Oxfam: Orang Miskin Mati karena Covid Sementara Orang kaya Semakin Kaya

Oxfam: Orang Miskin Mati karena Covid Sementara Orang kaya Semakin Kaya
Lihat Foto

WJtoday, London - Harta 10 orang terkaya di dunia meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 1,5 triliun dolar (Rp21,4 kuadriliun) selama pandemi, di saat tingkat kemiskinan melambung.

“Kita memasuki 2022 dengan kekhawatiran yang belum pernah terjadi sebelumnya,” laporan Oxfam's Inequality Kills sebuah badan amal yang fokus pada pengentasan kemiskinan global.

Ia menyebut ketidaksetaraan ini sebagai "kekerasan ekonomi" dan mengatakan ketidaksetaraan berkontribusi pada kematian 21.000 orang setiap hari karena kurangnya akses ke perawatan kesehatan, kekerasan berbasis gender, kelaparan, dan perubahan iklim.

Pandemi telah menjerumuskan 160 juta orang ke dalam kemiskinan, tambah badan amal itu, dengan minoritas etnis non-kulit putih dan perempuan menanggung beban dampak ketika ketidaksetaraan melonjak.

Kebijakan struktural dan sistemik serta pilihan politik condong ke pihak yang paling kaya dan paling berkuasa, yang mengakibatkan kerugian bagi mayoritas orang biasa di seluruh dunia, kata laporan itu,

Laporan itu mengatakan Perhitungan Oxfam didasarkan pada sumber data paling mutakhir dan komprehensif yang tersedia. Tokoh-tokoh paling kaya di masyarakat berasal dari Daftar Miliarder Forbes 2021. Angka pangsa kekayaan berasal dari Global Wealth Databook 2021 milik Credit Suisse Research Institute. Angka pendapatan 99 persen berasal dari Bank Dunia. 

Menurut Forbes 10 orang terkaya di dunia terdaftar sebagai: Tesla dan kepala SpaceX Elon Musk , Jeff Bezos dari Amazon , pendiri Google Larry Page dan Sergey Brin, Mark Zuckerberg dari Facebook , mantan CEO Microsoft Bill Gates dan Steve Ballmer, mantan CEO Oracle Larry Ellison, AS investor Warren Buffet dan kepala grup mewah Prancis LVMH, Bernard Arnault.

Dan 10 orang terkaya di dunia tersebut memiliki kekayaan enam kali lebih banyak daripada 3,1 miliar orang termiskin di dunia.

Laporan tersebut menghitung bahwa 252 pria memiliki kekayaan lebih banyak daripada satu miliar wanita dan anak perempuan di Afrika dan Amerika Latin serta Karibia jika digabungkan. 

Selain itu, sementara orang kaya menjadi jauh lebih kaya selama pandemi, pendapatan 99 persen umat manusia makin menderita.

Laporan tersebut juga menyoroti pembagian vaksin Covid-19 sebagai contoh utama.

“Jutaan orang masih akan hidup hari ini jika mereka memiliki vaksin – tetapi mereka mati, tidak diberi kesempatan, sementara perusahaan farmasi besar terus memegang kendali monopoli atas teknologi ini,” kata Oxfam.

Laporan Oxfam biasanya dirilis sebelum pertemuan Elit tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF)

Kepala-kepala negara akan bergabung dengan para pemimpin perusahaan dan tokoh terkemuka lain pekan ini untuk membahas isu-isu paling penting di dunia –dari perubahan iklim hingga kesetaraan vaksin Covid-10– pada konferensi WEF Davos Agenda 2022.

Pertemuan daring tersebut akan menjadi batu loncatan dalam konferensi tingkat tinggi tahunan WEF yang biasanya digelar di resor pegunungan Davos di Swiss pada musim dingin dan dihadiri orang-orang kaya dan berkuasa di dunia. Tetapi pertemuan orang-orang terkaya dan terkuat di dunia telah ditunda lagi tahun ini karena pandemi.

Berikut adalah rangkuman  sejumlah data terkait kesenjangan global:

* Para triliuner telah mencatat lonjakan dalam kekayaan mereka selama pandemi, menurut badan bantuan Oxfam

* 10 orang terkaya di dunia bertambah kaya sebesar 15.000 dolar AS (Rp215 juta) per detik atau 1,3 miliar dolar AS (Rp18,6 triliun) per hari selama pandemi.

* Harta mereka melebihi gabungan harta yang dimiliki 3,1 miliar penduduk miskin di dunia.

* Seorang triliuner baru muncul setiap 26 jam sejak awal pandemi.

* Lebih dari 160 juta orang diperkirakan jatuh miskin selama krisis kesehatan saat ini.

* Kesenjangan di antara negara-negara di dunia diperkirakan meningkat untuk kali pertama dalam sebuah generasi. Kesenjangan juga semakin lebar di dalam sebuah negara.

* Negara-negara kaya pulih lebih cepat. Pendapatan mereka pada 2023 kemungkinan akan kembali ke tingkat sebelum pandemi, namun negara-negara berkembang akan mengalami penurunan rata-rata 4 persen, menurut Bank Dunia.

* Pada 2023, pendapatan per kapita kemungkinan akan tetap di bawah level 2019 di 40 negara berkembang, kata Bank Dunia.

* Kesenjangan menyumbang 21.300 kematian per hari atau satu kematian per empat detik, menurut laporan Oxfam.

* Sekitar 5,6 juta orang di negara-negara miskin meninggal tiap tahun karena keterbatasan memperoleh layanan kesehatan, sementara kelaparan membunuh lebih dari 2,1 juta orang per tahun, kata laporan itu.

* Rasio pasien Covid-19 yang meninggal di negara-negara berkembang diperkirakan dua kali lebih besar daripada di negara-negara kaya.

* Hanya tujuh persen lebih penduduk di negara-negara miskin telah menerima satu dosis vaksin dibandingkan dengan lebih dari 75 persen di negara-negara kaya.

* Satu persen orang paling kaya di dunia membuang dua kali lebih banyak karbon dioksida dibanding 50 persen orang miskin.

* Jika tidak dikendalikan, perubahan iklim akan mendorong 132 juta orang ke jurang kemiskinan ekstrem pada 2030, menurut perkiraan Bank Dunia.

* Pandemi juga telah memundurkan kemajuan global dalam kesetaraan gender. Wanita akan memerlukan waktu hampir 136 tahun agar dapat setara dengan pria, naik dari angka 99 tahun pada saat prapandemi.
Wanita secara kolektif kehilangan pendapatan $800 miliar pada tahun 2020, dengan 13 juta lebih sedikit wanita yang bekerja sekarang daripada pada tahun 2019.***

Sumber: Oxam International.