Kata Megawati Soekarnoputri di Rakernas ke-V PDIP

Kata Megawati Soekarnoputri di Rakernas ke-V PDIP

WJtoday, Jakarta - PDI Perjuangan (PDIP) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-V Partai yang digelar pada 24-26 Mei 2024 mendatang di Beach City International Stadium Ancol, Jakarta.

Adapun Rakernas V PDIP ini mengambil tema 'Satyam Eva Jayate, Kebenaran Pasti Menang' dengan sub tema 'Kekuatan Kesatuan Rakyat, Jalan Kebenaran Yang Berjaya'.

Akan ada 4.858 peserta hadir dalam pembukaan Rakernas di Beach City International Stadium Ancol, Jakarta.

Megawati Minta Kader Tak Pantang Mundur

Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri meminta para kader untuk terus maju dan pantang mundur. Megawati mempersilakan kader yang tidak setuju dengan arahannya untuk keluar.

Mulanya, Megawati menegaskan kebenaran akan selalu menang.

"Mungkin dipikir, 'Ibu tuh apa sih, pakai sanskret, sanskret'. Ini saya belajar sejarah loh, saya dapat spirit ini, itu ketika Raden Wijaya sedang di-'kuyo-kuyo' pada akhir abad ke 13, ternyata wejangan itu diberikan oleh seseorang, kamu jangan putus asa," kata Megawati.

Megawati menyampaikan Presiden Soekarno pun telah mengajarkan bangsa Indonesia untuk memiliki kesabaran revolusioner. Dia lalu mengingatkan para kader untuk terus bergerak.

"Bung Karno mengatakan mengajarkan kepada kita bahwa kita harus punya namanya kesabaran revolusioner, bahwa kita terus bergerak, bergerak, solid bergerak, solid, bergerak, terus-terus maju, terus maju terus tidak pantang mundur," ujarnya.

"Untuk apa? Mencapai kemenangan. Untuk apa? Supaya rakyat bisa menjadi benar-benar mempunyai kedaulatan rakyatnya, itulah tugas dari partai kita, PDIP, saudara-saudara," sambung dia.

Megawati lantas meminta para kader yang tak setuju dengan arahannya untuk angkat tangan. Para kader pun kompak teriak setuju.

"Siapa tidak setuju angkat tangan?" tanya Megawati.

"Eh kan, selalu separuh-separuh, siapa tidak setuju angkat tangan," sambung dia.

"Setuju," teriak kader.

Megawati meminta para kader keluar jika tidak setuju dengannya. Sebab, kata dia, PDIP merupakan partai yang memiliki keteguhan.

"Apa artinya? Sebagai ketua umum di sini saya mengatakan keluar kamu, tidak perlu ikut dengan partai kami. Karena partai kami adalah partai yang mempunyai keteguhan dan kesabaran yang luar biasa," tuturnya.

"Siapa nggak mau ikut? Iyalah, udahlah nggak usah zona nyaman, zona nyaman melulu," imbuh dia.

Megawati: Orang yang Berani di PDIP Hanya yang Mantep, Tidak Goyang-goyang!

Megawati Soekarnoputri mengaku cukup sulit bagi kader dapat terus bertahan di partainya sebab tak sedikit yang 'goyang-goyang'. Dia pun memuji kader yang memiliki loyalitas tinggi di PDIP, salah satu yang diceritakannya ialah Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Megawati mulanya menceritakan momen Ahok mengucapkan pamit dari PT Pertamina kepada dirinya.

"Jadi waktu itu, 'Ibu, saya boleh nggak ketemu?', 'Kenapa nggak boleh?', saya bilang gitu. 'Ada yang mau saya omongin', wah kok kayaknya ini sekali ya, serius. Ya udah dateng. 'Ibu, saya mau pamit', 'Lho, mau pamit ke mana?', kan gitu toh," kata Mega meniru percakapan dirinya dan Ahok.

"'Saya mau pamit ke luar', saya pikir mau ke luar negeri kan, jadi saya hanya bilang, 'Ya udah sana pergi, oleh-oleh ya'. Tahu-tahu, 'Bukan, Bu, saya mau keluar dari Pertamina', 'Loh, kok keluar dari Pertamina', 'Karena saya tidak sejalan sama bos saya'," lanjut dia.

Megawati mengaku sempat kaget dengan keputusan Ahok tersebut. Namun, kata dia, Ahok telah memutuskan hendak loyal kepada partai.

"Saya bilang, ini bener loh. Ternyata kan bener ya, eh saya kaget juga lho. Waduh bagaimana nanti keluarganya ya. Saya nanya, 'Gimana kalau nggak ada gaji', 'Sip Bu, pokoknya semuanya beres', 'Oke, silakan'. Nah sekarang, terus tanya, 'Saya boleh terus ikut di PDI Perjuangan?', 'Sip'. Keren nggak tuh," ujar dia.

Megawati pun menyinggung kader-kader yang sulit bertahan di PDIP. Menurutnya, hanya orang yang mantap keputusannya untuk berada di partai itu.

"Makanya. Sebenernya orang tuh mestinya seneng sama PDI Perjuangan tapi kenyataannya memang susah. Karena apa, orang-orang yang berani di PDI Perjuangan hanya orang yang mantep. Tidak goyang-goyang, saudara-saudara," kata Megawati

Megawati: Saya Provokator Demi Keadilan

Lebih lanjut, Megawati mengaku dirinya merupakan seorang provokator. Dia menjelaskan, makna provokator itu dilakoninya demi kebenaran dan keadilan.

"Tadi (di pameran Rakernas) kan ada banteng penuh panah. Saya bilang, nggak papa kok, kita tahan banting kok. Berani apa tidak? Takut apa tidak? Berani apa tidak? Takut apa tidak? Berani apa tidak? Takut apa tidak? Nah gitu dong. Berani!" teriak Megawati disambut gemuruh teriakkan kader.

"Nanti katanya, saya, Ibu Mega provokator. Ya, saya sekarang provokator demi kebenaran dan keadilan," ujar Megawati.

Megawati kemudian menyampaikan ucapannya menyiratkan sindiran. Dia menganggap para kader telah memahami maksudnya.

"Wuenak ae. Ngerti kan? Ngerti kan yang dimaksud? Ya udah," katanya.

Megawati Bicara Indonesia Anut Sistem Presidensial: Tak Ada Oposisi-Koalisi

Megawati Soekarnoputri mengatakan Indonesia menganut sistem presidensial. Oleh sebab itu, Megawati menyebut tidak ada oposisi dan koalisi.

Megawati mulanya menyapa para Ketua Umum Partai Politik pengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud Md dalam kontestasi Pilpres 2024.

"Tentu yang ingin kami sampaikan adalah rasa hormat dan terima kasih, sayangnya Pak Mardiono tak bisa hadir, tapi diwakili oleh Bapak Rusli Effendi Wakil Ketum, lalu Bapak Oesman Sapta Ketum Hanura, Bapak Hary Tanoesoedibjo Ketum Perindo," kata Megawati.

Megawati lalu menceritakan awal pertemuan ketiga partai tersebut dengan PDIP saat akan bekerjasama di Pilpres 2024. Megawati mengatakan jika dirinya tidak bisa berkoalisi, tetapi hanya bekerjasama.

"Lalu saya harus mengatakan karena saya waktu mereka bertiga minta kepada saya, kalau kami, yang lucu bilangnya gini, 'ibu kalau kami koalisi tidak bisa', saya langsung bilang begitu," ujarnya.

Megawati menuturkan sistem negara Indonesia ialah presidensial, bukan parlementer. Maka, kata dia, tidak ada istilah koalisi dan oposisi.

"Karena saudara-saudara sekalian, anak-anakku tersayang, harus di stretching bahwa banyak sekali mereka yang salah, karena dalam sistem ketetangeraan kita boleh tanya Pak Mahfud, sistem kita presidensial," jelas dia.

"Jadi bukan parlementer, jadi sebetulnya kita ini tidak ada koalisi lalu oposisi, jadi memang agak susah, sebetulnya karena kalau tidak ikut, lalu apa ya? Jadi saya bukan kepada mereka bertiga, kerja sama karena memang begitulah tidak bisa koalisi, karena kita nanti sistemnya parlementer," sambungnya.

Megawati lantas meminta kepada semua pihak untuk memberikan pelajaran jika sistem kenegaraan ialah presidensial. Hal itulah, kata Megawati, yang ingin dia beri pembelajaran untuk ketiga partai tersebut.

"Beliau bertiga dan setelah pemilu pileg presiden beliau juga bertiga mengatakan kepada saya karena saya juga bertanya bahwa pileg pilpres sudah dinyatakan selesai tapi saya ingin sampaikan bapak bertiga gimana?" ujarnya.

Megawati menyampaikan ketiga partai tersebut pun ingin bersama dengan PDIP, meski pemilu telah usai. Megawati mengucapkan terima kasihnya. "Saya mau ikut terus sama PDIP', untuk itu saya tentunya sangat berbesar hati dan mengucapkan beribu-ribu terima kasih, krna sebetulnya harusnya begitulah tata krama yang namanya di negara kita ini," tuturnya.***