Menguak Misteri Gunung Padang: Ibu Peradaban Dunia?

Menguak Misteri Gunung Padang: Ibu Peradaban Dunia?
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Gunung Padang yang berlokasi di Kabupaten Cianjur mulai tayang hari ini, Minggu (13/11/2022), di Netflix dalam Series 'Ancient Apocalypse' - Episode 1. Tayangan apik dengan narasi proaktif, tapi santai dan enak untuk disimak

Tayangan ini memberi bukti-bukti arkeologis yang menyangkal pandangan ilmuwan mainstream beranggapan peradaban di mulai pada era pertanian setelah berakhirnya zaman es (sekitar 6 ribu tahun yang lalu). 

Pandangan mainstream tersebut sebenarnya mulai goyah dengan penemuan situs pemujaan Gobekli Tepe di Turki yang sudah berdiri sejak 11 ribu tahun lalu. 

Penemuan situs tersebut memberi berkah luar biasa bagi negara Turki, antara lain karena menyedot perhatian turis begitu besar dari berbagai belahan bumi.

Yang lebih mencengangkan (sekaligus membuat rasa bersalah orang Sunda), dalam film "Ancient Apocalypse" di Netflix, sajian pertamanya justru menampilkan situs Gunung Padang. 

dalam tayangan tersebut dikatakan sebagai situs dengan struktur besar (large structure) tertua di muka bumi, yang mulai dibangun sekitar 24.000 tahun yang lalu.

Keberadaan Situs Gunung Padang
Situs Gunung Padang merupakan Situs Cagar Budaya Peringkat Nasional yang terletak di daerah Cianjur, Jawa Barat. Situs ini berbentuk punden berundak yang merupakan tinggalan masa prasejarah yaitu zaman batu besar atau megalit.

Lokasinya tepat berada di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Lokasi dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan kota kecamatan Warungkondang, di jalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. 

Luas kompleks utamanya kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.

Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, "Buletin Dinas Kepurbakalaan") tahun 1914. Sejarawan Belanda, N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949. 

Setelah sempat "terlupakan", pada tahun 1979 tiga penduduk setempat, Endi, Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Edi, Penilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung Gede.

Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, R. Adang Suwanda, ia mengadakan pengecekan. Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs ini.

Lokasi situs berbukit-bukit curam dan sulit dijangkau. Kompleksnya memanjang, menutupi permukaan sebuah bukit yang dibatasi oleh jejeran batu andesit besar berbentuk persegi. 

Situs itu dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat dalam.Tempat ini sebelumnya memang telah dikeramatkan oleh warga setempat. Penduduk menganggapnya sebagai tempat Prabu Siliwangi, Raja Sunda, berusaha membangun istana dalam semalam.

Fungsi situs Gunung Padang diperkirakan adalah tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2000 tahun SM.

Hasil penelitian Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir menunjukkan kemungkinan adanya pelibatan musik dari beberapa batu megalit yang ada. Selain Gunungpadang, terdapat beberapa tapak lain di Cianjur yang merupakan peninggalan periode megalitikum/Zaman Batu.

Kontroversi Gunung Padang Bangunan Kuil
Pada pertemuan American Geological Union para peneliti mengatakan, “Kami percaya bahwa di masa lalu bukit ini adalah semacam bangunan. Ternyata, itu memanjang jauh ke bawah, terdiri dari beberapa lapisan dan sebenarnya adalah seluruh volume bukit itu.” 

Para peneliti melakukan penggalian di  lereng gunung dan mengatakan mereka mengisinya dengan radar dan perangkat lain untuk mendeteksi kekosongan tersembunyi dan jejak artefak kuno oleh perubahan hambatan listrik atau magnet tanah.

Mereka mempertahankan pemindaian mereka membuktikan "Sangat mengejutkan" struktur buatan manusia sebagian tertutup tanah dan hutan yang ditumbuhi rumput diukur pada 15 acre dan tingginya sekitar 30 meter (98 kaki).

Piramida terdiri dari tiga bagian yang dibangun di kawah gunung berapi yang sudah punah pada waktu yang berbeda. Lapisan pertama dilapisi dengan blok serupa dicampur dengan pasir dan analisis radiokarbon memberikan tanggal "15.000 hingga 28.000 ribu tahun yang lalu" dan lapisan atas ditambahkan sekitar "8,3 dan 3,5 ribu tahun yang lalu."

Dan dengan gambar radar yang menunjukkan keberadaan rongga di dalam piramida, para ilmuwan mengatakan ini mungkin menunjukkan adanya ruang tersembunyi atau sebagian area tersembunyi di ketebalan struktur bukit.

Para arkeolog menyimpulkan ini membuktikan piramida ini memang sebuah kuil, bukan hanya tempat pembuangan sampah atau Observatorium seperti Stonehenge yang terkenal.

Sydney Morning Herald mewawancarai ahli geologi Danny Hilman Natawidjaja, ahli geologi senior di Pusat Penelitian Geoteknik Indonesia beberapa waktu lalu.

Dr Hilman mengatakan Gunung Padang bisa mendahului [piramida] tertua berikutnya belasan milenium atau lebih, menunjukkan peradaban kuno yang maju mendiami Jawa hingga 20.000 tahun yang lalu.” "Ini gila, tapi itu data" seperti itu dia menyebutkan. 

Namun ada juga yang tidak sependapat. Ahli vulkanologi ternama Sutikno Bronto berkomentar, "Danny Hilman bukan ahli vulkanologi. Menurut saya Gunung Padang hanyalah leher gunung berapi terdekat, bukan piramida kuno."

Dan ini adalah pandangan dari sebagian besar komunitas arkeologi  “tidak ada apa-apa di sana, itu semua adalah ilusi".

Adapun semen karbon di antara batu-batu, yang oleh ahli geologi Andang Bakhtiar sekarang, dan Hilman pada tahun 2016 menentukan tanggal situs tersebut, Sutikno yakin itu hanyalah “produk sampingan dari proses pelapukan alami, apa pun selain  buatan manusia". 

Seorang arkeolog skeptis yang tetap anonim dalam artikel Sydney Morning Herald berpendapat di gua Pawon di Padalarang, sekitar 45 kilometer dari Gunung Padang, ditemukan perkakas tulang yang berasal dari sekitar 7.000 SM. 

Jika pada 7.000 SM perkakas tulang digunakan di sana, lalu bagaimana orang dari 20.000 SM memiliki teknologi untuk membangun piramida?

Di balik semua kontroversi dan perbedaan pendapat, Urang Sunda harus mulai percaya diri, jangan terus menutup mata bahkan menghalangi penyingkapan ilmiah atas warisan peradaban yang  luar biasa ini. 

Ki Sunda harus kompak, misteri Gunung Padang harus bisa segera terungkap dengan mengundang para ahli dunia untuk terlibat dalam penelitian, seperti meniru keterbukaan Piramida Mesir bagi para ahli dari berbagai negara. 

Agar bisa diperoleh bukti Sundaland adalah ibu (salah satu ibu) peradaban dunia.  ***

(Pam: dari berbagai sumber)