WHO Sebut Kemungkinan Laboratorium China Sebagai Sumber Pandemi Covid-19

WHO Sebut Kemungkinan Laboratorium China Sebagai Sumber Pandemi Covid-19

WJtoday, Swiss - Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan jika pihaknya tak menutup kemungkinan kalau Covid pertama kali berasal dari laboratorium Wuhan, China. Hal ini disampaikan Tedros saat menggelar jumpa pers di Jenewa, Swiss.

Pernyataan Tedros ini nampak berubah, dengan haluan kebijakan WHO yang selama ini cendrung menghindari konfrontasi dengan Beijing. WHO kini justru mengimbau agar China bersikap lebih kooperatif dalam melakukan penyelidikan.

WHO lantas mendesak China untuk lebih kooperatif selama investigasi terkait asal-usul wabah Corona. Termasuk meminta Beijing lebih transparan dan membuka akses data.

Dalam pernyataannya, Tedros mengaku pihaknya tidak menutup kemungkinan adanya kebocoran laboratorium yang memicu wabah corona di Wuhan pada Januari 2019. Sebab, bantahan terkait tuduhan tersebut bersifat "prematur.”

"Kami berharap akan ada kerjasama yang lebih baik untuk mengungkap apa yang terjadi,” kata dia dikutip WJtoday, Sabtu 17 Juli 2021.

Sejak beberapa bulan terakhir, WHO menghadapi tekanan berganda untuk mengupayakan investigasi yang lebih dalam terhadap asal-usul wabah Covid. Pada Januari tim ahli internasional menyambangi Wuhan untuk mengumpulkan data.

Namun menurut Tedros, tantangan terbesar dalam fase pertama investigasi adalah "akses terhadap data mentah. Data mentahnya tidak dibagikan,” kata dia.

"Sekarang kami sudah mendesain studi fase kedua dan kami meminta China untuk bersikap lebih transparan, terbuka dan kooperatif, terutama menyangkut data mentah seperti yang kami minta di masa awal pandemi.”


Awal China informasikan mengenai Covid-19 kepada WHO

Pada 31 Desember 2019, China memberi tahu WHO tentang serangkaian infeksi pernapasan di Kota Wuhan yang berpenduduk 11 juta orang. Virus tersebut diduga berasal dari sebuah pasar makanan laut, yang kemudian dengan cepat ditutup oleh pemerintah China.

Awalnya, sekitar 40 orang dilaporkan terinfeksi. Laporan pertama hasil investigasi WHO dan China pada Maret silam hanya mendaftar berbagai hipotesa terkait asal usul Covid berdasarkan urutan probabilitasnya. Adapun teori tentang kebocoran laboratorium dianggap "sangat mustahil.”

Penyelidikan WHO dikritik karena dianggap tidak transparan, dan tidak mengupas teori kebocoran laboratorium dengan lebih serius. Dalam laporan itu, WHO hanya menggunakan 440 kata untuk menuliskan bantahan.

"Ada dorongan 'prematur' untuk menihilkan teori tersebut", kata Tedros.

Lama dianggap sebagai teori konspirasi dan ditolak oleh Beijing, gagasan bahwa virus Corona muncul dari kebocoran laboratorium di Institut Virologi Wuhan kini menjadi agenda politik dunia, yang ikut didorong Amerika Serikat.

Tedros, seorang pakar Immunologi, mengatakan dirinya pernah bekerja sebagai teknisi laboratorium, dan kecelakaan biasa terjadi.

"Adalah hal lumrah. Saya pernah mengalaminya sendiri,” kata dia. 

"Kita butuh informasi, informasi langsung tentang situasi di laboratorium ini sebelum dan pada saat pandemi muncul."

Kini, dia mengeluhkan betapa tim internasional tidak diizinkan mengakses data mentah untuk membantu penelitian. Menurutnya keterbukaan penting, terutama mengingat banyaknya korban jiwa yang berjatuhan.

"Saya kira kita berutang kepada mereka untuk mengungkap apa yang terjadi. Kita harus tahu apa yang terjadi untuk bisa mencegah pandemi selanjutnya.”***