikian, pernyataan tentang anak-anak di sini adalah bersifat khabariyah, sekaligus larangan untuk berbangga-bangga dengan keduanya.

Selain itu, terdapat hadis shahih yang memerintahkan untuk memilih istri yang dicintai (al-wadud) dan berpotensi untuk melahirkan banyak anak (al-walud). Sebab, Rasulullah SAW merasa berbahagia dengan banyaknya umatnya.

Nabi bersabda: "Nikahilah wanita-wanita yang kalian cintai dan (wanita-wanita tersebut) berpotensi untuk memiliki banyak anak. Karena sesungguhnya aku (akan merasa bahagia) karena banyaknya umatku dibandingkan umat-umat lainnya." 

Oleh karena itu, dijelaskan, memiliki anak adalah salah satu naluri utama manusia yang kemudian ditegaskan dalam Alquran dan hadis untuk berupaya sekuat tenaga dapat memiliki anak. 

Namun, keinginan memiliki anak dalam Islam tak lepas dari tuntunan syariat yang berlaku. Tidak diperkenankan menginginkan anak dengan cara-cara yang haram.

Dalam keterangan di atas, Rasulullah memang menyukai jumlah umatnya yang banyak. Dalam hadis lainnya, Rasulullah juga bersabda: 

"Ya Allah, limpahkanlah hartanya dan limpahkanlah (jumlah) anaknya. Dan berkahilah apa yang Engkau telah berikan kepadanya.

Mempunyai anak adalah fitrah manusia dan kebahagiaan orang tua adalah memiliki anak. Betapa banyak pasangan mandul yang sampai saat ini berusaha memiliki anak. 

Mereka bahkan rela mengorbankan apa saja untuk berobat agar memiliki anak. Pasangan yang mandul ini tentu saja sedih hidup mereka belum dikarunai anak.

Sebelum memutuskan untuk melakukan “Childfree” yaitu memutuskan tidak punya anak dalam pernikahan, kami ajak Anda merenung. Salah satunya adalah renungkan kalimat berikut,

“Kita tidak ada di dunia,  jika orang tua kita memutuskan childfree.”  ***

(Pam: dari berbagai sumber)