Tersangka Penembakan Massal di Sekolah Florida Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup

Tersangka Penembakan Massal di Sekolah Florida Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup

WJtoday, Jakarta - Nikolas Cruz, yang membunuh 17 siswa dan staf dengan senapan semi-otomatis dalam penembakan massal di sekolah Florida, secara resmi dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada Rabu (2/11/2022).

Putusan itu diambil setelah pengadilan mendengarkan kesaksian selama berjam-jam dari para penyintas dan kerabat korban.

Alih-alih menjatuhkan hukuman mati, seorang juri bulan lalu memilih agar Cruz (24 tahun) menjalani hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat, atas salah satu kasus penembakan massal paling mematikan dalam sejarah AS.

Cruz, yang mengaku bersalah tahun lalu atas pembunuhan berencana pada 14 Februari 2018, menghadapi tiga bulan persidangan awal tahun ini.

Hakim Wilayah Broward Elizabeth Scherer menyetujui permintaan penuntutan untuk terlebih dahulu mengizinkan kerabat dari korban penembakan massal di sekolah Florida untuk berbicara di pengadilan sebelum hukuman dijatuhkan.

Proses hukuman dimulai pada Selasa (1/11/2022) dengan pernyataan terkait dampak korban.

Banyak kerabat korban mengecam keputusan juri dan mengkritik persyaratan undang-undang negara bagian yang mengatur bahwa harus semua 12 juri sepakat menghukum pelaku untuk langsung dieksekusi.

"Harus seberapa buruk kejahatan itu sampai menjamin (dijatuhkannya) hukuman mati?" kata Annika Dworet, ibu dari korban berusia 17 tahun, Nicholas Dworet sebagaimana dilansir Rueters.

Beberapa kerabat korban juga mencaci pengacara pembela Cruz, karena mengajukan keberatan kepada hakim tentang kritik terhadap mereka dan juri pada Selasa (3/11/2022), dengan mencatat bahwa Cruz memiliki hak konstitusional untuk perwakilan hukum.

"Tidak merasakan kasih sayang"
Banyak kerabat korban secara langsung berbicara kepada Cruz, yang duduk tak menunjukkan ekspresi di balik kacamata besar dan masker Covid-19 di meja bersama para pembela umum, mengenakan terusan penjara merah dan borgol.

Dia melepas maskernya ketika ibu dari salah satu korbannya mengatakan kepadanya bahwa memakai masker itu tidak menghormati korban.

Anne Ramsay, ibu dari Helena Ramsay yang berusia 17 tahun, mengatakan kepada pelaku bahwa dia adalah "penjahat murni." Inez Hixon menyebutnya "teroris domestik" karena membunuh ayah mertuanya, direktur atletik sekolah Chris Hixon.

Cruz berusia 19 tahun pada saat serangannya di SMA Marjory Stoneman Douglas di Parkland, sekitar 50 kilometer sebelah utara gedung pengadilan di Fort Lauderdale. Saat itu, dia telah dikeluarkan dari sekolah.

Beberapa dari mereka yang selamat melanjutkan gerakan terorganisir yang dipimpin oleh pemuda, menuntut peraturan senjata Amerika Serikat yang lebih ketat, yang memiliki tingkat kepemilikan senjata pribadi tertinggi di dunia dan di mana penembakan massal telah berulang.

Cruz hanya berbicara singkat di persidangan, menjawab pertanyaan hakim tentang apakah dia memahami proses hukumnya.

Samantha Fuentes, yang ditembak Cruz di kaki, bertanya kepada Cruz apakah dia ingat melakukan kontak mata dengannya ketika dia terbaring berdarah di ruang kelasnya.

"Kamu adalah fanatik yang penuh kebencian dengan AR-15 dan arogan," katanya. "Tanpa pistol bodohmu, kamu bukan apa-apa."

Victoria Gonzalez, yang pacarnya Joaquin Oliver (17 tahun) termasuk di antara mereka yang terbunuh oleh Cruz, memberi tahu Cruz bahwa mereka berada di kelas yang sama bersama.

"Saya prihatin karena Anda tidak pernah merasakan kasih sayang yang bisa diberikan dunia," katanya kepada Cruz.

"Keadilan bagi saya tidak terletak pada apakah Anda hidup atau harus mati. Keadilan bagi saya hidup dengan mengetahui bahwa saya merasakan kasih sayang yang banyak dicari orang seumur hidup mereka tanpa benar-benar merasakannya."***