Siswi SMK di Cimahi Dirundung Selama 3 Tahun, Akibatkan Depresi Berat hingga Berujung Meregang Nyawa

Siswi SMK di Cimahi Dirundung Selama 3 Tahun, Akibatkan Depresi Berat hingga Berujung Meregang Nyawa

WJtoday, Jakarta - Seorang siswi di salah satu SMK Kesehatan di Cihanjuang, Cimahi Utara, Jawa Barat, berinisial N, meninggal dunia pada Kamis 30 Mei 2024 lalu. 

N diduga mengalami depresi berat akibat perundungan (bullying) yang dilakukan oleh teman seangkatannya di sekolah selama tiga tahun, sejak kelas 10 hingga akhir kelas 12.

N sempat dirawat di klinik selama satu minggu, mulai tanggal 13 sampai 20 Mei 2024. Sayangnya, kondisinya makin memburuk hingga dia meninggal pada 30 Mei 2024 lalu.

Ibu korban, Siti Aminah (42 tahun), mengatakan putrinya mengalami bentuk perundungan yang bermacam-macam.

“Seperti kata-kata kasar yang ditujukan pada putri saya,” kata Siti saat ditemui di kediamannya, Senin (10/6).

“Waktu kelas 1 pernah disuruh gendong dari toilet ke kelasnya,” sambung dia.

Sang Putri Tidak Mau Memperkarakan

Aminah melanjutkan, dirinya dan keluarga semula tidak tahu bahwa sang putri mengalami perlakuan buruk dari temannya di sekolah. Dia dan suaminya, Dadang Komarudin (46), mengetahui itu dari teman-teman korban.

Sayangnya, saat hendak pertama kali memperkarakan masalah itu ke sekolah, Aminah dicegah oleh putri sulungnya itu. Dengan alasan bahwa sang anak tak ingin memperkeruh keadaan.

“Neng di sini untuk cari ilmu, bukan untuk cari musuh,” kenang Aminah, sambil menirukan sanggahan yang diucapkan anaknya.

Sejak saat itu, Aminah pun mengira bahwa masalah selesai sampai di situ. Tapi ternyata, Aminah kembali menerima aduan dari sahabat N di sekolah bahwa putrinya masih menerima perundungan.

Karena itulah, saat N di jenjang kelas 12, Aminah pun akhirnya mengambil tindakan.

Lapor ke Sekolah

Karena mendapat laporan bahwa N masih mengalami perundungan di sekolah, Aminah akhirnya mengambil tindakan. Langkah tersebut terutama diambil sebab kondisi psikis putri sulungnya itu kian memburuk.

Aminah mengirimkan video keadaan buruk putrinya itu ke pihak sekolah. Sayangnya pihak sekolah tak mencurahkan atensi yang cukup untuk aduan tersebut.

“Padahal saya sudah kirim videonya (kondisi N) ke wali kelas, ke yang lainnya juga. Tapi kenapa tindakannya lambat?” ujar Aminah tentang respon yang diberikan sekolah.

Rumah Terduga Pelaku Sudah Didatangi

Selain itu, Aminah juga mengaku dirinya sempat mendatangi rumah perundung putrinya, bernama Annisa. Seperti kepada sekolah, dia juga memperlihatkan video yang berisi kondisi N pada keluarga Annisa.

Adapun soal keluarga pelaku, Aminah bilang, “Saya sudah memperlihatkan videonya waktu saya ke rumahnya (pelaku). Tapi kok tidak ada (terlihat) rasa sedih, rasa iba, atau kasihan. Malah terus saja membela anaknya.”

N Kejang-kejang, Gundah, Marah Tak Terluapkan

Pada 13 Mei 2024, N dibawa ke klinik dan dirawat selama seminggu karena kondisi psikis N yang kian memburuk.

N sudah sering mengalami kejang-kejang seraya tangannya kuat-kuat terkepal menyerupai cakar, disertai gundah sembari menyebut-nyebut nama pelaku.

Selain itu, Ayah korban, Dadang, juga menyebut bila putri sulung kesayangannya itu sempat sering menggigiti bagian dalam mulutnya, tepatnya bagian pipi. Hal tersebut, menurut dia, terlihat seperti ekspresi marah yang ingin diluapkan tapi tidak bisa.

Usai dirawat di klinik, N dibawa oleh keluarga ke kediaman neneknya di Cibogo, Bandung. Saat hendak pulang, dokter di klinik menyarankan apabila N masih mengalami gejala di atas, keluarga sebaiknya membawa N ke RSJ. Hal itu diharapkan agar penanganan terhadap dia pun dapat dilakukan lebih optimal.

Hari-Hari Terakhir N

Selama di rumah neneknya, N tidak menunjukkan gejala yang dikhawatirkan seperti semula. Hanya saja menurut Aminah, dia sudah lemas tidak bisa melakukan apa-apa.

Dia hanya meminta untuk pulang ke rumahnya yang di Cihanjuang. Itu pun, menurut penuturan Aminah, permintaannya diucapkan N dengan susah payah. 

“Nah pas terakhir permintaan almarhumah ini Rabu sore. Pun dengan bicara yang sudah tidak jelas. ‘Hayu puang ke Cihanjuang,’” tutur Aminah menirukan permintaan anaknya.

“Mau apa? Kalau neng sembuh [baru] ke sana (rumah di Cihanjuang),” sambung Aminah.

Kamis sekitar pukul 09.30 WIB keluarga membawa pulang N ke Cihanjuang. Mereka tiba di tujuan pada sekitar pukul 10.30 WIB.

“Kami pulang ke sini hari Kamis. Dijemput di Cibogo itu setengah 10, kami sampai Cihanjuang setengah 11,” jelas Aminah.

“Pas Ashar habis iqomah, almarhumah meninggal. Meninggal Kamis tanggal 30, jadi dimakamkannya tanggal 31,” ujar Aminah.

Kata Maaf yang Datang Terlambat

Aminah menceritakan, beberapa hari sebelum putrinya meninggal, orang tua terduga pelaku pembully sempat menjenguk anaknya.

Demikian juga pihak sekolah. Namun tak ada solusi dari mereka, hanya sekadar menjenguk saja, hingga akhirnya putrinya meninggal pada 30 Mei lalu.

Aminah, menjelaskan, kedatangan pihak sekolah dan keluarga terduga pelaku juga sudah telat. Padahal sejak jauh-jauh hari, dia sudah meminta terduga pelaku dan keluarganya menemui N untuk meminta maaf.

“Tapi ternyata hal yang diinginkan putri kami tidak terlaksana. Salah satunya, dia ingin si (terduga) pelaku dan orang tuanya datang ke rumah, tapi ditunggu-tunggu tidak ada. Pas datang pun, almarhumah kondisinya sudah tidak bisa untuk diajak bicara,” tutur Aminah saat ditemui di rumahnya di Cihanjuang, Cimahi Utara, Senin (10/6).

Aminah melanjutkan, ibu dari terduga pelaku juga cukup kaget saat mereka melihat kondisi N. Dia tidak menduga kondisi N sudah separah itu.

“Saya kira tidak separah itu,” kata Aminah menirukan ucapan ibu pelaku.

Hal tersebut cukup membuat Aminah kecewa. Sebab bentuk iktikad baik yang diharapkannya baru dilakukan saat N tidak bisa diajak bicara.

Pihak sekolah dan keluarga terduga korban menjenguk N pada Senin 27 Mei 2024, sementara N meninggal pada Kamis 30 Mei 2024.

Terkait kematian putri kesayangannya itu, baik Aminah maupun Ayahnya, Dadang (46), mengaku sudah ikhlas.

Hanya saja, keluarga mengharapkan hukum tetap berjalan sesuai prosedur yang berlaku, agar terduga pelaku mendapat efek jera dan tidak ada lagi korban lainnya.

“Saya kalau untuk kematian putri saya, saya ikhlas. Kalau masalah masalah hukum tetap harus tuntas. Karena agar si pelaku ini dapat efek jera dan tidak melakukan ke yang lain,” tutur Aminah.

“Karena itu yang dikatakan putri saya saat video call sama [terduga] pelaku, waktu saya di rumahnya (terduga pelaku). Bilangnya gini: ‘Mulai saat ini, detik ini, saya minta kamu ubah sifat kamu, sikap kamu. Saya ikhlas jadi korban kamu. Tapi saya tidak ikhlas kamu melakukan itu ke orang lain,’” kata Aminah, menirukan ucapan almarhumah putri sulungnya.

Kronologi

Tahun 2021

N mengalami perundungan sejak tahun 2021 atau saat dia duduk di kelas 10. 

Ibu korban, Siti Aminah (42), mengaku mendapat informasi soal perundungan itu dari teman korban. Sebab selama ini, putri sulungnya tidak pernah bercerita apa pun.

Aminah sempat hendak melaporkan kejadian ini ke sekolah. Namun saat itu, sang anak mencegahnya dengan alasan tak ingin memperkeruh keadaan.

“Udah Mah, enggak usah Mah. Neng di sini untuk menuntut ilmu, bukan cari musuh,” kenang Aminah sambil menirukan sanggahan yang diucap anaknya.

Setelah itu, Aminah menganggap masalah selesai. Tapi ternyata perundungan terhadap N masih berlanjut.

Tahun 2024

Aminah kembali menerima laporan bahwa anaknya masih dibully. Saat N duduk di kelas 12, Aminah melaporkan kejadian ini ke sekolah. Terlebih, kondisi psikis putrinya itu mulai terlihat memburuk.

Aminah juga mendatangi rumah terduga pelaku perundungan. Dia mengirimkan video yang memperlihatkan kondisi buruk putrinya ke sekolah maupun ke pihak terduga pelaku.

11 Mei 2024

Kondisi psikis N mulai memburuk. N bahkan kerap menyebut-nyebut nama terduga pelaku perundungan.

Kondisi memburuk itu juga ditandai dengan seringnya N mengalami kejang-kejang seraya tangannya terkepal menyerupai cakar.

Kata Ayah N, Dadang, putri kesayangannya itu juga sempat menggigit mulut bagian dalamnya, tepatnya bagian pipi. Seperti ekspresi ingin meluapkan kekesalan tapi tidak bisa.

13 Mei 2024

N dibawa ke klinik. Di sana N dirawat selama satu minggu. Hasilnya, kondisinya mulai stabil.

20 Mei 2024

N diperbolehkan pulang oleh dokter. Namun dengan catatan pihak keluarga akan membawa N ke RSJ bila gejala-gejala sebelumnya masih muncul atau berlanjut. 

N lalu dibawa ke rumah neneknya di kawasan Cibogo, Bandung. Di sana N dirawat beberapa hari.

27 Mei 2024

Pihak sekolah bersama keluarga terduga pelaku perundungan sempat menjenguk N. Namun ketika itu kondisi N sudah tidak memungkinkan untuk diajak bicara.

29 Mei 2024

N meminta untuk pulang ke rumahnya di Cihanjuang, Cimahi Utara. 

30 Mei 2024

N tiba di rumahnya di Cihanjung pukul 10.30 WIB. Selang beberapa jam, tepatnya pukul 16.00 WIB, N meninggal dunia.

31 Mei 2024

N dimakamkan. 

“Pas Ashar habis iqomah, almarhumah meninggal. Meninggal Kamis tanggal 30 jadi dimakamkannya tanggal 31,” terang Aminah. 

SMK Kesehatan Rajawali Bicara Kasus Siswi 3 Tahun Dibully, Depresi Berat, hingga Tewas

Kepala sekolah SMK Kesehatan Rajawali, Rizki Zaskia Hilmi, memberi klarifikasi terkait dugaan kasus bullying yang terjadi di sekolahnya, pada Selasa (11/6).

Kasus ini melibatkan siswa A sebagai terduga pelaku, dan siswa N sebagai korban. Keduanya kini sudah berstatus lulusan atau alumni sekolah tersebut.

Meski begitu, Rizki menyebut bahwa kurang dari 3 tahun ke belakang, pihaknya tidak pernah menerima laporan tentang aksi perundungan di sekolah. Baik itu langsung dari dua siswa yang bersangkutan, maupun dari wali kelas, guru, dan siswa lainnya.

“Kami sekolah, tidak menerima laporan baik dari siswa A dan siswa N, kedua orang tua siswa, juga teman-teman siswa terkait bullying,” tuturnya di ruang rapat SMK Kesehatan Rajawali, pada Selasa (11/6).

Selain itu, dia juga mengatakan bahwa saat pembagian rapor akhir semester Desember 2023 lalu, yang sekaligus jadi agenda konsultasi antara wali murid dan guru, kedua orang tua siswa A dan siswa N mengatakan kedua anaknya tak mengalami masalah.

“Dari penuturan orang tua, masing-masing anaknya baik-baik saja. Kedua orang tua juga berhubungan baik, karena keduanya tinggal di lingkungan desa yang sama, yakni Desa Cihanjuang,” ujar dia.***